Peristiwa Padang AreaPeristiwa Padang Area adalah perlawanan rakyat Kota Padang, Sumatera Barat terhadap tentara Sekutu yang terjadi pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, tepatnya pada 27 November 1945 di Sekolah Teknik Simpang Haru (Kageo Gakko, bekas Ambacht School, sekarang SMK). Insiden berawal dari pendudukan sekolah oleh serdadu KNIL secara paksa sehingga memicu protes dari seorang guru sekaligus kepala sekolah di sana, Said Rasad (yang kelak menjadi Wali Kota Padang). Para serdadu KNIL memukul Said Rasad hingga pingsan. Hal ini memicu perlawanan dari pihak Republik sehingga pada malam harinya sekelompok pemuda menyerang para serdadu di sekolah yang telah mereka duduki.[1][2][3] Jalannya peristiwaBeberapa minggu sejak kedatangan Sekutu pada Oktober 1945, Padang penuh sesak oleh pengungsi. Sebagian besar pengungsi adalah orang Belanda atau orang Eropa yang bekerja untuk Belanda dan perusahaan swasta. Dalam jumlah kecil, terdapat bekas serdadu KNIL Ambon dan Manado yang mengabdikan diri mereka untuk kepentingan Belanda. Pihak Republik membantu Sekutu menyediakan tempat pengungsian. Namun, seiring bertambahnya jumlah pengungsi, pihak Republik mulai kesulitan menanggulangi.[1][4] Pada 27 November 1945, sekelompok serdadu KNIL melakukan pendudukan secara paksa terhadap Sekolah Teknik Simpang Haru. Mereka menyerobot masuk ke pekarangan sekolah sekitar pukul 10:00 pagi, saat para murid dan guru sedang belajar di dalam kelas. Mula-mula, mereka melemparkan barang bawaan mereka dari balik pagar gedung sekolah. Seorang guru sekaligus kepala sekolah di sana, bernama Said Rasad, memprotes tindakan tersebut. Said menanyakan kepada para serdadu mengenai keberadaan komandan mereka. Para serdadu lalu mengantar Said ke rumah komandan mereka yang terletak tak jauh dari sekolah. Namun, usai melakukan pembicaraan, para pengawal komandan mengusir Said dan menyerangnya secara brutal hingga jatuh pingsan.[1] Said segera mendapat pertolongan dari Komisaris Polisi Johnny Anwar. Kasus yang menimpa Said tersiar luas di kalangan Republik. Pada malam hari, sekelompok pemuda di bawah pimpinan Rasyid Boneng bergerak menyerang serdadu KNIL di Sekolah Teknik Simpang Haru. Beberapa orang serdadu KNIL tewas akibat serangan tersebut. Sejawaran Mestika Zed menyebut jumlah korban tidak diketahui. Buntut dari insiden tersebut, tentara Sekutu dan KNIL melakukan penggeledahan terhadap rumah-rumah penduduk di sekitar Simpang Haru, Parak Gadang, hingga Bandar Buat.[5] Sejumlah pemuda dijebloskan ke penjara. Beberapa rumah penduduk dibakar dan memakan korban dari pihak Republik.[1] DampakSejak insiden penyerangan di Simpang Haru, tentara Sekutu memberlakukan jam malam secara ketat dari pukul 6 sore sampai pukul 6 pagi. Di pihak Republik, peristiwa di Simpang Haru telah menyulut kebencian terhadap tentara Sekutu. Pertempuran antara rakyat dan tentara Sekutu dilaporkan terjadi di Sungai Baramas dan Teluk Bayur.[1] Untuk mengenang peristiwa ini, Pemerintah Kota Padang pada 1990 membangun Monumen Padang Area di Simpang Haru, persis di depan Sekolah Teknik Simpang Haru yang merupakan lokasi terjadinya insiden.[2] Lihat pulaReferensi
|