Pengepungan Kedutaan Besar Iran
Pengepungan Kedutaan besar Iran berlangsung dari 30 April hingga 5 Mei 1980, setelah enam orang bersenjata menyerbu kedutaan besar Iran di Kensington Selatan, London. Orang-orang bersenjata anggota kelompok kedaulatan nasional orang Arab Iran di wilayah Provinsi Khuzestan di Iran Selatan, menahan 26 orang sandera—sebagian besar staf kedutaan, tetapi juga beberapa pengunjung serta seorang perwira polisi yang sedang menjaga kedutaan. Mereka menuntut pembebasan tahanan Arab dari penjara di Khuzestan dan perjalanan keluar yang aman dari Inggris.[1] Pemerintah Margaret Thatcher dengan cepat memutuskan bahwa perjalanan yang aman tidak akan dikabulkan, dan pengepungan terjadi. Selama hari-hari berikutnya, para perunding polisi berhasil membebaskan lima sandera dengan imbalan kecil, seperti penyiaran tuntutan-tuntutan penyandera di televisi Inggris. Setelah enam hari pengepungan, para militan telah semakin frustrasi akan kurangnya kemajuan pemenuhan tuntutan mereka. Malam itu, mereka membunuh salah satu sandera dan melemparkan tubuhnya keluar dari kedutaan. Akibatnya, pemerintah memerintahkan Special Air Service (SAS), resimen pasukan khusus Tentara Inggris, untuk melakukan serangan—Operasi Nimrod—untuk menyelamatkan para sandera yang tersisa. Tak lama setelah itu, tentara SAS mendobrak masuk melalui atap bangunan dan jendela. Selama 17 menit serangan, mereka menyelamatkan semua sandera kecuali satu, dan menewaskan lima dari enam penyandera. Para prajurit belakangan dituduh bahwa mereka tidak perlu menghabisi dua dari lima orang tersebut, namun penyelidikan lebih lanjut menyatakan bahwa para anggota SAS tidak melakukan kesalahan. Seorang militan penyintas diadili dan dihukum 27 tahun penjara di Inggris. Penyandera dan alasan mereka terlupakan setelah Perang Iran–Irak pecah pada tahun yang sama dan krisis penyanderaan di Teheran berlanjut hingga Januari 1981. Meskipun demikian, operasi penyerbuan tersebut membawa SAS ke mata publik untuk pertama kalinya dan mendukung reputasi Thatcher. SAS dengan cepat segera kewalahan oleh jumlah pendaftaran yang diterima dari orang-orang yang terinspirasi oleh operasi tersebut dan mengalami peningkatan permintaan atas keahlian mereka dari pemerintah asing. Bangunan kedutaan itu sendiri, setelah menderita kerusakan besar akibat kebakaran yang terjadi selama serangan, tidak dibuka kembali sebagai kedutaan besar Iran hingga tahun 1993. Latar belakangMotifPara penyandera merupakan anggota dari Front Demokratik Revolusioner untuk Kemerdekaan Arabistan (Democratic Revolutionary Front for the Liberation of Arabistan, DRFLA) - orang Arab Iran yang bermaksud mendirikan suatu wilayah otonom di bagian Selatan provinsi Khuzestan milik Iran (juga dikenal sebagai Arabistan) dimana sejumlah orang berbahasa Arab tinggal sebagai minoritas. Daerah kaya minyak tersebut telah menjadi sumber kekayaan untuk Iran setelah pengembangannya oleh perusahaan-perusahaan multinasional semasa Shah berkuasa. Menurut Oan Ali Muhammad, penindasan gerakan kedaulatan Arab menyebabkan keinginannya untuk menyerang Kedutaan besar Iran di London—rencana itu sendiri terinspirasi oleh krisis penyanderaan di Iran di mana para pendukung revolusi menyandera staf dari kedutaan besar Amerika di Teheran.[2] Ketibaan di LondonMenggunakan paspor Irak, Oan dan tiga anggota lain dari DRFLA tiba di London pada tanggal 31 Maret 1980 dan menyewa sebuah apartemen di Earls Court. Mereka mengklaim mereka bertemu secara kebetulan dalam penerbangan. Mereka biasanya pulang ke apartemen dalam keadaan mabuk, larut malam, dan kadang-kadang disertai dengan pelacur. Dalam seminggu, penjaga rumah mengusir mereka. Mereka segera ditemukan tempat baru, di mana mereka mengatakan pemilik baru mereka bahwa mereka pindah karena mereka telah bergabung dengan kelompok lain dan butuh akomodasi yang lebih besar. Selama hari-hari berikutnya, kelompok mereka semakin besar, sampai dengan belasan pria pada satu kesempatan.[3] Oan berusia 27 dan berasal dari Khuzestan, ia pernah belajar di Universitas Teheran, di mana ia menjadi aktif secara politik. Dia telah dipenjara oleh SAVAK, polisi rahasia Shah, dan memiliki bekas luka yang katanya berasal dari penyiksaan selama penahanan SAVAK. Anggota lain dari kelompoknya bernama Shakir Abdullah Radhil, yang dikenal sebagai "Faisal", wakilnya yang juga mengaku telah disiksa oleh SAVAK; Shakir Sultan Said, atau "Hassan"; Themir Moammed Hussein, atau Abbas; Fowzi Badavi Nejad, atau "Ali"; dan Makki Hanoun Ali, anggota termuda grup, yang dijuluki "Makki".