Penjatahan di Britania Raya sempat diberlakukan beberapa kali pada abad ke-20 pada masa perang dan juga beberapa saat sesudahnya.[1][2]
Pada permulaan Perang Dunia II pada tahun 1939, Britania Raya mengimpor 20.000.000 ton makanan setiap tahunnya, termasuk sekitar 70% keju dan gula, hampir 80 persen buah-buahan dan sekitar 70 persen serealia dan lemak. Britania juga mengimpor lebih dari 50 persen dagingnya dan bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan produksi daging domestik. Jumlah penduduk Britania pada saat itu tercatat sebesar 50 juta.[3] Salah satu strategi utama Jerman Nazi selama Pertempuran Atlantik adalah menyerang kapal yang sedang menuju Britania, membatasi industri Britania dan membuat mereka kelaparan agar mereka mau menyerah.
Untuk menyelesaikan permasalahan kelangkaan pangan, Kementerian Pangan memberlakukan sistem penjatahan. Untuk membeli barang-barang yang dijatah, setiap orang harus mendaftar di toko yang terpilih dan diberi buku penjatahan yang berisi kupon. Penjaga toko akan diberikan makanan yang cukup untuk para pelanggan yang terdaftar. Pembeli harus membawa buku penjatahan mereka saat berbelanja agar kupon yang terkait dapat distempel.
Beckett, Ian F. W. The Home Front 1914–1918: How Britain Survived the Great War (2006).
Hammond, R. J. Food and agriculture in Britain, 1939–45: Aspects of wartime control (Food, agriculture, and World War II) (Stanford U.P. 1954); summary of his three volume official history entitled Food (1951–53)