Penaklukan Goa oleh Portugal
Penaklukan Goa oleh Portugis terjadi pada 1510 di bawah perintah laksamana Portugis D. Afonso de Albuquerque. Goa (disebut juga Goa Lama atau Velha Goa) sesungguhnya tidak termasuk di antara kota-kota yang diperintahkan untuk ditaklukkan oleh de Albuquerque; ia hanya diperintahkan oleh raja Portugis untuk menaklukkan Hormuz, Aden, dan Malaka.[2] Setidaknya sejak tahun 1504, kota Goa telah dijaga oleh pasukan Utsmaniyah; yaitu 400 tentara di bawah pimpinan "Mamluk Turki Usmaniyah", seorang keturunan Persia asal kota Sâva di Persia utara, yang bernama Yusuf Adil Shah dari Bijapur.[3] De Albuquerque menyerang Goa atas undangan Thimayya, seorang kepala suku Hindu setempat yang diasingkan dari Goa, yang merupakan laksamana yang berpangkalan Honavar, Karnataka; berdasarkan permintaan penduduk Hindu Goa untuk membebaskan mereka dari kekuasaan Muslim.[2] Goa masa itu adalah sebuah pelabuhan dagang besar dan makmur di pantai India.[4] De Albuquerque pertama mencapai kota Goa dengan salah seorang laksamananya António de Noronha pada bulan Februari 1510.[5] De Albuquerque memasuki kota dengan kemenangan pada 17 Februari 1510, setelah menghadapi konflik yang kecil saja.[5] Pasukan Muslim berikutnya kemudian datang untuk merebut kembali Goa.[5] Setelah mengalami pengepungan, Portugis akhirnya meninggalkan Goa pada 30 Mei 1510, dan kota kembali dikuasai oleh Ismail Adil Shah, raja Muslim dari Bijapur.[5][6] Dari Cannanore (ibu kota Kolathunad), de Albuquerque kembali berlayar ke Goa tiga bulan kemudian pada tanggal 24 November, dengan membawa armada yang lebih kuat yang terdiri dari 34 kapal, serta 1.500 orang Portugis dan 300 orang Malabar.[5] Ia kembali bergabung dengan armada Thimayya di Honavar,[5] sebab kekhawatirannya apabila harus menghadap aliansi Goa dengan Gujarat, Zamorin di Calicut, dan Mamluk Mesir.[5] De Albuquerque mampu menaklukkan Goa dalam waktu kurang dari satu hari. Ismail Adil Shah dan sekutu Utsmaniyahnya menyerah pada tanggal 10 Desember. "Segera setelah orang-orang Portugis membuat seluruh Goa berada dalam kekuasaannya, de Albuquerque memerintahkan agar seluruh penduduk Mohammadan, baik pria, wanita, maupun anak-anak, agar dihukum pancung. Pembantaian yang kejam ini jauh lebih mendiskreditkan de Albuquerque daripada penggantungan Ruy Dias, yang menyebabkan penyair Camoens begitu keras mengutukinya".[7] Setelah itu, Goa berkembang melampaui Calicut dalam hal kemakmuran.[6] De Albuquerque telah menaklukkan Goa tanpa perintah kerajaan, dan ditentang oleh para kapten kapalnya ketika ia melakukannya. Raja mempersalahkan penguasaan Portugis atas Goa, tetapi dewan bangsawan (fidalgos) akhirnya mengesyahkan kepemilikan tersebut, meskipun raja tidak senang.[2] Kota Goa bagaimanapun merupakan posisi yang baik untuk memperkuat kehadiran strategis Portugis di India.[2] Orang-orang Portugis seterusnya kerap memiliki keragu-raguan mengenai penguasaan mereka atas wilayah di India, sehingga dibahas kembali pada 1542 dan 1570 apakah mereka perlu meninggalkan Estado da India untuk berkonsentrasi lebih baik pada penaklukan Maroko.[2] Referensi
|