[4][5] Pada tanggal 30 April mereka memberitahu pemilik rumah bahwa mereka akan pergi ke Bristol selama seminggu dan kemudian kembali ke Irak, menyatakan bahwa mereka tidak akan butuh apartemen itu lagi, dan mengatur barang-barang mereka untuk dikirim ke Irak. Mereka meninggalkan gedung pada pukul 09:30 (BST) pada tanggal 30 April. Tujuan awal mereka tidak diketahui, tapi dalam perjalanan ke Kedubes Iran mereka mengumpulkan senjata api (termasuk pistol dan senapan mesin ringan), amunisi dan granat tangan. Senjata-senjata tersebut, sebagian besar buatan Soviet, diyakini telah diselundupkan ke Inggris dalam tas diplomatik milik Irak.[6] Sesaat sebelum 11:30, dan hampir dua jam setelah mengosongkan apartemen mereka di Lexham Gardens, enam orang tiba di luar kedutaan.[7] Special Air ServiceSpecial Air Service (SAS) adalah sebuah resimen Tentara Inggris dan bagian dari pasukan khusus Britania Raya. Resimen ini dibentuk oleh Kolonel David Stirling di Afrika pada tahun 1941, pada puncak Perang Dunia Kedua. Awalnya, mereka berperan menembus garis pertahanan musuh dan menyerang lapangan udara dan jalur pasokan jauh di dalam wilayah musuh, pertama di Afrika Utara dan kemudian di sekitar Mediterania dan di wilayah Eropa yang diduduki. Stirling memulai prinsip menggunakan tim kecil, biasanya hanya empat orang, untuk melaksanakan serangan—setelah menyadari bahwa tim dengan empat orang kadang-kadang terbukti jauh lebih efektif dari satuan dengan ratusan tentara.[8] Pemerintah barat terdorong membentuk unit khusus anti-teroris setelah Pembantaian München. Pada Olimpiade tahun 1972, baku tembak antara sekelompok penyandera dan polisi Jerman Barat menewaskan seorang polisi dan semua sandera. Pemerintah Inggris, khawatir mereka tidak siap untuk krisis serupa di Inggris, memerintahkan pembentukan Sayap Perang Kontra Revolusioner (Counter Revolutionary Warfare, CRW) di SAS, yang menjadi unit anti-teroris dan anti-pembajakan utama Inggris. SAS telah mengambil bagian dalam operasi kontra-pemberontakan di luar negeri sejak tahun 1945, dan telah melatih pengawal dari orang-orang berpengaruh yang dianggap berharga untuk kepentingan Inggris. Dengan demikian, hal itu diyakini akan lebih siap untuk peran dari setiap unit di kepolisian atau di tempat lain di angkatan bersenjata. Pengalaman operasional pertama sayap CRW adalah penyerbuan Penerbangan Lufthansa 181 pada tahun 1977, ketika sebuah detasemen kecil tentara dikirim untuk membantu GSG 9—kesatuan polisi elit Jerman Barat yang dibuat setelah peristiwa tahun 1972.[9] PengepunganHari pertama: 30 AprilKira-kira pukul 11:30 pada hari Rabu 30 April enam anggota bersenjata berat dari DRFLA menyerbu bangunan Kedutaan besar Iran di Princes Gate, South Kensington. Orang-orang bersenjata dengan cepat menjatuhkan Polisi Trevor Lock dari Grup Perlindungan Diplomatik (DPG) Polisi Metropolitan. Trevor membawa revolver Smith & Wesson kaliber .38 tersembunyi,[10] tetapi tidak dapat menariknya sebelum ia dijatuhkan, meskipun dia sempat menekan "tombol panik" di radio. Trevor kemudian digeledah, tapi para militan tidak menemukan pistolnya. Dia tetap memiliki pistol, dan menolak untuk melepas mantelnya—katanya untuk "melestarikan harga dirinya" sebagai seorang perwira polisi—dalam rangka tetap menyembunyikan senjatanya.[11] Petugas ini juga menolak tawaran makanan sepanjang pengepungan karena takut bahwa senjata akan terlihat jika ia harus menggunakan toilet dan seorang pria bersenjata memutuskan untuk mengawalnya.[12] Meskipun sebagian besar orang-orang di kedutaan ditangkap, tiga berhasil melarikan diri—dua dengan memanjat keluar dari tanah-lantai jendela dan ketiga dengan memanjat pembatas lantai pertama dengan Kedutaan Ethiopia di sebelah. Orang keempat, Gholam-Ali Afrouz—kuasa urusan ad-interim dan dengan demikian petugas resmi Iran hadir yang paling senior—sempat melarikan diri dengan melompat keluar dari jendela lantai satu, tapi terluka dalam proses dan cepat kembali ditangkap. Afrouz dan 25 sandera lainnya dibawa ke sebuah kamar di lantai dua.[13] Sebagian besar sandera adalah staf kedutaan—mayoritas warga negara Iran, namun beberapa karyawan orang Inggris juga ditangkap. Sandera lainnya semua pengunjung, dengan pengecualian dari Trevor, perwira polisi Inggris yang bertugas menjaga kedutaan. Afrouz telah diangkat ke posisinya kurang dari satu tahun sebelumnya, karena pendahulunya telah diberhentikan setelah revolusi. Abbas Fallahi, seorang pelayan sebelum revolusi, diangkat menjadi penjaga pintu oleh Afrouz. Salah satu anggota staf Inggris adalah Ron Morris, dari Battersea, yang telah bekerja untuk kedutaan besar tersebut di berbagai jabatan sejak tahun 1947.