PenjoeloehPenjoeloeh adalah koran daerah berbahasa Melayu yang berpusat di Batavia (kini Jakarta). Pada tahun 1925, koran ini dipimpin oleh seorang direktur bernama Kwee Tingg Hong dan wakilnya bernama Oean Tiang Liong dan Soerieman.[1] Namun, tidak diketahui siapa pendiri koran ini dan kapan terbitan pertamanya. Koran ini terbit dalam tiga bulan sekali dengan harga f 2 hingga f 2,5 persatuan. Menurut buku Seabad Pers Kebangsaan, 1907–2007, Penjoeloeh menjadi incaran para pembesar dan polisi kolonial saat itu. Sebab, koran ini secara masif terus-menerus mengkritik kinerja pemerintah. Salah satunya yaitu kritikan terhadap kinerja pemerintah yang dinilai terus membabat hak-hak berpolitik pribumi dan tidak pernah memperbaiki pelayanan publik yang kacau.[1] TeguranAkibat kritikannya yang pedas, koran ini pernah mendapatkan teguran peringatan dari Procureur-generaal Belanda di Batavia pada Juli 1925 yang diberikan melalui Resident Bangka terhadap pimpinan Penjoeloeh.[1] Teguran itu terkait salah tulisan “Berani kerna benar, pembela rakjat dari segala penghinaan dan penindasan” pada koran yang diterbitkan oleh perusahaan The Nasional di Pangkal Pinang. Dalam teguran itu, redaksi Penjoeloeh juga diminta untuk mengubah teks tersebut.[1] Selain terkait teks itu, Penjoeloeh juga mendapatkan teguran terkait rubrik Carbol yang dimuat dalam korannya. Menurut Procureur-generaal Belanda, rubrik itu dinilai telah memojokkan polisi, salah satunya berita "Controleur Mode 1900....?".[1] Akibat teguran itu, direktur Penjoeloeh pun menghadap Procureur-generaal Belanda di Batavia pada 7 Juli 1930. Sedangkan kedua wakilnya menghadap Resident Pangkal Pinang pada hari yang sama. Pertemuan itu pun berjalan manis dan baik dan Penjoeloeh terpaksa menerima teguran itu.[1] Setelah pertemuan itu, pada 25 Juli 1930, koran ini kembali mendapatkan teguran karena tulisannya. Saat itu, redaksi Penjoeloeh menegaskan tidak akan mengubah haluannya dan akan terus mengkritik pemerintahan yang berjalan kacau. Teguran itu terkait berita berjudul "Berani karena benar". Koran ini juga menegaskan bahwa mereka akan mengubah haluannya jika politik yang berjalan saat itu berubah.[1] Referensi |