Penerbangan 714 ke Sydney
Penerbangan 714 ke Sydney (bahasa Prancis: ''Vol 714 pour Sydney''), adalah sebuah album serial kisah Petualangan Tintin yang ke 22, dari Hergé, seorang kartunis dari Belgia. SinopsisDalam perjanalannya ke Sydney, penerbangan Qantas QF714 melakukan transit, di bandara Bandara Kemajoran. Tintin, Milo, Kapten Haddock dan Profesor Lakmus berada dalam penerbangan tersebut dalam rangka memenuhi undangan kongres astronomi di Sydney. Di terminal, mereka bertemu teman lama mereka, pilot bernama Skut, yang kini menjadi pilot pribadi dari seorang pengusaha dan milyuner eksentrik, Lazslo Carreidas.[1][2] Tintin dan teman-temannya akhirnya bergabung dalam pesawat jet pribadi Lazslo Carreidas, Carreidas 160, yang diawaki oleh pilot Skut, ko-pilot Hans Boehm, seorang navigator Paolo Colombani dan pramugara Gino. Dalam perjalanan, pesawat itu dibajak untuk dibawa ke pulau vulkanik fiktif, Pulau-pulau Bompa, di Laut Sulawesi. Pembajakan pesawat ini direncanakan oleh Rastapopoulos, yang berkeinginan untuk menguasai harta Carrreidas.[2] Para tahanan; Tintin, Kapten Haddock, Profesor Lionel Lakmus, Skut dan Gino diikat dan ditahan di bunker Jepang peninggalan Perang Dunia II. Sementara itu Rastapopoulos membawa Carreidas ke bunker lain di mana komplotannya, Dokter Krollspell, menyuntik jutawan itu dengan serum kejujuran, agar ia memberitahu Rastapopoulos nomor rekening bank Swiss miliknya. Dalam pengaruh serum kejujuran, Carreidas menjadi terlalu bersemangat untuk mengatakan kebenaran tentang hidupnya yaitu ; keserakahan, pengkhianatan, dan semuanya kecuali rekening banknya. Karena geram, Rastapopoulos mencoba menekuk lutut Dokter Krollspell, sehingga tanpa sengaja ia tersuntik oleh serum itu juga. Rastapopoulus akhirnya juga turut menceritakan seluruh perbuatannya selama ini dan ia dan Carreidas mulai bertengkar tentang siapa yang lebih jahat. Rastapopoulos mengungkapkan bahwa hampir semua orang yang ia rekrut, termasuk Spalding, pilot pesawat terbang, dan Dokter Krollspell, akan dibunuh ketika semua ini berakhir.[3] Dalam pelariannya, Tintin, mendapatkan bimbingan melalui telepati, untuk menemukan pintu masuk tersembunyi ke gua. Melalui lorong besar mereka menemukan sebuah kuil tersembunyi di dalam gunung berapi di pulau itu, dijaga oleh patung kuno yang memiliki penampilan astronaut modern. Ketika menjelajahi gunung berapi itu lebih jauh, Tintin dan teman-temannya bertemu Mik Kanrokitoff, seorang penulis untuk majalah Space Week, yang mengungkapkan bahwa dialah suara yang membimbing mereka, melalui pikiran dan lewat pemancar telepati. Mik Kanrokitoff memperoleh perangkat tersebut, dari ras ekstraterestrial, yang sebelumnya dipuja di pulau itu sebagai dewa dan yang menggunakan pulau ini sebagai tempat pendaratan untuk berhubungan dengan manusia. Ledakan yang dipicu Rastapopoulos dan anak buahnya memicu letusan gunung berapi di pulau itu. Tintin dan teman-temannya akhirnya mencapai tempat aman di dalam kawah gunung berapi. Sementara itu, Rastapopoulos dan kaki tangannya melarikan diri dari letusan dengan menuruni luar gunung berapi.[4] Tintin dan teman-temannya berhasil selamat dan diselematkan dengan pesawat UFO, melarikan diri dari letusan gunung berapi. Kemudian mereka bertukar tempat dengan para penumpang perahu karet yang berisikan Rastapopoulos dan kaki tangannya, hingga akhirnya Tintin dan teman-teman berhasil selamat dan kehilangan ingatan mengenai peristiwa ini. Selanjutnya mereka termasuk Carreidas, menaiki Penerbangan 714 ke Sydney.[5] SejarahLatar belakangFaktaTransportasi UdaraDalam Komik ini Hergé, menampilkan beberapa pesawat dan salah satunya adalah pesawat penumpang berkecepatan supersonik dengan moda sayap sayungnya dengan nama Carreidas 160. Beberapa bagian dari desain ini juga diadopsi oleh pesawat penumpang supersonik legendaris, Concorde. Di panel pertama komik ini digambarkan dua pesawat yang mewakili dua negara dan flag carrier-nya, yaitu Garuda Indonesia dan Qantas. Sejak tahun 1959, GA dan QF, adalah dua penerbangan di belahan selatan bumi yang sama-sama memasuki era pesawat jet, yang diwakili oleh pesawat Boeing 707 V-Jet QF dan Convair 990 GA.[6] Pada panel pertama komik ini, digambarkan sebuah pesawat Qantas Boeing 707 dengan nomor penerbangan QF 714 yang dinaiki Tintin dan kawan-kawan dalam penerbangannya dari Eropa ke Australia dalam rangka menemani Prof. Lakmus menghadiri suatu acara keilmuan, sedang mendarat di bandara Kemajoran, Jakarta.