[14] Selama pengepungan, polisi dan wartawan menentukan identitas beberapa sandera lainnya. Mustapha Karkouti adalah seorang jurnalis yang meliput krisis di Kedutaan besar AS di Teheran dan di kedutaan untuk wawancara dengan Abdul Fazi Ezzati, atase budaya.[15] Muhammad Hashir Faruqi adalah wartawan lainnya, di kedutaan untuk mewawancarai Afrouz untuk sebuah artikel mengenai Revolusi Iran. Simeon "Sim" Harris dan Chris Cramer, keduanya karyawan BBC, berada di kedutaan untuk mencoba mendapatkan visa kunjungan ke Iran—berharap untuk meliput imbas revolusi 1979—setelah beberapa kali gagal. Mereka terduduk di samping Moutaba Mehrnavard, yang ada di sana untuk konsultasi dengan Ahmad Dadgar, penasihat medis kedutaan, dan Ali Asghar Tabatabai, yang sedan mengambil peta untuk digunakan dalam suatu presentasi pada akhir kursus yang sedang ditempuhnya.[16]
Polisi tiba di kedutaan hampir segera setelah laporan awal adanya tembakan, dan, dalam waktu sepuluh menit, tujuh petugas DPG berada di tempat kejadian. Petugas bergerak untuk mengepung kedutaan, tetapi mundur ketika seorang pria bersenjata muncul di jendela dan mengancam untuk menembak. Deputi Asisten Komisaris John Dellow tiba hampir 30 menit kemudian dan mengambil alih komando operasi.[17] John menggunakan mobilnya sebagai markas sementara sebelum berpindah ke Royal School of Needlework seterusan Princes Gate dan kemudian ke 24 Princes Gate, sebuah TK.[18] Dari berbagai pos komando, John mengkoordinasikan respon polisi, termasuk penyebaran D11, penembak jitu Polisi Metropolitan,[./Iranian_Embassy_siege#cite_note-22 [catatan 2]][note 1] dan petugas dengan peralatan pengawasan spesialis. Para perunding polisi melakukan kontak dengan Oan melalui telepon lapangan melewati salah satu dari jendela-jendela kedutaan, dibantu oleh seorang negosiator dan psikiater. Pukul 15:15 Oan mengeluarkan permintaan pertama DRFLA, pelepasan 91 orang Arab yang ditahan di penjara-penjara di Khuzestan, dan mengancam untuk meledakkan kedutaan dan para sandera jika ini tidak dilakukan pada tengah hari pada 1 Mei.[20][21] Sejumlah besar wartawan tiba di tempat kejadian dengan cepat dan dipindahkan ke area khusus di sebelah barat dari depan kedutaan,[22] sementara lusinan pengunjuk rasa Iran juga tiba di dekat kedutaan besar dan tetap ada selama pengepungan.[23] Tak lama setelah krisis dimulai, komite darurat COBRA milik pemerintah Inggris[./Iranian_Embassy_siege#cite_note-28 [catatan 3]][note 2] berkumpul. COBRA terdiri dari menteri, PNS dan penasihat ahli—termasuk perwakilan dari polisi dan angkatan bersenjata. Rapat dipimpin oleh William Whitelaw, Menteri Dalam Negeri, karena Margaret Thatcher, Perdana Menteri, tidak tersedia. Pemerintah Iran menuduh Amerika dan Inggris mensponsori serangan itu sebagai balas dendam atas pengepungan Kedutaan Besar AS di Teheran yang sedang berlangsung. Mengingat kurangnya kerjasama dari Iran, Thatcher—yang terus diberitahu tentang situasi dengan Whitelaw—menentukan bahwa hukum Inggris akan diterapkan ke kedutaan, meskipun Konvensi Wina, di mana kedutaan dianggap wilayah Iran.[25] Pukul 16:30, orang-orang bersenjata pertama kali melepaskan sandera, Frieda Mozaffarian. Dia telah tidak sehat sejak pengepungan dimulai, dan Oan telah meminta dokter untuk dikirim ke kedutaan untuk mengobatinya, namun polisi menolak. Sandera lainnya menipu Oan bahwa Frieda hamil, dan Oan akhirnya melepaskan Frieda setelah kondisinya memburuk. Hari kedua: 1 MeiPertemuan dilanjutkan lepas tengah malam hingga hari Kamis. Sementara itu, dua tim yang diberangkatkan dari markas Special Air Service (SAS) di dekat Hereford, tiba di area penahan di Barak Regent's Park. Tim-tim tersebut—Skuadron B, dilengkapi dengan spesialis dari skuadron lain—dilengkapi dengan gas CS, granat pengejut, dan bahan peledak dan dipersenjatai dengan pistol Browning Hi-Power dan senapan mesin ringan Heckler & Koch MP5.[./Iranian_Embassy_siege#cite_note-31 [catatan 4]][note 3][27] Letnan Kolonel Michael Rose, komandan SAS 22 telah melakukan perjalanan sebelum detasemen dan memperkenalkan diri kepada John, komandan operasi polisi. Sekitar pukul 03:30 pada tanggal 1 Mei, salah satu tim SAS pindah ke gedung sebelah kedutaan, biasanya ditempati oleh Royal College of General Practitioners, di mana mereka diberitahu tentang rencana "tindakan segera" Michael yang akan dilaksanakan bila SAS harus menyerbu gedung sebelum sempat membuat rencana yang lebih lengkap.