Pemusatan kepemilikan media, konsentrasi kepemilikan media, atau konsolidasi media adalah proses di mana semakin sedikit individu atau organisasi yang mengendalikan media massa.[1] Penelitian-penelitian kontemporer menunjukkan peningkatan tingkat konsolidasi, dengan banyak industri media yang sudah sangat terkonsentrasi dan didominasi oleh sejumlah kecil perusahaan.[2][3]
Penggabungan media terjadi ketika satu perusahaan media membeli media yang lain. Fenomena penggabungan yang masif dapat menimbulkan kondisi oligopoli, seperti lanskap kepemilikan media perusahaan saat ini di Amerika Serikat.[4]
Integritas media dapat terancam ketika hanya ada sejumlah kecil perusahaan dan individu yang mengendalikan pasar media. Integritas media mengacu pada kemampuan media untuk melayani kepentingan umum, yang membuatnya bertahan terhadap korupsi kelembagaan dalam sistem media, pengaruh ekonomi, ketergantungan yang saling bertentangan, dan klientelisme politik.[5]
Netralitas net juga dipertaruhkan ketika penggabungan media terjadi. Netralitas net menimbulkan sedikitnya pembatasan konten di internet, namun dengan bisnis besar yang mendukung kampanye politik secara finansial, mereka cenderung memiliki pengaruh atas masalah politik yang dapat diterjemahkan ke dalam media mereka. Bisnis besar ini yang juga memiliki kendali atas penggunaan internet atau gelombang udara mungkin dapat membuat konten yang tersedia mengalami bias pada sudut pandang politik mereka atau mereka dapat membatasi penggunaan untuk pandangan politik yang bertentangan, sehingga menghilangkan netralitas net.[4]
Di Indonesia
Saat ini berbagai perusahaan media massa di Indonesia menguasai media massa secara vertikal/silang (memiliki perusahaan media cetak, radio, televisi, dan/atau media daring). Meski pada awalnya perusahaan-perusahaan ini hanya memiliki media cetak, radio, atau televisi, saat ini sebagian besarnya sudah mulai merambah media daring; baik berupa portal berita atau layanan video sesuai permintaan (VoD). Sebagian besar dari perusahaan tersebut berasal dari Jakarta, yang memunculkan kekhawatiran oleh sebagian kalangan akan timbulnya Jakartasentrisme. Saat ini, KG Media, Mahaka Media, Media Group Network, dan MNC Media tercatat merupakan perusahaan media yang memiliki media cetak, radio, dan televisi sekaligus.
Sebagai contoh, sebelum tahun 2000, jaringan televisi analog di Indonesia hanya berjumlah 6 buah dengan 6 pemilik (termasuk TVRI yang saat itu dikendalikan pemerintah). Hingga tahun 2022, terdapat 23 jaringan televisi mayor dengan stasiun anggota/pemancar analog yang hanya dikuasai oleh 9 pemilik.
Kelompok media
Berikut ini kelompok-kelompok media besar dari Jakarta yang melakukan kepemilikan vertikal:
KG Media: Kelompok ini memiliki surat kabar nasional Kompas dan Kontan serta berbagai surat kabar lokal yang tergabung dalam Tribun Network, di samping menerbitkan berbagai majalah serta buku di bawah berbagai label penerbit seperti Gramedia Pustaka Utama dan Elex Media Komputindo. Kelompok ini juga memiliki tiga jaringan radio (Motion Radio, Smart FM, dan Sonora FM) dan jaringan televisi Kompas TV, beserta sebagian besar stasiun anggotanya; di samping dua stasiun televisi di Jakarta Gramedia TV dan KTV. KG Media dimiliki oleh Kompas Gramedia, konglomerasi yang juga berbisnis di bidang lain seperti logistik, perhotelan, dan ritel.
MahakaX: Kelompok ini memiliki surat kabar Republika jaringan radio regional Gen FM, dan portal daring Republika Online. Selain itu, kelompok ini juga memiliki lima stasiun radio (Hot FM, Jak FM, Most FM, Mustang FM, dan Kis FM) dan stasiun televisi Jak TV yang semuanya di Jakarta.
Mayapada Group: Kelompok ini memiliki surat kabar Guo Ji Ri Bao, jaringan televisi mytv, dan sebagian penyertaan saham di jaringan televisi lain RTV.
