Perang Saudara Bougainville
Perang Saudara Bougainville, juga dikenal dengan nama Konflik Bougainville, adalah konflik bersenjata yang meletus dari tahun 1988 hingga 1998 antara Papua Nugini melawan Pasukan Revolusioner Bougainville yang memperjuangkan kemerdekaan Bougainville. Perang ini dianggap sebagai konflik terbesar di Oseania semenjak berakhirnya Perang Dunia II dan telah memakan korban jiwa sebanyak 15.000 hingga 20.000 warga Bougainville. Latar belakang sejarahPada tahun 1969, ditemukan kandungan bijih tembaga yang kaya di Bougainville. Maka didirikanlah Tambang Tembaga Bougainville oleh perusahaan Australia Conzinc Rio Tinto. Tambang Panguna mulai berproduksi pada tahun 1972 di bawah manajemen Bougainville Copper Ltd, dan 20% sahamnya dipegang oleh Papua Nugini. Pada masa itu, tambang Panguna merupakan tambang terbuka terbesar di dunia. Tambang tersebut menghasilkan 45% pendapatan ekspor nasional Papua Nugini dan amat penting bagi ekonomi negara tersebut.[1] Tambang ini menarik ribuan pendatang ke pulau Bougainville: kebanyakan adalah orang Papua Nugini yang dijuluki "kulit merah" karena warna kulit mereka yang merah (sementara kulit orang Bougainville berwarna hitam). Banyak pula orang "kulit putih" yang datang untuk bekerja di tambang (kebanyakan orang Australia). Kedatangan para pendatang menimbulkan ketegangan dengan orang-orang Bougainville yang tidak menginginkan orang asing di tanah mereka, terutama orang-orang "kulit merah" akibat perbedaan budaya.[2] Konflik mulai meletus semenjak beroperasinya tambang Panguna. Banyak warga setempat yang menentangnya akibat masuknya pekerja dari luar, permasalahan lingkungan dan keuntungan dari tambang yang lebih dinikmati oleh orang luar. Konflik dimulaiPada akhir tahun 1988, ketegangan akibat keberadaan tambang ini memicu kekerasan. Walaupun awalnya hanya terjadi di area tambang, kekerasan kemudian merebak ke wilayah lain.[3] Akhirnya konflik ini pun berubah menjadi upaya Pasukan Revolusioner Bougainville (BRA) untuk memerdekakan Bougainville. Catatan kaki
Bacaan lanjut
|