[28] Pada dini hari 1 Mei, orang-orang bersenjata memerintahkan salah satu sandera untuk menelepon kantor berita BBC. Selama panggilan, Oan berbicara langsung kepada wartawan BBC. Dia mengidentifikasi kelompok asal orang-orang bersenjata dan menyatakan bahwa sandera non-Iran tidak akan dilukai, tetapi menolak untuk mengizinkan wartawan untuk berbicara dengan sandera lainnya.[29] Pada siang hari, polisi dinonaktifkan saluran telepon kedutaan, meninggalkan hanya telepon lapangan untuk komunikasi keluar bagi penyandera. Saat sandera bangun, Chris Cramer, pengatur suara untuk BBC, menjadi sakit parah dan rekannya, Sim Harris, dibawa ke telepon untuk bernegosiasi untuk dokter. Negosiator polisi menolak permintaan tersebut, dan malah meminta Sim untuk membujuk Oan untuk melepaskan Chris. Negosiasi lanjutan antara Harris, Oan, dan polisi berlangsung sepanjang pagi, dan Chris akhirnya dilepaskan pada 11:15. Dia dilarikan ke rumah sakit dengan ambulans, disertai oleh petugas polisi yang dikirim untuk mengumpulkan informasi dari dia.[30] Selagi batas waktu tengah hari untuk melepaskan para tahanan Arab, yang diatur pada hari sebelumnya, semakin mendekat, polisi menjadi yakin bahwa para militan tidak berkemampuan untuk melaksanakan ancaman mereka meledakkan kedutaan, dan membujuk Oan untuk menyetujui batas waktu baru pukul 14:00. Polisi membiarkan mereka sampai lewat batas waktu, dan tidak ada tanggapan langsung dari para militan. Pada sore hari, Oan mengubah tuntutannya, meminta media Inggris menyiarkan pernyataan berupa keluhan kelompok itu dan menuntut duta besar dari tiga negara-negara Arab untuk menegosiasikan perjalanan yang aman dari Inggris bagi kelompok itu setelah pernyataan telah disiarkan. Sekitar pukul 20:00, Oan menjadi terganggu oleh suara-suara yang datang dari Kedutaan Ethiopia di sebelah. Suara itu datang dari teknisi yang sedang mengebor lubang di dinding untuk menanam perangkat mendengarkan, tapi opsir polisi Trevor Lock, ketika diminta untuk mengidentifikasi suara, mengaitkannya dengan tikus.[31] COBRA memutuskan untuk membuat kebisingan ambien untuk menutupi suara yang dibuat oleh teknisi dan menginstruksikan British Gas untuk memulai pengeboran di sebuah jalan yang berdekatan, dengan alasan memperbaiki pipa gas. Pengeboran itu dibatalkan setelah para militan mulai gelisah, dan British Airports Authority, pemilik dari London Heathrow Airport, diberitahu untuk menginstruksikan pesawat yang mendekat untuk terbang di atas kedutaan besar di ketinggian rendah.[32] Hari ketiga: 2 MeiPada pukul 09:30 pada tanggal 2 Mei, Oan muncul di lantai pertama jendela kedutaan untuk permintaan akses ke sistem teleks, yang telah dinonaktifkan polisi bersama dengan saluran telepon, dan mengancam untuk membunuh Abdul Fazi Ezzati, atase budaya. Polisi menolak dan Oan mendorong Ezzati, yang ia telah memegang di bawah todongan senjata di jendela, ke seberang ruangan, sebelum menuntut untuk berbicara dengan seseorang dari BBC yang tahu Sim Harris. Polisi, lega untuk memiliki permintaan yang mereka bisa setujui dengan mudah, mengirim Tony Crabb, direktur managing dari Berita Televisi BBC bos Sim. Oan meneriakkan tuntutan-nya—untuk perjalanan yang aman dari Inggris, yang akan dinegosiasikan oleh tiga duta besar dari negara-negara Arab—ke Tony dari jendela lantai pertama, dan memerintahkan bahwa mereka harus ditayangkan bersama dengan pernyataan dari tujuan para penyandera oleh BBC. The Foreign and Commonwealth Office secara informal mendekati kedutaan Aljazair, Yordania, Kuwait, Lebanon, Suriah dan Qatar untuk bertanya jika duta besar mereka akan bersedia untuk berbicara dengan para penyandera. Duta besar Yordania segera menolak dan lima lainnya mengatakan mereka akan berkonsultasi dengan pemerintah mereka.[33] BBC menyiarkan pernyataan tersebut pada malam hari, tapi dalam bentuk yang tidak memuaskan untuk Oan, yang menganggapnya terpotong dan tidak benar.[34][35] Sementara itu, polisi menemukan pengurus kedutaan dan membawanya ke markas depan mereka untuk memberi penjelasan ke SAS dan petugas polisi senior. Ia memberitahu mereka bahwa pintu depan kedutaan diperkuat oleh sebuah pintu baja keamanan, dan bahwa jendela di lantai dasar dan lantai pertama dilengkapi dengan kaca lapis baja—hasil dari rekomendasi yang dibuat setelah SAS telah diminta untuk meninjau pengaturan keamanan untuk kedutaan besar beberapa tahun sebelumnya. Rencana untuk memasuki kedutaan dengan pemukulan pintu depan dan jendela lantai dasar dengan cepat dihapus dan ide-ide lain mulai dipikirkan.