Artikel ini perlu dikembangkan dari artikel terkait di Wikipedia bahasa Inggris. (Januari 2025)
klik [tampil] untuk melihat petunjuk sebelum menerjemahkan.
Lihat versi terjemahan mesin dari artikel bahasa Inggris.
Terjemahan mesin Google adalah titik awal yang berguna untuk terjemahan, tapi penerjemah harus merevisi kesalahan yang diperlukan dan meyakinkan bahwa hasil terjemahan tersebut akurat, bukan hanya salin-tempel teks hasil terjemahan mesin ke dalam Wikipedia bahasa Indonesia.
Jangan menerjemahkan teks yang berkualitas rendah atau tidak dapat diandalkan. Jika memungkinkan, pastikan kebenaran teks dengan referensi yang diberikan dalam artikel bahasa asing.
Setelah menerjemahkan, {{Translated|en|Israeli annexation of East Jerusalem}} harus ditambahkan di halaman pembicaraan untuk memastikan kesesuaian hak cipta.
Penyatuan kembali Yerusalem[1][2][3] merujuk kepada penggabungan administratif Yerusalem Barat dan Yerusalem Timur pada Juni 1967 oleh Israel, setelah perebutan paruh timur kota tersebut (yang meliputi kota lama yang diberi tembok) dari Yordania pada Perang Enam Hari.[4][5] Pada 1980, penggabungan Yerusalem Barat dan Timur dilegalisir di Israel dalam Hukum Yerusalem, meskipun langkah tersebut dikecam oleh PBB dan sebagian besar masyarakat mancanegara. Penyatuan kembali tersebut dirayakan sebagai hari libur nasional Israel, Hari Yerusalem.
Israel mengambil alih Yerusalem Timur pada Perang Enam Hari tahun 1967; sejak saat itu, seluruh kota berada di bawah kontrol Israel. Di Israel, penyatuan kembali Yerusalem dirayakan dan diperingati sebagai Hari Yerusalem, hari libur tahunan. Pada bulan Juli 1980, Knesset mengesahkan Hukum Yerusalem sebagai bagian dari Hukum Dasar negara, yang menyatakan Yerusalem sebagai kota yang bersatu dan berstatus ibu kota Israel, memformalisasi aneksasinya yang efektif.[8]
^"Both states treated the respective sectors of Jerusalem under their effective control as forming an integral part of their state territory between 1948 and 1967, and each recognized the other's de facto control in their respective sectors by the signature of the 1949 Jordan-Israel General Armistice Agreement."[7]
^The Legal Status of East Jerusalem(PDF) (Laporan). Norwegian Refugee Council. 2013. hlm. 9. Immediately after the 1967 War the Government of Israel unilaterally annexed about 70,500 dunams (approximately 17,400 acres) of the Jordanian Jerusalem and West Bank land to the municipal boundaries of West Jerusalem. In addition to the areas of Jerusalem that had previously been controlled by Jordan (approximately 6,500 dunams), the annexed lands included an additional 64,000 dunams, most of which belonged to 28 Palestinian villages in the West Bank; the remaining annexed lands were within the municipal boundaries of Bethlehem and Beit Jala. With this annexation, the total area of Jerusalem tripled, making Jerusalem Israel’s largest city, in both territory and population. This annexed territory is known today as "East Jerusalem".