Penghayatan bahasa

Penghayatan bahasa[1] atau imersi bahasa (bahasa Inggris: language immersion) adalah sebuah teknik dalam metode pendidikan dwibahasa yang melibatkan dua bahasa sebagai perantara pembelajaran dalam berbagai topik, termasuk matematika, ilmu pengetahuan alam, dan ilmu pengetahuan sosial. Bahasa pengantar kegiatan belajar-mengajar mencakup bahasa ibu (L1) peserta didik serta bahasa kedua (L2) yang diperoleh peserta didik melalui program dan teknik-teknik penghayatan bahasa. Berbagai jenis metode penghayatan bahasa dibedakan tergantung usia peserta didik, lama waktu penggunaan L2 di dalam kelas, mata pelajaran yang diajarkan, serta tingkat partisipasi penutur L1.

Walaupun program-programnya berbeda-beda tergantung negara dan konteks budayanya, penghayatan bahasa memiliki garis besar tujuan yang sama, yaitu menyokong praktik dwibahasa bagi kelompok-kelompok penutur bahasa yang berbeda. Dalam banyak kasus, praktik dwibudaya juga menjadi tujuan penghayatan bahasa, baik oleh penutur bahasa mayoritas maupun bahasa minoritas. Penelitian menunjukkan bahwa bentuk pendidikan dwibahasa memberikan peserta didik pemahaman bahasa yang lebih mendalam, serta produksi ujaran L2 dengan cara yang mirip dengan penutur jati. Program semacam ini juga memberikan paparan yang lebih besar terhadap keragaman budaya dan pemertahanan bahasa, khususnya bahasa warisan.

Sebuah malam pertukaran budaya antara sekolah bahasa Arab Al-Waha dan sekolah bahasa Jepang Mori no Ike di Desa-desa Bahasa Concordia, Minnesota. Penutur bahasa Arab diajarkan bahasa Jepang beserta kaligrafi aksaranya melalui penghayatan bahasa secara langsung.

Latar belakang

Dalam perkembangannya, pendidikan dwibahasa telah menggunakan berbagai pendekatan berbeda di luar model tradisional yang langsung mencemplungkan peserta didik ke dalam kegiatan belajar-mengajar dengan L2 tanpa bantuan L1. Menurut Center for Applied Linguistics (CAL, Indonesia: Pusat Linguistik Terapan), pada tahun 1971, hanya terdapat tiga sekolah penghayatan bahasa di Amerika Serikat. Jumlah ini melonjak menjadi 448 pada tahun 2011. Tiga bahasa yang lazim digunakan sebagai pengantar adalah bahasa Spanyol (45%), Prancis (22%), dan Mandarin (13%).[2]

Di Kanada, program penghayatan bahasa Prancis yang menggunakan bahasa target sebagai pengantar dimulai kali pertama pada tahun 1965 di Quebec. [3] Karena penutur bahasa Prancis adalah mayoritas di Quebec, orang tua penutur bahasa Inggris pun ingin memastikan bahwa anak-anak mereka dapat menguasai bahasa Prancis sama baiknya dengan bahasa Inggris. Sejak saat itu, metode penghayatan bahasa Prancis telah menyebar ke seluruh negeri, sehingga menjadikannya sebagai bentuk penghayatan bahasa yang paling umum di Kanada. Menurut survei yang dilakukan CAL pada tahun 2011, terdapat lebih dari 528 sekolah imersi di AS. Selain itu, program penghayatan bahasa juga telah menyebar ke Australia, Tiongkok Daratan, Arab Saudi, Jepang, serta Hong Kong, dan menawarkan lebih dari 20 bahasa. Sebuah survei di Amerika Serikat oleh CAL pada tahun 2011 menunjukkan bahwa bahasa Spanyol adalah bahasa yang paling umum dalam program penghayatan bahasa di sana, sebab banyak imigran yang berasal dari negara berbahasa Spanyol. Terdapat lebih dari 239 program penghayatan bahasa Spanyol di AS. Bahasa lain yang umum dimasukkan ke dalam program penghayatan di AS adalah Prancis (114 program) dan Mandarin (71 program). [4]

Rujukan

  1. ^ Kridalaksana, Harimurti (2008). Kamus Linguistik (edisi ke-4). hlm. 184. ISBN 9789792235708. 
  2. ^ Center for Applied Linguistics. (2011). Directory of foreign language immersion programs in U.S. schools. Retrieved April 1, 2017, from http://webapp.cal.org/Immersion/.
  3. ^ Zuidema, J. (2011). French-Speaking Protestants in Canada : Historical Essays. Leiden: Brill NV.
  4. ^ Center for Applied Linguistics. (2011). Directory of foreign language immersion programs in U.S. schools. from http://www.cal.org/resources/immersion/

 

Kembali kehalaman sebelumnya