MNC Media: Kelompok ini menguasai tiga jaringan radio (Okezone Radio, MNC Trijaya FM, dan RDI) dan empat jaringan televisi (GTV, iNews, MNCTV, dan RCTI), beserta hampir seluruh stasiun anggotanya, di samping stasiun radio Celebrities Radio di Jakarta. Portofolio bisnisnya termasuk tiga penyedia televisi berlangganan (K-Vision, MNC Play, dan MNC Vision) dan berbagai saluran televisi berlangganan dalam naungan MNC Channels. Selain itu kelompok ini juga memiliki surat kabar Koran Sindo, sejumlah terbitan seperti Sindo Weekly, serta beberapa portal berita dan layanan daring seperti Okezone.com, Sindonews.com, Vision+, dan RCTI+. MNC Media dimiliki oleh MNC Asia Holding, konglomerasi yang juga berbisnis di bidang lain seperti keuangan dan properti.
MRA Media: Kelompok ini memiliki tiga jaringan radio (Hard Rock FM, I-Radio, dan Trax FM) serta stasiun radio Cosmopolitan FM dan Brava Radio di Jakarta. Selain itu kelompok ini juga menerbitkan sejumlah edisi Indonesia dari majalah-majalah internasional di bawah MRA Printed Media, seperti Cosmopolitan Indonesia dan Harper's Bazaar Indonesia. Kelompok ini sebelumnya juga memiliki 50% saham di O Channel yang saat itu merupakan televisi lokal di Jakarta dan portal daring Ghiboo.com.
Surya Citra Media: Kelompok ini menguasai empat jaringan televisi (Indosiar, Mentari TV, Moji, dan SCTV) beserta hampir seluruh stasiun anggotanya, penyedia televisi berlangganan Nex Parabola, serta sejumlah saluran televisi berlangganan. Selain itu, kelompok ini juga mengoperasikan sejumlah portal daring di bawah KapanLagi Youniverse dan KMK Online (termasuk portal KapanLagi.com dan Liputan6.com) serta layanan video daring Vidio. Surya Citra Media dimiliki oleh Elang Mahkota Teknologi, konglomerasi yang juga berbisnis di bidang lain seperti rumah sakit dan keuangan.
Trans Media: Kelompok ini menguasai empat jaringan televisi (CNBC Indonesia, CNN Indonesia, Trans TV, dan Trans7) beserta seluruh stasiun anggotanya, penyedia televisi berlangganan Transvision, dan berbagai saluran televisi berlangganan di bawah Transvision Channels. Selain itu, kelompok ini memiliki berbagai portal daring di bawah Detik Network, termasuk portal berita daring detikcom yang merupakan salah satu yang terbesar di negara ini. Trans Media dimiliki oleh CT Corp, konglomerasi yang juga berbisnis di bidang lain seperti keuangan, ritel, dan taman hiburan.
Visi Media Asia (VIVA): Kelompok ini memiliki tiga jaringan televisi (antv, tvOne, dan VTV) beserta seluruh stasiun anggotanya. Selain itu, kelompok ini juga memiliki berbagai portal daring di bawah VIVA Networks, seperti VIVA.co.id. Kelompok ini sebelumnya juga memiliki penyedia televisi berlangganan, yaitu Viva+. VIVA dimiliki oleh Bakrie Group, konglomerasi yang juga berbisnis di bidang lain seperti perkebunan dan energi.
Di luar Jakarta terdapat segelintir kelompok media yang menguasai berbagai jenis media, di antaranya:
Jawa Pos Group: Kelompok asal Surabaya ini memiliki surat kabar Jawa Pos dan berbagai surat kabar daerah, baik di bawah nama Radar atau anak-anak perusahaan yang tergabung dalam jejaring Jawa Pos News Network; di samping menerbitkan beberapa tabloid dan majalah. Kelompok ini juga memiliki dua jaringan televisi (Jawa Pos Multimedia dan Jawa Pos TV) beserta stasiun-stasiun televisi anggotanya, termasuk jaringan regional JTV di Jawa Timur.
PT Pikiran Rakyat Bandung: Perusahaan asal Bandung ini memiliki sejumlah surat kabar seperti Galamedia dan Pikiran Rakyat, stasiun radio PRFM, dan berbagai portal daring di bawah Pikiran Rakyat Media Network.
Selain itu, terdapat pula kelompok-kelompok media yang memiliki berbagai media secara horizontal (hanya menguasai perusahaan media yang masih satu jenis), terutama radio. Beberapa di antaranya ialah:
Prana Group, sebuah kelompok media cetak yang menerbitkan majalah Femina, dahulu pernah melakukan kepemilikan silang atas media dengan memiliki radio UFM sebelum diakuisisi oleh Media Group menjadi MG Radio Network.