[36] Hari keempat: 3 MeiOan, marah oleh pelaporan BBC yang salah malam sebelumnya, menghubungi polisi negosiator tak lama setelah pukul 06:00 dan menuduh pihak berwenang menipu dia. Dia menuntut untuk berbicara dengan duta besar Arab, tetapi negosiator yang bertugas mengklaim bahwa pembicaraan masih disusun oleh Kantor luar Negeri. Mengenali taktik menunda, Oan mengatakan kepada negosiator bahwa sandera Inggris akan dibebaskan terakhir karena pemerintah Inggris' penipuan. Dia menambahkan bahwa seorang sandera akan dibunuh kecuali Tony Crabb dibawa kembali ke kedutaan. Tony tidak tiba di kedutaan sampai 15:30, hampir sepuluh jam setelah Oan menuntut kehadiran-nya, mengesalkan Oan dan Sim Harris. Oan kemudian menyampaikan pernyataan lain untuk Tony melalui Mustapha Karkouti, seorang jurnalis yang juga disandera di kedutaan. Polisi dijamin bahwa pernyataan akan disiarkan di buletin berita BBC berikutnya, dengan imbal pembebasan dua sandera. Para sandera memutuskan di antara mereka sendiri bahwa dua orang yang akan dilepaskan adalah Hiyech Kanji dan Ali-Guil Ghanzafar; tampaknya Ali-Guil dilepaskan karena dengkurannya yang keras mengganggu sandera lainnya pada malam hari.[37][38] Kemudian di malam hari, sekitar pukul 23:00, suatu tim SAS mengintai atap kedutaan. Mereka menemukan sebuah skylight, dan berhasil membukanya untuk digunakan sebagai titik akses, jika mereka harus menyerbu gedung. Mereka juga memasang tali di cerobong asap untuk memungkinkan tentara untuk meluncur ke bawah gedung dan mendapatkan akses melalui jendela jika diperlukan.[39] Hari kelima: 4 MeiDi siang hari, Kantor luar Negeri mengadakan pembicaraan lebih lanjut dengan para diplomat dari negara-negara Arab dengan harapan membujuk mereka untuk pergi ke kedutaan dan berbicara dengan para penyandera. Pembicaraan, yang diselenggarakan oleh Douglas Hurd, berakhir di jalan buntu. Para diplomat bersikeras mereka harus mampu menawarkan perjalanan yang aman dari Inggris untuk orang-orang bersenjata, percaya ini menjadi satu-satunya cara untuk menjamin hasil yang damai, tapi pemerintah Inggris itu bersikeras bahwa perjalanan yang aman tidak akan diberikan dalam keadaan apapun.[40] Mustapha, yang digunakan Oan untuk menerbitkan revisi tuntutan hari sebelumnya, menjadi semakin sakit sepanjang hari dan pada malam hari demam, yang mengarah ke tuduhan bahwa polisi telah meracuni makanan yang telah dikirim ke kedutaan. John Dellow, komandan operasi polisi, rupanya telah memikirkan ide tersebut dan bahkan berkonsultasi dengan dokter tentang kemungkinan penggunaannya, tapi akhirnya memutuskan itu "tidak praktis".[41] Perwira SAS yang terlibat dalam operasi—termasuk Brigadir Peter de-la-Billière, Direktur Pasukan Khusus; Letnan Kolonel Mike Rose, Komandan 22 SAS; dan Mayor Hector Gullan, komandan tim yang akan melakukan serangan—menghabiskan hari memantapkan rencana mereka untuk serangan. Hari ke enam: 5 MeiOan membangunkan Trevor pada fajar, yakin bahwa ada penyusup di kedutaan. Trevor dikirim untuk menyelidiki, tapi tidak ada penyusup ditemukan. Kemudian di pagi hari, Oan memanggil Trevor untuk memeriksa tonjolan di dinding yang memisahkan kedutaan besar Iran dari kedutaan Ethiopia di sebelah. Tonjolan itu, pada kenyataannya, disebabkan oleh pelepasan batu bata untuk memungkinkan tim penyerbu untuk menerobos dinding dan menanamkan alat pendengar, mengakibatkan melemahnya dinding. Meskipun Trevor meyakinkannya bahwa ia tidak percaya polisi hendak menyerbu gedung, Oan tetap yakin bahwa mereka "hendak melakukan sesuatu" dan memindahkan para sandera laki-laki dari ruangan di mana mereka telah menghabiskan empat hari terakhir ke yang lain menyusuri lorong.[42] Ketegangan meningkat sepanjang pagi dan, pada pukul 13:00, Oan mengatakan kepada polisi bahwa ia akan membunuh sandera kecuali ia mampu berbicara dengan duta besar Arab dalam waktu 45 menit. Pada 13:40, Trevor memberitahu perunding bahwa orang-orang bersenjata telah mengambil Abbas Lavasani—kepala petugas pers kedutaan—di lantai bawah dan bersiap-siap untuk mengeksekusinya. Abbas, taat dan percaya pada Revolusi Iran, telah berulang kali memprovokasi para penculiknya selama pengepungan. Menurut Trevor, Abbas menyatakan bahwa "jika mereka akan membunuh seorang sandera, [Abbas] ingin itu dia."[43] Tepat Pukul 13:45, 45 menit setelah Oan permintaan untuk berbicara dengan duta besar, tiga tembakan terdengar dari dalam kedutaan.[44] Menteri Dalam Negeri Willie Whitelaw, yang telah memimpin COBRA selama pengepungan, dilarikan kembali ke Whitehall dari suatu acara yang telah ia hadiri di Slough, kira-kira 20 mil (30 km) jauhnya, dan tiba 19 menit setelah tembakan telah dilaporkan. Ia diberitahu tentang SAS rencana oleh Peter de-la-Billière, yang memintanya untuk bersiap 40% sandera tewas dalam serangan. Setelah musyawarah, Whitelaw menginstruksikan SAS untuk mempersiapkan untuk menyerang bangunan setelah suatu pemberitahuan singkat, dan pesan tersebut diterima oleh Mike Rose pada 15:50. Oleh 17:00, SAS, berada dalam posisi untuk menyerang kedutaan besar dengan pemberitahuan sepuluh menit. Polisi negosiator merekrut imam dari sebuah masjid lokal pada 18:20, takut bahwa "krisis" telah dicapai, dan memintanya untuk berbicara dengan orang-orang bersenjata. Selanjutnya ada tiga tembakan selama imam berbicara dengan Oan. Oan mengumumkan bahwa seorang sandera tewas, dan sisanya akan mati dalam 30 menit kecuali tuntutannya dipenuhi. Beberapa menit kemudian, mayat Abbas dibuang keluar dari pintu depan. Pada pemeriksaan awal, dilakukan di tempat kejadian, seorang ahli patologi forensik memperkirakan bahwa Abbas telah mati selama setidaknya satu jam—yang berarti ia tidak terbunuh oleh tiga tembakan terbaru, dan menyebabkan polisi percaya bahwa dua sandera telah dibunuh. Pada kenyataannya, hanya Abbas yang telah ditembak.[45] Setelah mayat Abbas telah diambil, Sir David McNee, Komisaris Polisi Metropolitan, menghubungi Menteri dalam negeri untuk meminta persetujuan untuk menyerahkan kendali operasi ke Tentara Inggris, di bawah ketentuan Bantuan Militer ke Kekuasaan Sipil.[46] Whitelaw menyampaikan permintaan untuk Thatcher, perdana menteri langsung setuju. Dengan demikian John Dellow, perwira polisi berperingkat di kedutaan, menyerahkan kendali operasi kepada Letnan Kolonel Mike Rose pada 19:07, memberi otorisasi Mike untuk menyerang berdasarkan keputusannya. Sementara itu, para perunding polisi mulai mengulur-ulur Oan. Mereka menawarkan konsesi dalam rangka untuk mengalihkan perhatiannya dan mencegah dia membunuh lebih sandera, membeli waktu untuk SAS untuk membuat persiapan akhir untuk serangan yang sekarang tak terelakkan.[47] Serangan SASDua tim SAS di-TKP—Tim Merah dan Tim Biru—diperintahkan untuk memulai serangan bersamaan, di bawah nama sandi Operasi Nimrod, pukul 19:23. Satu kelompok dengan empat orang dari Tim Merah turun dari atap ke bagian belakang gedung, sementara empat orang tim menurunkan granat setrum melalui skylight. Peledakan granat setrum seharusnya bertepatan dengan peledakan bahan peledak tim pemanjat untuk masuk ke dalam gedung melalui jendela lantai dua. Penurunan tidak berjalan sesuai rencana dan sersan yang memimpin para pemanjat terjerat dalam tali. Ketika mencoba untuk membantu dia, salah satu tentara lainnya tidak sengaja menghancurkan jendela dengan kakinya. Suara melanggar jendela disiagakan Oan, yang berada di lantai pertama berkomunikasi dengan para perunding polisi, dan ia pergi untuk menyelidiki. Tentara itu tidak dapat menggunakan bahan peledak karena takut melukai sersan mereka, tapi berhasil menghantam masuk kedutaan.[48][49] Setelah tiga tentara pertama masuk, terjadi kebakaran yang mencapai tirai dan keluar dari jendela lantai dua, menyebabkan luka bakar berat pada sersan tersebut. Gelombang kedua pemanjat melepaskannya dari ikatan tali, dan ia jatuh ke balkon di bawah sebelum memasuki kedutaan dibelakang timnya. Sedikit di belakang Tim Merah, Tim Biru meledakkan bahan peledak di sebuah jendela lantai—memaksa Sim Harris, yang baru saja lari ke kamar, untuk berlindung.[50] Banyak operasi di depan kedutaan berlangsung di hadapan para wartawan dan disiarkan langsung di televisi, dengan demikian pelarian diri Harris melintasi pembatas lantai balkon itu tertangkap kamera dan menjadi terkenal.[51] Selagi para tiba di titik pendaratan lantai pertama, Trevor menjatuhkan Oan untuk mencegah dia menyerang pria SAS. Oan, masih bersenjata, kemudian ditembak mati oleh salah satu tentara. Sementara itu, tim lanjutan memasuki kedutaan melalui pintu belakang dan membersihkan lantai dasar dan bawah tanah.[52] SAS kemudian mulai mengevakuasi sandera, mengangkut mereka menuruni tangga menuju pintu belakang dari kedutaan. Dua teroris bersembunyi di antara sandera—salah satu dari mereka mengeluarkan sebuah granat tangan ketika ia diidentifikasi. Seorang tentara SAS, yang tidak berani menembak karena takut memukul sandera atau prajurit lain, mendorongnya ke bawah tangga, di mana dua tentara lainnya menembaknya mati.