Personalisme

Personalisme adalah filosofi yang menyatakan bahwa martabat pribadi manusia dinilai dari norma dasar etika .Pandangan ini memperlihatkan secara jelas bahwa norma dasar langsung dan konkret moralitas bukan otoritas luar (Moralitas Ekstrinsik), kesenangan (Hedonisme), manfaat terbesar bagi jumlah terbesar orang (Utilitarisme), kebahagiaan (Eudaimonisme), kebebasan yang menciptakan nilai (Eksistensialisme Humanistis), kewajiban (Formalisme Kant), tetapi Martabat Pribadi Manusia, baik martabat pribadiku sendiri dan martabat pribadi orang lain, harkat intrinsik setiap orang.

Menurut Imanuel Kant, manusia harus dihormati karena manusia adalah satu-satunya makluk yang merupakan tujuan dalam dirinya sendiri. Sikap hormat tak bersyarat ini dituntut oleh kodrat atau harkat pribadi manusia yang intrinsic sebagai persona, pusat kemandirian, makluk berakal-budi dan berkehendak. Untuk menegaskan kemutlakan nilai manusia dan sikap hormat yang tidak bersyarat atas manusia, Kant membedakan antara “harga” (Preis) dan “martabat (Würde). Harga dan martabat manusia ini memang menjadi tujuan, tetapi prinsipnya, hal yang memiliki “harga” selalu bisa tergantikan, selalu tersedia alternative, substitusi. Tetapi sesuatu yang memiliki “martabat” selalu unik, tak tergantikan oleh alternatifnya. Karena itu, untuk manusia yang memiliki martabat, Kant memberikan inperatif moral: “Hendaklah memperlakukan kemanusiaan, baik dalam diri Anda maupun dalam diri orang lain, selalu sebagai tujuan pada dirinya sendiri dan tidak pernah sebagai sarana”.

Personalisme Modern

Personalisme Modern merupakan suatu gerakan pemikiran zaman Kontemporer yang timbul sesudah Perang Dunia I dan II yang berusaha melawan semua system filsafat yang melawan persona manusia. Tokoh-tokohnya yang terkemuka antara lain M. Scheler, E. Mounier, M. Buber, P. Ricoeur, E. Levinas. Walaupun gagasan mereka berbeda satu terhadap yang lainnya namun mazhab pemikiran ini menjunjung tinggi martabat manusia sebagai nilai absolute yang patut dihormati. Mereka menganut prinsip dasar bahwa kriteri dasar moral adalah persona manusia yang tunggal, yang terbuka terhadap pribadi-pribadi lain, yang juga bersifat tunggal. Ketunggalan itu antara lain didasarkan pada unsure-unsur seperti kebebasan, kesadaran, keadaan tak terulang, tak tergantikan, memiliki panggilan khas, mampu berkomunikasi, mampu mencintai dan bertanggungjawab.

Personalisme Etis

Pandangan Personalisme Etis dapat diringkaskan dan ditegaskan dalam 2 hal berikut:

  • Dari sudut pandang Filsafat, hormat terhadap martabat pribadi manusia dalam setiap bentuk pengungkapannya yang konkret (pria-wanita, tua-muda, besar-kecil, kawan-lawan, beragama-atheis, dst.) merupakan sumber kewajiban etis.
  • Dari sudut pandang Teologi, tak ada halangan bagi Wahyu Ilahi (bagi kita Wahyu Kristen) untuk menyempurnakan dan mengangkat hormat yang semata-mata bersifat insani dan kodrati ke tingkat yang lebih tinggi dengan memberinya dimensi yang lebih dalam, yaitu cinta terhadap sesama manusia sebagai citra Allah dan Saudara Yesus Kristus. Maka hormat dan cinta terhadap sesama manusia sebagai perwujudan konkret imperative moral selalu saling melengkapi dan bukan saling mengeksklusifkan.

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya