Pertempuran Palembang (1407)
Pertempuran Palembang adalah sebuah pertempuran angkatan laut antara armada khazanah Tiongkok Ming dan armada pembajak Chen Zuyi di Palembang pada 1407. Latar belakangChen Zuyi adalah seorang pemimpin bajak laut yang telah merebut kota Palembang di Sumatra.[1][2] ia mendominasi rute maritim Selat Malaka.[1] Pembuat kronik Ma Huan menulis bahwa Shi Jinqing adalah orang yang memberitahu Laksamana Cheng Ho tentang penindasan Chen Zuyi.[3] Haiquo Quangji karya Shen Moushang menyatakan bahwa saat Chen Zuyi berencana menyerang Cheng Ho, Shi Jinqing diam-diam melaporkan rencana Chen kepada Cheng Ho.[4] PeristiwaPada 1407, saat dalam perjalanan pulang pada pelayaran khazanah Ming pertama, Cheng Ho dan para rekannya bertikai dengan Chen Zuyi dan armada pembajaknya dalam pertempuran di Palembang.[1][2][4][5] Armada khazanah mengalahkan armada pembajak Chen dalam pertempuran.[1][4] Pada konfrontasi tersebut, 5000 pembajak tewas, sepuluh kapal pembajak hancur, dan tujuh kapal pembajak direbut.[4][6] Mingshi mencatat bahwa Cheng Ho awalnya dikirim ke Palembang untuk menegosiasikan pasifikasi Chen Zuyi dan lainnya,[7] namun juga menyatakan bahwa Chen dan lainnya berencana menyerang pasukan Ming.[6][7] Taizong Shilu mencatat bahwa Chen Zuyi berniat untuk menghindari dan menarik diri dari pertikaian aktif dengan armada khazanah.[2] Dreyer (2007) mengkarakterisasikan catatan Chen Zuyi dalam Mingshi sebagai upaya menghindari penggambarannya sebagai pembajak jahat dan sehingga menyelaraskannya dengan para pedagang Tionghoa di Palembang yang dikirimkan.[6] DampakArmada tersebut membawa tiga tahanan, termasuk Chen Zuyi, pulang ke ibu kota Tiongkok Nanjing untuk dipancung.[4] Pada 2 Oktober 1407, Chen Zuyi dan para letnannya dieksekusi.[8] Pada 29 Oktober 1407, Kaisar Yongle dari Ming menyeluarkan perintah untuk memberikan penghargaan kepada para perwira dan anggota kru lainnya yang bertempur melawan armada pembajak Chen Zuyi di Palembang.[9] Istana Ming melantik Shi Jinqing sebagai Petinggi Pasifikasi Palembang, sehingga menghimpun sebuah aliansi di Palembang dan mengamankan akses menuju pelabuhan penting tersebut.[7] Lihat pulaReferensi
Kesusastraan
|