[53] Serangan itu berlangsung tujuh menit dan melibatkan 30-35 tentara. Teroris membunuh salah satu sandera dan melukai dua orang lainnya dengan serius dalam serangan sementara SAS membunuh semua kecuali satu dari teroris. Sandera terselamatkan dan teroris yang tersisa, yang masih tersembunyi di antara mereka, dibawa ke taman belakang kedutaan dan ditahan di tanah sementara mereka diidentifikasi. Teroris terakhir diidentifikasi oleh Sim Harris dan dibawa pergi oleh SAS.[54] ImbasSetelah pengepungan berakhir, PC Trevor Kunci itu secara luas dianggap sebagai seorang pahlawan. Ia dianugerahi Medali George, kehormatan sipil kedua-tertinggi Kerajaan Inggris, karena perilakunya selama pengepungan dan untuk menahan Oan selama serbuan SAS—satu-satunya waktu selama pengepungan itu dimana ia menarik senjata tersembunyinya. Selain itu, dia dihormati dengan Freedom of the City of London dan di House of Commons.[55][56] Sejarawan polisi Michael J. Waldren, mengacu pada serial televisi Dixon of Dock Green, menyarankan bahwa Trevor ini menahan diri dalam penggunaan revolvernya "yang menunjukkan contoh dari kekuatan gambaran Dixon",[57] dan Maurice Punch mencatat kontras antara tindakan Trevor dan taktik yang sangat agresif dari SAS.[58] Sersan Tommy Palmer dianugerahi Medali Kegagahan Ratu untuk perannya dalam serangan, di mana ia menembak mati seorang teroris yang rupanya hendak melemparkan granat di antara para sandera.[59] Setelah operasi selesai, sersan yang terperangkap saat menuruni tali dirawat di Rumah Sakit St Stephen's di Fulham. Dia menderita luka bakar serius di kakinya, tetapi berhasil pulih sepenuhnya.[60] Pemerintah Iran menyambut akhir dari pengepungan, dan menyatakan bahwa dua sandera yang tewas adalah martir bagi Revolusi Iran. Mereka juga mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Inggris untuk "tindakan tekun dari kepolisian selama insiden penyanderaan tidak adil di Kedutaan". Setelah serangan selesai, polisi melakukan penyelidikan pengepungan dan kematian dua sandera dan lima teroris, termasuk tindakan SAS. Tentara' senjata-senjata itu diambil untuk pemeriksaan dan, pada hari berikutnya, para prajurit sendiri diwawancarai panjang lebar oleh polisi di resimen dasar di Hereford. Ada kontroversi atas tewasnya dua teroris di ruangan telex, di mana sandera laki-laki ditahan. Sandera kemudian mengatakan dalam wawancara bahwa mereka telah membujuk penculik mereka untuk menyerah dan tayangan televisi muncul untuk menunjukkan kepada mereka melemparkan senjata keluar dari jendela dan memegang bendera putih. Dua tentara SAS yang membunuh mereka menyatakan dalam pemeriksaan bahwa mereka percaya orang-orang tersebut telah mencoba meraih senjata sebelum mereka ditembak. Pemeriksaan juri mencapai vonis bahwa tindakan para tentara merupakan pembunuhan dibenarkan (yang kemudian dikenal sebagai "pembunuhan sesuai hukum").[61] Fowzi Nejad adalah satu-satunya pria bersenjata yang selamat dari serangan SAS. Setelah diidentifikasi, ia diseret oleh seorang prajurit SAS, diduga untuk membawanya kembali ke dalam gedung dan menembaknya. Tentara tersebut berubah pikiran ketika diberitahu bahwa serangan itu disiarkan langsung di televisi. Belakangan diketahui bahwa rekaman dari belakang kedutaan berasal dari suatu kamera nirkabel yang dipasang di suatu apartemen. Kamera telah dipasang oleh teknisi ITN, yang telah menyamar sebagai tamu dari penduduk lokal dalam rangka untuk melewati penjagaan polisi, yang telah berada di tempat sejak awal pengepungan.[62] Fowzi ditangkap, dan akhirnya diadili, dinyatakan bersalah, dan dihukum penjara seumur hidup atas perannya dalam pengepungan.[63] Ia memenuhi syarat untuk pembebasan bersyarat pada tahun 2005. Sebagai seorang warga negara asing, dia biasanya akan segera dideportasi ke negara asalnya tetapi Pasal 3 dari Konvensi Eropa tentang Hak asasi Manusia, dimasukkan ke dalam hukum Inggris oleh Undang Hak asasi Manusia tahun 1998, menyebabkan Pengadilan Hak asasi Manusia Eropa untuk melarang deportasi dalam kasus di mana orang yang bersangkutan kemungkinan besar akan disiksa atau dieksekusi di negara asalnya.[64][65][66] Fowzi akhirnya dibebaskan pada tahun 2008 dan diberikan izin untuk tetap tinggal di Inggris, tapi tidak diberikan suaka politik.