Perbatasan alami PrancisPerbatasan alami Prancis (bahasa Prancis: Frontières naturelles de la France) adalah konsep geografi dan politik yang dikembangkan di Prancis khususnya pada masa Revolusi Prancis. Menurut konsep ini, perbatasan alami Prancis adalah Sungai Rhein, Samudra Atlantik, Laut Tengah, Pegunungan Pirenia dan Pegunungan Alpen. Konsep ini pertama kali disebutkan pada tahun 1642 di dalam sebuah pernyataan oleh Kardinal Richelieu yang diragukan keabsahannya.[1] Gagasan ini baru benar-benar dikembangkan pada tahun 1786. Jean-Baptiste Cloots dari Prusia menerbitkan karyanya, "Keinginan Seorang Galofil" (bahasa Prancis: Vœux d'un gallophile), yang mendukung pencaplokan tepi kiri Sungai Rhein oleh Prancis, yang menurutnya merupakan "perbatasan alami Galia" (bahasa Prancis: borne naturelle des Gaules).[2] Gagasan ini sangat mempengaruhi para pengobar revolusi setelah tahun 1790, khususnya kelompok Jakobin. Setelah Prancis berhasil memenangkan Pertempuran Valmy pada tanggal 20 September 1792, Konvensi Nasional mendesak pasukan Prancis untuk menyerang pasukan Prusia di tepi Sungai Rhein. Menurut Jenderal Adam Philippe de Custine yang merupakan komandan Angkatan Darat Rhein, "jika Sungai Rhein tidak menjadi batas Republik, [republik ini] akan musnah".[3][4] Pada tanggal 21 Januari 1793, Georges Jacques Danton menyatakan bahwa "batas Prancis ditandai oleh alam, kita akan mencapai empat ujung horison, ke ujung samudra, ke ujung Pirenia, ke ujung Alpen. Batas Republik baru harus terletak di sana."[5] Konsep perbatasan alami Prancis sering ditemui di buku-buku teks Prancis hingga pertengahan abad ke-20.[6] Catatan kaki
Daftar pustaka
|