Presiden Sirisena memberlakukan undang-undang darurat, memberikan kewenangan yang lebih luas kepada Kepolisian; Presiden kemudian menyatakan bahwa undang-undang darurat akan dibatasi untuk menangani ancaman terorisme saat ini dan tidak akan digunakan untuk melanggar kebebasan berekspresi.[14]
Tuntutan
9 orang didakwa memasok perlengkapan yang digunakan sehubungan dengan tindakan terorisme, dijadwalkan hadir dalam Pengadilan Magistrat Kolombo pada 6 Mei 2019[15]
Pengeboman Paskah Sri Lanka 2019 adalah serangkaian serangan teroris dengan pengeboman bunuh diri terkoordinasi yang terjadi pada 21 April 2019, bertepatan dengan Minggu Paskah, dengan target tiga gereja yang tersebar di beberapa kota di Sri Lanka dan tiga hotel mewah di ibu kota Kolombo. Kemudian pada hari tersebut, beberapa ledakan kecil terjadi di sebuah kompleks perumahan di Dematagoda dan sebuah pesanggrahan di Dehiwala. Beberapa kota di Sri Lanka, termasuk ibu kota Kolombo, menjadi sasaran. Sedikitnya 253 orang tewas,[3] termasuk sedikitnya 39 warga negara asing[16] dan tiga petugas polisi, dan sedikitnya 500 orang terluka dalam pengeboman tersebut.[17][18][19][20][21]
Menurut pejabat pemerintah, ketujuh pengebom bunuh diri dalam serangan yang hampir bersamaan tersebut adalah warga negara Sri Lanka yang terkait dengan Jemaah Tauhid Nasional, sebuah kelompok Islamis radikal militan lokal dengan dugaan hubungan luar negeri, yang sebelumnya dikenal karena serangan terhadap umat Buddha.[6]Menteri Pertahanan NegaraRuwan Wijewardene mengatakan di parlemen bahwa investigasi awal telah mengungkapkan serangan itu sebagai pembalasan atas serangan terhadap Muslim di Christchurch.[10][11][12][13] Namun, para analis percaya serangan itu telah direncanakan sebelum serangan Christchurch.[27][27]
Minggu Paskah adalah salah satu hari paling suci dalam Kekristenan; tingkat kehadiran di gereja di Sri Lanka sangat tinggi pada hari ini.[31]
The New York Times dan AFP mewartakan seorang kepala polisi yang memperingatkan para pejabat keamanan ancaman terhadap gereja-gereja terkemuka dari sebuah kelompok Islamis radikal, Jemaah Tauhid Nasional, dalam sebuah laporan 10 hari sebelum serangan.[32] Namun, tidak ada informasi yang disampaikan kepada para politisi senior negara terkait hal ini.[33][34] Menteri Harin Fernando kemudian mentwit gambar-gambar memo internal dan laporan oleh intelijen polisi tentang serangan teror yang direncanakan oleh pemimpin Jemaah Tauhid Nasional, Mohammed Zahran.[16]
Umat Kristen di Sri Lanka sedang mengadakan misa Paskah ketika serangan terjadi. Pelaku serangan menyadar sejumlah gereja dan hotel di berbagai tempat di Sri Lanka. Sedikitnya dua serangan bom diduga dilakukan oleh pengebom bunuh diri.[23] 35 warga asing tewas, termasuk warga negara Amerika Serikat, Britania Raya, Tiongkok, Belanda, dan Portugal.[35][36][37]
Gereja Zion di Batticaloa terkena serangan bom.[40] Staf rumah sakit Batticaloa menyatakan bahwa lebih dari 300 orang dirawat di sana usai serangan ini.[24] Media Sri Lanka mengatakan bahwa sedikitnya 40 orang tewas di Kolombo, 93 di Negombo, dan 27 di Batticaloa.[41][42] Polisi melaporkan bahwa sembilan korban tewas di antaranya merupakan wisatawan.[22]
207 orang tewas dan lebih dari 460 orang luka-luka, beberapa di antaranya kritis. Korban tewas meliputi dua teknisi Turki yang sedang mengerjakan proyek di Sri Lanka, satu wisatawan Tiongkok, satu warga negara Portugal dan Belanda.[65]
Dilaporkan bahwa salah satu pelaku, Abdul Latheef menjadi salah satu subjek penyelidikan terorisme oleh Australia pada 2014 setelah muncul laporan yang menghubungkannya dengan pelaku operasi IS Neil Prakash.[67]
Catatan
^Salah satunya kewarganegaraan ganda Swiss-Belanda dan Belanda-Sri Lanka