Perayaan Dewa Dapur

Perayaan Dewa Dapur adalah tradisi menghantarkan Dewa Dapur Zao Jun ke surga untuk melaporkan tugasnya selama setahun di bumi kepada Tian. Di kalangan Tionghoa-Indonesia, perayaan ini dikenal dengan istilah Jih Si Sang Ang (廿四送尫).[butuh rujukan] Ritual ini merupakan salah satu ritual sangat penting bagi etnis Tionghoa yang masih memegang teguh budaya leluhur mereka, serta cukup meriah karena berdekatan dengan festival menyambut Tahun Baru Imlek. Oleh sebab itu, festival ini juga dikenal sebagai Tahun Baru Kecil. Istilah lainnya adalah Menghantarkan Dewa Dapur (送灶) atau Sembahyang Dewa Dapur (祭灶).

Di Indonesia, sajian yang dipersembahkan untuk Zao Jun juga berasal dari makanan khas lokal seperti wedang ronde.

Asal mula festival

Banyak versi yang menceritakan legenda tentang asal usul Dewa Dapur Zao Jun. Legenda paling populer adalah versi dirinya sebagai manusia biasa bernama Zhang. Ia melakukan dosa sehingga ditimpai kemalangan oleh surga, kemudian merasa menyesal dan meloncat ke dalam tungku dapur yang masih menyala di hadapan istrinya. Istrinya yang tidak berhasil menyelamatkan nyawa Zhang, kemudian membuat sebuah altar kecil di atas tungku sebagai pengingat akan suaminya. Semenjak itulah kebiasaan menyembah Dewa Dapur berkembang di masyarakat Tionghoa.[1]

Pelaksanaan ritual

Penetapan tanggal Sembahyang Dewa Dapur berbeda antara penduduk Tiongkok Selatan dan Utara. Di Utara, penduduk merayakannya pada Imlek tanggal 23 bulan 12, sementara penduduk Selatan pada Imlek tanggal 24 bulan 12. Tanggal perayaan juga berbeda berdasarkan profesi seseorang: Karyawan pemerintah memberikan persembahan kepada Dewa Dapur pada tanggal 23, masyarakat umum pada tanggal 24, dan masyarakat nelayan pada tanggal 25.[2]

Masyarakat Tionghoa di Indonesia merayakan Song Wang pada penanggalan Imlek tanggal 24 bulan 12. Festival ini tidak dirayakan oleh keluarga yang sedang berada dalam masa berkabung.[3]

Kebiasaan umum

Anggota pria dalam keluarga memimpin ritual persembahan untuk Zao Jun.[2] Sesajian dihidangkan pada altar kemudian ritual sembahyang dimulai. Anggota keluarga selanjutnya membakar uang kertas, kuda-kudaan kertas, atau patung kertas Zao Jun. Kuda-kudaan kertas merupakan perlambang hewan kendaraan yang digunakan Dewa Dapur untuk menuju surga.

Asap yang naik menjadi simbol keberangkatan Dewa Dapur menuju langit. Keluarga juga menyalakan petasan dengan tujuan Dewa Dapur dapat segera sampai di surga.[4] Ritual mengantar Dewa Dapur juga populer disebut Toapekong Naik.[3]

Untuk memulai awal yang bersih pada tahun yang baru, setiap keluarga melaksanakan pembersihan besar-besaran di seluruh rumah dan halaman. Dipercaya bahwa agar para makhluk suci berangkat ke surga, seisi rumah serta manusia yang tinggal harus dibersihkan. Selanjutnya dekorasi tua diturunkan untuk diganti dengan yang baru.[2] Persiapan menyambut tahun baru (Guo Nian) dimulai dengan membeli kue-kue seperti kue keranjang (Nian Gao) dan menempelkan sajak musim semi (Chun Lian) di daun pintu atau jendela. Sajak-sajak itu umumnya berisi doa dan harapan agar pada tahun yang baru cita-cita dan permohonan dapat terkabul.[3]

Pada sore pada hari keempat setelah Zao Jun naik ke Surga, masyarakat menyiapkan persembahan berupa makanan untuk menyambut kedatangannya kembali. Kembalinya Dewa Dapur menandakan akhir dari kebebasan keluarga dari pengawasan spiritual.[4]

Persembahan

Berikut ini merupakan berbagai persembahan yang biasa digunakan untuk mengantar Dewa Dapur sebelum naik ke surga.

Kue Keranjang

Kue keranjang
Kue keranjang atau Nian Gao adalah kue lengket yang terbuat dari gula dan madu, sejenis manisan tradisional China. Kue keranjang diharapkan dapat ‘’menutup’’ bibir Zao Jun sehingga tidak dapat melaporkan keburukan keluarga kepada Tian.[4]

Madu, manisan, dan Wedang Ronde

Madu dan manisan diharapkan dapat membuat Zao Jun hanya melaporkan hal-hal yang manis saja kepada Kaisar Giok.[4] Kebiasaan di Indonesia adalah menyajikan wedang ronde manis agar dia hanya ingat yang manis-manis saja dalam laporannya.[3]

Sajian vegetarian

Sebagian umat Agama Khonghucu beranggapan bahwa Zao Shen adalah vegetarian. Sebab itu, mereka hanya menyajikan sayuran dan buah serta membakar dupa.[3] Menyajikan tiga jenis produk hewani (ikan, babi, dan ayam) dianggap dapat membuat Zao Shen merasa tidak senang.

Zaotang

Zaotang and Tanggua
Zaotang (Hanzi: 灶糖; Pinyin: Zào Táng) atau Manisan Zao Jun adalah sejenis manisan yang terbuat dari maltosa yang digunakan sebagai persembahan untuk Zao Jun. Berdasarkan bentuknya, zaotang dibedakan menjadi Guandong Tang (Hanzi: 关东糖; Pinyin: Guān Dōng Táng) dan Tanggua (Hanzi: 糖瓜; Pinyin: Táng Guā). Guandong tang merujuk pada manisan berbentuk batang dengan ketebalan sekitar 2 cm dan berlubang di tengah. Tanggua dibentuk seperti melon dan terkadang permukaannya ditaburi wijen.[5]
Zaotang hanya diproduksi menjelang Festival Dewa Dapur dimana sebagian besar wilayah Tiongkok sedang mengalami musim dingin. Manisan ini dijual di pinggir jalan terbuka sehingga tidak meleleh dan gelembung-gelembung kecil di dalam manisan memberikan tekstur krispi dan aroma wangi.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Terhi Mikkolainen. 2007. Zao Jun: The Kitchen God. Diarsipkan 2013-03-28 di Wayback Machine.
  2. ^ a b c China.org.cn. 25 Oktober 2008. Little New Year: Busy Preparations". Spring 2007.
  3. ^ a b c d e Bidang Litbang PTITD/Matrisia Jawa Tengah. 2007. Pengetahuan Umum Tentang Tri Dharma, hal. 102. Semarang: Penerbit Benih Bersemi.
  4. ^ a b c d Nationsonline. 23 Februari 2013. Kitchen God.
  5. ^ Cultural China. 1 Mei 2011. Sugar for the Kitchen God. Diarsipkan 2011-10-06 di Wayback Machine.
Kembali kehalaman sebelumnya