Penculikan dan pemenggalan penganut Koptik di Libya 2015
Pada 12 Februari 2015, Negara Islam Irak dan Syam (ISIL) mengeluarkan sebuah laporan dalam majalah online mereka Dabiq yang menampilkan foto-foto 21 pekerja migran Kristen Koptik Mesir yang mereka culik di kota Sirte, Libya, dan yang mereka bunuh untuk "membalas [tuduhan] penculikan wanita Muslim oleh Gereja Koptik Mesir".[4] Seorang pria, yang berasal dari desa yang berbeda di Mesir, 13 diantaranya dari Al-Our, Kegubernuran Minya,[5] diculik di Sirte dalam dua serangan terpisah pada 27 Desember 2014, dan pada Januari 2015.[6] Sebelumnya pada 2014, sebuah kelompok militan di timur Libya mendeklarasikan afiliasinya dengan ISIL, kelompok tersebut kemudian mengambil alih bagian-bagian Derna pada akhir 2014. Orang-orang yang bersekutu dengan kelompok tersebut mengklaim pertanggungjawabannya terhadap serangan-serangan di negara tersebut, termasuk Serangan Hotel Corinthia pada Januari 2015.[7][8] Diangkat sebagai santoPada 21 Februari 2015, kepala Gereja Ortodoks Koptik, Paus Tawadros II mengumumkan bahwa 21 penganut Koptik yang dibunuh dijadikan sebagai Santo Martir pada 8 Amshir pada kalender Koptik, yang bertepatan dengan 15 Februari pada kalender Gregorian. Peringatan tersebut jatuh pada hari raya Penemuan Yesus di Bait Allah.[9] Martir ke-21Setelah pemenggalan tersebut, gereja mereka mengeluarkan nama mereka, tetapi hanya terdapat 20 nama. Media kemudian mengetahui bahwa martir ke-21 bernama Mathew Ayairga dan ia berasal dari Chad. Ia aslinya merupakan seorang non-Kristen, tetapi ia melihat keimanan besar dari korban lainnya, dan ketika para teroris bertanya apakah ia menolak Yesus, ia dikabarkan berkata, "Allah mereka adalah Allahku", ketika ia mengetahui bahwa ia akan dibunuh.[10][11] Sumber lainnya menyebut namanya sebagai Matthew Ayariga dan berasal dari Ghana.[12][13] Lihat pula
Referensi
|