[67] Kementerian Dalam Negeri Inggris merilis sebuah pernyataan, mengatakan "Kami tidak memberikan status pengungsi kepada terpidana teroris. Tujuan kami adalah untuk mendeportasi orang-orang secepat mungkin tetapi hukum mengharuskan kita untuk terlebih dahulu memperoleh jaminan bahwa orang yang kembali tidak akan menghadapi kematian". Setelah 27 tahun di penjara, Nejad dianggap tidak lagi menjadi ancaman bagi masyarakat, tapi Trevor Lock menulis ke Kementerian Dalam Negeri Inggris untuk menentang pelepasannya. Dampak jangka panjangSerbuan SAS, dengan nama sandi Operasi "Nimrod", disiarkan langsung di waktu puncak pada libur nasional pada hari Senin malam dan dilihat oleh jutaan orang, sebagian besar di Inggris, mengubahnya menjadi suatu saat yang menentukan dalam sejarah Inggris.[68] BBC dan ITV memotong jadwal acara rutin mereka untuk menunjukkan akhir dari pengepungan,[69] yang terbukti melonjakkan karier beberapa wartawan. Kate Adie, wartawan BBC yang bertugas di kedutaan besar ketika serangan SAS mulai, ke depannya melaporkan dari zona perang di seluruh dunia dan akhirnya menjadi kepala koresponden berita BBC News,[70] sementara David Goldsmith dan timnya, yang bertanggung jawab untuk kamera tersembunyi di belakang kedutaan, dianugerahi BAFTA untuk cakupan mereka.[71] Keberhasilan operasi, dikombinasikan dengan ekspose media, menghasilkan rasa kebanggaan nasional yang sering dibandingkan dengan Hari Kemenangan di Eropa—akhir Perang Dunia Kedua di Eropa.[72] Operasi itu dinyatakan "keberhasilan nyaris tanpa pengecualian".[73] Margaret Thatcher ingat bahwa dia diselamati kemanapun dia pergi selama hari-hari berikutnya, dan menerima pesan-pesan dukungan dan ucapan selamat dari para pemimpin dunia lainnya. Namun, insiden itu sudah memperburuk hubungan antara Inggris dan Iran yang notabene sudah tegang setelah Revolusi Iran. Pemerintah Iran menyatakan bahwa pengepungan kedutaan direncanakan oleh pemerintah-pemerintah Inggris dan Amerika, dan bahwa para sandera yang tewas adalah para martir Revolusi.[74] Operasi Nimrod membawa SAS, sebuah resimen yang sebagian besar tidak diketahui pada saat itu karena sifat rahasia operasinya, ke mata publik.[75] Resimen itu tidak senang dengan profil baru mereka, setelah sebelumnya menikmati berada dalam bayangan. Meskipun demikian, operasi membenarkan SAS, yang telah terancam dibubarkan dan dianggap memboroskan sumber daya. Resimen itu dengan cepat kewalahan oleh pelamar baru. Keanggotaan 22 SAS hanya terbuka hanya untuk individu-individu yang saat ini melayani di Angkatan Bersenjata (walaupun semua sayap diperbolehkan untuk mendaftar), tetapi unit ini juga memiliki dua resimen dari Pasukan Teritorial (TA)-21 SAS dan 23 SAS yang berisi sukarelawan. Kedua resimen TA menerima peningkatan ratusan aplikasi dibanding tahun-tahun sebelumnya, mendorong de-la-Billière untuk menyatakan bahwa para pendafta tampak "meyakini bahwa helm balaklava dan senapan mesin ringan Heckler & Koch akan diserahkan kepada mereka begitu saja, sehingga mereka bisa pergi dan mengepung sendiri seperti yang terjadi di kedutaan". Ketiga unit terpaksamemperkenalkan tes kebugaran tambahan di awal proses aplikasi. SAS juga mengalami peningkatan permintaan keahlian mereka untuk melatih pasukan dari negara-negara sahabat dan negara-negara yang dianggap akan merugikan Inggris apabila runtuh. Tanggapan Pemerintah Inggris terhadap krisis, dan keberhasilannya menggunakan tenaga untuk mengakhirinya, memperkuat pemerintah Konservatif dan kredibilitas pribadi Thatcher. McNee percaya bahwa akhir pengepungan menyontohkan kebijakan pemerintah Inggris: menolak menyerah pada tuntutan teroris, "tidak ada tempat lain dimana efektivitas respon ini terhadap terorisme ditunjukkan secara lebih efektif".[76] Gedung kedutaan rusak parah oleh kebakaran. Perlu lebih dari satu dekade sebelum Inggris dan pemerintah Iran mencapai kesepakatan dimana Inggris akan memperbaiki kerusakan kedutaan di London dan Iran akan membayar untuk perbaikan ke kedutaan besar Inggris di Teheran, yang telah rusak selama Revolusi Iran tahun 1979. Para diplomat Iran mulai bekerja dari 16 Princes Gate lagi pada bulan Desember 1993. Reputasi DRFLA dirusak oleh hubungannya dengan pemerintah Irak setelah bukti muncul bahwa Irak telah mensponsori pelatihan dan mempersenjatai para penyandera. Perang Iran–Irak dimulai lima bulan setelah akhir dari pengepungan dan berlanjut selama delapan tahun. Kampanye untuk otonomi Khuzestan, dan DRFLA, terlupakan oleh karena permusuhan yang muncul. Lihat jugaCatatan
ReferensiDaftar pustaka Kutipan
|