Perang Salib Venesia
Perang Salib Venesia adalah ekspedisi ke Tanah Suci yang dilancarkan oleh Republik Venesia pada tahun 1122–24. Ekspedisi ini berhasil merebut kota Tirus dari tangan Muslim. Venesia kemudian memperoleh konsesi dagang yang menguntungkan di Tirus. Selain itu, penjarahan wilayah-wilayah Romawi Timur yang dilakukan dalam perjalanan berhasil memaksa Romawi Timur untuk menjamin dan menambah hak istimewa dagang Venesia di kekaisaran. PersiapanBaldwin de Burg adalah Count Edessa dari tahun 1100 hingga 1118 dan keponakan Raja Baldwin I dan Yerusalem. Pada tahun 1118, pamannya meninggal dan ia naik tahta sebagai Raja Baldwin II dari Yerusalem.[1] Dalam Pertempuran Ager Sanguinis yang berlangsung di dekat Sarmada pada 28 Juni 1119, bangsa Frank dikalahkan oleh pasukan Ilghazi, penguasa Mardin. Belakangan pada tahun yang sama Baldwin memperoleh kembali beberapa wilayah, tetapi kekuatan bangsa Frank di tanah suci melemah.[2] Baldwin meminta bantuan dari Paus Callixtus II dan sang paus kemudian meneruskan permohonan tersebut kepada Venesia.[3] Utusan Baldwin II dan Doge Venesia kemudian menegosiasikan syarat-syarat keterlibatan Venesia dalam Perang Salib. Begitu Venesia sepakat untuk turut serta, Paus Callixtus II mengirim panji kepausan untuk menunjukkan persetujuannya. Pada Konsili Lateran Pertama, ia memastikan bahwa Venesia memperoleh hak istimewa tentara salib, termasuk pengampunan dosa mereka.[4] Gereja juga akan melindungi keluarga dan hak milik tentara salib.[5] Pada tahun 1122, Doge Venesia Domenico Michiel melancarkan perang salib laut.[6] Armada Venesia yang terdiri dari lebih dari 120 kapal yang mengangkut lebih dari 15.000 orang meninggalkan Laguna Venesia pada 8 Agustus 1122.[3] Mereka menyerang Corfu yang saat itu merupakan wilayah Kekaisaran Romawi Timur akibat sengketa terkait hak istimewa Venesia di wilayah tersebut.[6] Namun, pada tahun 1123, Baldwin II ditawan oleh Balak dari Mardin, Amir Aleppo, dan dipenjarakan di Kharput. Setelah mendengar kabar tersebut, Venesia menghentikan pengepungan Corfu dan mencapai pesisir Palestina pada Mei 1123.[6] Pertempuran JaffaArmada Venesia tiba di Acre pada akhir bulan Mei[7] dan mendengar kabar bahwa armada Fatimiyah yang berjumlah sekitar seratus sedang berlayar ke Ascalon.[8] untuk membantu pengepungan yang dilancarkan oleh Amir Balak. Maka dari itu, armada Venesia berlayar ke selatan untuk menyerangnya dan Doge Michele memerintahkan pembagian armada menjadi dua dengan bagian yang lebih lemah di depan dan yang lebih kuat di belakang[7] dengan tujuan untuk mengalihkan armada musuh dari Ascalon.[8] Fatimiyah mengira bahwa mereka dapat menang dengan mudah, tetapi mereka malah masuk perangkap dan dikepung oleh dua skuadron Venesia. Sekitar 4.000 orang Saracen tewas[9] (termasuk laksamana Fatimiyah) dan 9 kapal direbut[10]. Mereka juga merebut 10 kapal pedagang saat berlayar kembali ke Acre.[7] Pengepungan TirusPada 15 Februari 1124, pasukan Venesia dan Frank mulai mengepung Tirus.[6] Pelabuhan laut Tirus yang kini terletak di Lebanon merupakan wilayah Toghtekin, Atabeg Damaskus. Tentara salib dipimpin oleh Patriark Antiokhia, Doge Venesia, Count Tripoli dan William de Bury.[11] Venesia dan Frank membangun menara pengepung dan mesin yang dapat melempar batu untuk menghancurkan tembok kota, sementara pembela Tirus juga memiliki mesin yang dapat melempar batu ke menara pengepung. Pengepungan berlangsung lama dan pasokan makanan mulai menipis, sehingga warga Tirus meminta bantuan. Balak meninggal saat sedang mengepung kota Hierapolis.[12] Toghtekin dan pasukannya mencoba menyelamatkan Tirus, tetapi mereka mundur dan tidak bertempur dengan musuh setelah pasukan Count Pons dari Tripoli dan William dikirim untuk melawan Toghtekin.[13] Toghtekin mengirim utusan pada Juni 1124 untuk menegosiasikan perdamaian. Setelah diskusi yang panjang dan alot, syarat-syarat menyerah telah ditentukan. Mereka yang ingin meninggalkan Tirus dapat membawa keluarga dan hak milik mereka, sementara mereka yang tetap tinggal akan dijamin rumah dan hak miliknya. Keputusan ini tidak disukai oleh beberapa tentara salib yang ingin menjarah kota.[11] Tirus secara resmi menyerah pada 29 Juni 1124. AkibatBaldwin II masih ditawan saat Tirus direbut, tetapi kemudian dilepaskan pada tahun yang sama.[14] Ia langsung melanggar syarat pelepasannya.[1] Baldwin II memberikan hak dagang istimewa untuk Venesia di Tirus,[4] termasuk jaminan hak milik untuk penerus orang Venesia yang karam kapalnya atau meninggal di Tirus.[15] Sementara itu, armada Venesia yang kembali dari ekspedisi ini menjarah pulau-pulau Yunani. Mereka terpaksa mengalah dan menjamin hak dagang Venesia.[6] Banyak orang yang meninggalkan Tirus yang pindah ke Damaskus.[11] Baldwin II melanjutkan serangannya ke Aleppo dan Damascus dan memperoleh upeti dari keduanya. Pada masa kekuasaan Baldwin II, Kerajaan Yerusalem mencapai puncak kejayaannya.[1] Tirus berkembang sebagai bagian dari Kerajaan Yerusalem. Saat Kaisar Romawi Suci Friedrich I Barbarossa meninggal selama Perang Salib Ketiga, ia dikubur di Katedral Tirus. Kota ini pada akhirnya direbut dan dihancurkan oleh Kesultanan Mamluk pada tahun 1291.[16] Catatan kaki
Daftar pustaka
|