Pembunuhan bayi perempuanPembunuhan bayi perempuan adalah pembunuhan disengaja terhadap anak-anak perempuan yang baru lahir. Pada negara-negara dengan riwayat pembunuhan bayi perempuan, praktik modern aborsi selektif jenis kelamin sering dibahas sebagai masalah yang berkaitan erat. Hal ini juga digambarkan sebagai pembunuhan selektif gender atau gendercide.[1] Pembunuhan bayi perempuan merupakan penyebab utama kekhawatiran di beberapa negara seperti China, India dan Pakistan. Telah diperdebatkan bahwa status rendah di mana perempuan dipandang dalam masyarakat patriarkal menciptakan sebuah prasangka terhadap perempuan.[2] Pembunuhan bayi perempuan lebih umum daripada pembunuhan bayi laki-laki, dan di beberapa negara, khususnya India dan Cina, kemungkinan besar akan menimbulkan konsekuensi serius pada keseimbangan jenis kelamin dalam populasi.[1] PenyebabAda beberapa faktor yang menyebabkan pembuhunan bayi perempuan, yakni: Bias anti-perempuanKarena peran perempuan sebagai ibu rumah tangga atau pengasuh, perempuan seringkali dinilai sebagai penurut, sementara laki-laki dianggap berperan dalam menjaga stabilitas sosial dan ekonomi keluarga sehingga lebih dominan. Praktik pembunuhan bayi perempuan oleh masyarakat banyak menunjukkan tanda bias terhadap perempuan.[1] Ekonomi keluargaBanyak bayi perempuan yang dibunuh dengan alasan ekonomi atau keuangan. Ada beberapa alasan mengapa ekonomi keluarga menjadi faktor penyebab pembuhunan bayi perempuan, yakni yang pertama kekuatan penghasilan. Kesempatan laki-laki dalam mendapatkan upah lebih tinggi dari perempuan pada pekerjaan yang sama membuat laki-laki menjadi pencari nafkah utama. Kemudian juga laki-laki memiliki kesempatan bekerja pada banyak sektor seperti pertanian dan perekonomian subsisten. Oleh karena itu, bayi laki-laki memiliki kemungkinan kecil untuk dibunuh.[1] Kedua, potensi pensiun yang mana dalam budaya mayoritas perempuan akan meninggalkan orang tuanya untuk bergabung dengan keluarga suami, padahal banyak orang tua yang bergantung pada anak-anaknya pada usia tua untuk merawat mereka. Hasilnya adalah bahwa orang tua dengan anak laki-laki mendapatkan sumber daya tambahan untuk hari tua mereka, ketika anak laki-laki mereka menikah, sementara orang tua dengan anak perempuan kehilangan potensi pensiun mereka ketika mereka menikah dan pindah. Hal ini memberikan alasan yang kuat bagi orang tua untuk lebih memilih anak laki-laki. Beberapa orang tua, terutama orang tua yang miskin dan tidak mampu menghidupi keluarga besar, akan membunuh bayi perempuan. Anak perempuan dianggap menguras sumber daya keluarga semasa kecil tanpa membawa manfaat ekonomi di kemudian hari.[1] Ketiga, mahar yang merupakan sejumlah uang dan barang berharga. Di India, tradisi menikah adalah orang tua mempelai perempuan harus memberikan mahar kepada mempelai pria dan keluarganya. Sehingga banyak bayu perempuan dibunuh supaya tidak menambah beban keuangan dimasa depan untuk membayar mahar ketika menikah.[1] Kebijakan pemerintahKebijakan pemerintah juga dapat mengakibatkan peningkatan pembunuhan bayi perempuan. Sebagai contoh pemerintah China yang memiliki kebijakan satu anak per-keluarga, sehingga membuat masyarakat China memilih membunuh bayi perempuan karena dianggap bencana ekonomi bagi mereka. Masyarakat China lebih memilih memiliki bayi laki-laki karena potensi penghasilan mereka lebih tinggi.[1] KastaBeberapa bayi perempuan dibunuh karena dianggap lebih rendah dalam hierarki kasta daripada laki-laki.[1] Kejadian di daerahAda beberapa kejadian pembunuhan bayi perempuan di daerah atau negara, yaitu: PakistanPada 9 Januari 2018 di Kota Kasur dekat Lahore, Provinsi Punjab, Pakistan ditemukan jenazah anak perempuan yang berumur tujuh tahun yang bernama Zainab setelah beberapa hari dilaporkan hilang oleh orang tuanya.[3] Berdasarkan dugaan polisi setempat, pelaku pembunuhan Zainab bertanggung jawab juga atas 10 kasus lainnya yang terjadi di Kota Kasur sejak 2017. Ditemukan jejak DNA pada Zainab dan enam anak perempuan lainnya yang tinggal dalam radius 3 km.[4] Zainab diperkosa dan dicekik hingga tewas oleh pelaku pembunuhan tersebut. Hasil pemeriksaan terhadap jenazah Zainab mengungkapkan bahwa dia diserang secara brutal. Beberapa luka ditemukan di tubuh dan wajahnya, dan tulang lehernya mengalami keretakan.[5] Kasus pembunuhan ini membuat masyarakat melakukan unjuk rasa karena polisi setempat dianggap lambat dalam menemukan pembunuh Zainab. Protes ini menimbulkan kerusuhan seperti pembakaran kantor pemerintah dan pelemparan batu ke atah gedung pemerintah, serta kendaraan-kendaraan politikus dicegat.[5] Dua minggu setelah pembunuhan, pelaku bernama Imran Ali yang berumur 24 tahun ditangkap dan dijatuhi hukum mati dengan empat dakwaan.[4] IndiaPada 1800-an M, statistik demografis di India menunjukkan bahwa tidak terdapat bayi perempuan di beberapa desa. Dari 30 desa di India, perbandingan bayu laki-laki dan bayi perempuan adalah 343:54. Hal ini diketahui karena banyaknya pembunuhan bayi perempuan.[2] Tradisi pembunuhan bayi perempuan di India masih ada hingga abad ke-20 meskipun sudah banyak perubahan. Dalam artikelnya tahun 1994, John-Thor Dahlburg mencatat bagaimana di pedesaan India, praktik pembunuhan bayi perempuan selama berabad-abad masih dapat dianggap sebagai tindakan yang bijaksana dan bukan merupakan dosa besar.[2] Artikel Dahlburg selanjutnya menyebutkan beberapa dari berbagai cara mengerikan di mana 196 bayi perempuan meninggal secara mencurigakan di 300 desa miskin di daerah Usilampatti, Tamil Nadu di India selatan pada tahun 1993. Menurut artikel tersebut, beberapa di antaranya dibiarkan begitu saja. mati kelaparan, sementara yang lain diselimuti handuk basah, dicekik, dipaksa menelan bubuk pupuk beracun, atau diberi makan beras kering yang menusuk tenggorokan mereka.[2] Catatan kakiReferensi
Kepustakaan
Bacaan lanjutan
|