[7] Pada tahun 60-an, setiap penerbangan dari benua Eropa ke Australia pasti akan singgah di bandara ini untuk melakukan penurunan penumpang ataupun untuk pengisian bahan bakar. Pada masa itu, bandar udara Changi belum ada, sehingga posisi bandara Kemajoran ini menjadi strategis dan penting. Pesawat Boeing 707 ini juga merupakan penanda era baru bagi Qantas, yaitu era Jet Age. Pada bulan Juli sampai dengan September 1959, Qantas merupakan salah satu perusahaan penerbangan di luar Amerika Serikat yang mulai mendapatkan tujuh Boeing 707, tepatnya Boeing 707-138. Mulai bulan Oktober 1959, penerbangan Qantas, Sydney - London mulai dijalankan dengan transit di India.[8] Julukan V-Jets disematkan karena merupakan modifikasi dari Boeing 707 dengan mesin baru Turbofan, tepatnya Boeing 707 - 138B. Huruf V sendiri berasal dari bahasa Latin vannus yang artinya fan. Pesawat ini ditenagai oleh mesin turbofan yang dibangun dan dikembangkan oleh Pratt & Whitney. Salah satu keuntungan mesin ini adalah ia menawarkan pemakaian bahan bakar yang lebih hemat, jarak untuk tinggal landas yang lebih pendek, beban muatan lebih banyak dengan jarak tempuh yang lebih jauh dengan kecepatan rata-rata di ketinggian optimum, 960 km/h.[8] Dan dengan data inilah tampaknya Herge menampilkan pesawat Boeing 707 dalam kisah komik ini. Carreidas 160Carreidas 160 adalah prototipe pesawat supersonik bisnis yang pertama ada di jamannya. Pesawat ini didesain oleh Roger Leloup, saat menjadi asisten Studio Herge. Leloup sebelumnya memproduksi sketsa pesawat dalam komik Tintin sebelumnya Pulau Hitam. Hergé menginginkan Carreidas 160 dalam kisah ini, memiliki bentuk yang sedetail mungkin, sebagaimana yang dia lakukan untuk berbagai kendaraan fiksi dalam kisah-kisah lain karyanya, seperti kapal Unicorn dalam kisah Rahasia Unicorn (1943) hingga roket yang membawa para jagoan kita mendarat di bulan dan kembali ke bumi dalam kisah Petualangan di Bulan (1954). Pesawat jet berkecepatan supersonik menjadi topik baru dari kisah Petualangan Tintin, walaupun tetap tidak meninggalkan unsur menyenangkan dalam kisahnya dan juga harus memenuhi beberapa standar yang sudah ditetapkan oleh Hergé. Ketika memulai cerita ini, ia sudah memasuki usia 60-an, dan kemampuan menggambarnya sudah banyak berkurang karena penyakit eczema yang dideritanya, akhirnya menyerahkan proses penggambaran detail dari pesawat jet ini pada Roger Leloup, rekannya yang paling muda di Studios Hergé dan juga nantinya adalah ayah dari kisah Yoko Tsuno.[7] Spesifikasi TeknisBagian terpenting dari Carreidas 160 adalah bentuk sayapnya yang berupa sayap sayung, sayap yang bisa berubah sesuai dengan kebutuhannya dalam meningkatkan kecepatannya hingga supersonik. Sayap sayung itu bisa berubah dalam penerbangan. Untuk kebutuhan kecepatan tinggi, atau supersonik maka sayapnya akan membentuk seperti anak panah dengan sudut maksimal 60° sehingga bentangan sayapnya hanya selebar 12,83 meter saja. Sedangkan pada kecepatan biasa, pada saat lepas landas dan mendarat, maka sayapnya akan membentuk sudut 16° dengan bentangan sayap hingga 20,59 meter. Di jamannya pesawat di dunia nyata yang memiliki kemampuan mirip adalah pesawat pengebom buatan General Dynamics F-111, dan bentuk sayap dari Carreidas 160 memang terinsipirasi dari pesawat pengebom ini. Pesawat Garuda Indonesia jenis Convair 990 memang tidak secara langsung terlibat dalam kisah komik ini, namun pesawat ini tampak terparkir di apron Bandara Kemajoran Jakarta ketika pesawat Qantas QF 714 yang ditumpangi oleh Tintin dan kawan-kawan, mendarat di Bandara Kemajoran. Sebagaimana Qantas, di seputaran tahun 60-an, GA juga memasuki babak baru mesin penerbangan, era mesin jet. Hal ini dimulai pada tahun 1964, dimana mereka mendatangkan tiga pesawat baru bermesin jet Convair 990A yang diberi nama "Majapahit", "Pajajaran" dan "Sriwijaya". Penamaan ini didasarkan pada nama-nama kerajaan kuno di Indonesia. Dengan kedatangan pesawat-pesawat jet tersebut menjadikan GA sebagai maskapai pertama di Asia Tenggara yang mengoperasikan pesawat jet subsonik. Di masa itu, pesawat jenis ini adalah pesawat yang disematkan teknologi tinggi di jamannya dan memiliki kecepatan tertinggi dibandingkan dengan Boeing 707, maupun Douglas DC-8. Dengan pesawat ini pulalah GA membuka rute antar benua, Jakarta ke Amsterdam, dengan transit di Bangkok - Mumbai - Karachi - Kairo - Roma - Frankfurt. Layaknya seorang Herge menampilkan pesawat ini di panel pertama dari kisah komik ini, karena dua pesawat ini, Convair 990 milik Garuda Indonesia dan Boeing 707 Qantas menandai era baru kedua maskapai dan lompatan besar di jamannya. Galeri
ReferensiRujukan
Daftar pustaka
Lihat jugaPranala luar
|