Pertempuran Pasir Panjang

Pertempuran Pasir Panjang dimulai setelah bergeraknya pasukan Tentara Kekaisaran Jepang menuju Pasir Panjang di punggungan Pasir Panjang pada 13 Februari 1942 selama Perang Dunia II dalam Pertempuran Singapura.

13.000 tentara Jepang telah melaksanakan pendaratan amfibi di bagian barat laut Singapura di dekat Sarimbun (lihat: Pertempuran Pantai Sarimbun) dan mulai bergerak maju ke selatan menuju Pasir Panjang. Mereka berhasil merebut Pangkalan Angkatan Udara Tengah (Lapangan Udara Tengah) dalam perjalanan tersebut. Sejumlah 13.000 tentara[1] Kekaisaran Jepang yang menyerang Pasir Panjang adalah bagian penting dari total keseluruhan 36.000 pasukan Jepang yang menyerang Singapura. Adnan bin Saidi yang gugur dalam pertempuran ini kemudian menjadi sosok pahlawan bagi warga Singapura dan Malaysia hari ini atas tindakannya di Bukit Chandu, di mana dia mendorong anak buahnya untuk tidak menyerah dan untuk bertempur sampai mati.

Persiapan

Brigade Infanteri Malaya 1, terdiri dari Resimen Loyal 2 Inggris yang dipimpin Letkol Mordaunt Elrington; Resimen Malaya 1 yang dipimpin Letkol JRG Andre yang berjumlah kurang dari 3 bagian Peleton Mortir; Peleton Anti-Pesawat dengan Peleton Pengangkut Senapan Bren yang dipimpin Kapten RRC Carter ditugaskan sebagai pasukan cadangan. Mereka ditugaskan untuk mempertahankan jalan ke punggungan Pasir Panjang, yang dikenal dengan sebutan The Gap.[2] Brigade India 44 berada di sisi sayap kanan mereka.

Sebuah peleton Melayu 42 orang yang dipimpin Letnan Dua Adnan bin Saidi memegang bagian penting dari pertahanan Inggris di Bukit Chandu. Tak lama kemudian, Adnan dan pasukannya menahan serangan Jepang di garis depan.

Pertempuran

Pertempuran pertama antara Resimen Melayu dan tentara Jepang terjadi pada 13 Februari sekitar pukul 14.00 waktu lokal. Divisi 18 Jepang mulai menyerang sisi Barat-Daya pantai sepanjang punggungan Pasir Panjang dan naik ke Jalan Ayer Raja. Resimen Infanteri 56 Jepang di bawah Kolonel Yoshio Nasu, didukung oleh kekuatan besar artileri, telah menyerang punggungan sepanjang pagi hari.

Salah satu kesatuan yang membela garis pertahanan tersebut adalah Kompi B dari Resimen Melayu. Di bawah serangan berat dari pasukan Jepang yang didukung oleh artileri dan tank, Kompi B terpaksa mundur ke belakang. Tetapi sebelum ini tercapai, tentara Jepang berhasil menembus posisi Kompi B di mana terjadi pertempuran jarak dekat dengan menggunakan bayonet. Beberapa prajurit dari Kompi B berhasil menyelamatkan diri, sementara yang lainnya ditangkap sebagai tahanan perang. Penetrasi tentara Jepang ini menyebabkan mundurnya kedua Brigade India 44 dan Melayu 1 ke baris pertahanan umum Mount Echo (persimpangan Jalan Raja dan Depot) Buona Vista setelah gelap.

Korban

Awak mortir Melayu dikenang dalam monumen patung di Bukit Chandu.

Selama Perang Malaya, namun dengan kebanyakan korban pada tanggal 12, 13 dan 14 Februari 1942 di Singapura, pihak Resimen Melayu kehilangan total 159 jiwa. Enam dari mereka perwira Inggris, tujuh perwira Melayu, 146 pangkat lainnya dan sejumlah besar korban terluka yang tidak dipastikan jumlahnya. Sekitar 600 tentara yang masih hidup dari Resimen Melayu berkumpul kembali di daerah Keppel Golf Link. Di sini, mereka dipisahkan dari perwira Inggris mereka, kemudian bergabung dengan para tahanan perang dari batalion Tentara India di daerah konsentrasi Taman Farrer. Masih belum jelas seberapa banyak korban yang diderita pihak tentara Jepang .

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Richmond, Simon (19 Mei 2010). Malaysia, Singapore & Brunei (dalam bahasa Inggris). Lonely Planet. ISBN 9781741048872 – via Google Books. 
  2. ^ Langley, Michael (19 Mei 1976). The Loyal Regiment (North Lancashire): (The 47th and 81st Regiments of Foot) (dalam bahasa Inggris). Cooper. ISBN 9780850520750 – via Google Books. 

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya