Terima kasih, sekedar mengumpulkan mozaik yang terpencar-pencar. Saya tergerak karena melihat data sebelumnya ada nama-nama rektor yang sepertinya tidak pernah saya kenal/baca.
Oh ya.. sebagai nubie saya masih bingung bagaimana membalas pesan anda. Cucuganesha (bicara) 19 Mei 2012 03.00 (UTC)Balas
Baik pak, silahkan diubah, lagipula pak Koentoadji tidak punya nama depan sih, sekalian ubah juga punya Prof. Ir. Soemono, saya tidak mengerti cara mengubah judul yang sudah terlanjur dibuat, apakah bisa di-delete lalu dibuat kembali?
Tidak usah dihapus. Pada bagian atas kanan (sebelum kotak pencarian) ada tombol dengan tanda panah ke bawah. Tekan tombol itu dan pilih "Pindahkan". Silakan dicoba. Kalau tidak bisa, nanti saya bantu. Terima kasih. -- IvanLanin (bicara) 3 Juni 2012 16.56 (UTC)Balas
Terima kasih atas prakarsa anda menulis artikel tentang kakek saya ini. Lepas dari kepentingan pribadi, ada bagusnya orang Indonesia tidak hanya menghormati tentara, artis atau olahragawan tapi juga cendekiawan dan ilmuwannya. Namun perlu saya ralat : uyut saya bukan bupati tapi wedana. Kalau bupati gelarnya "Raden Aria Adipati" adau "Raden Tumenggung" :-), Salam hangat, Humboldt (bicara) 14 Agustus 2012 15.49 (UTC)Balas
Pak Humboldt terima kasih atas sapaannya, dan hormat kami untuk bapak. Bermula dari rasa penasaran terhadap biografi para tokoh ITB, maka satu demi satu saya coba tulis artikelnya, walaupun banyak di antaranya yang ternyata sudah ada, saya cuma membantu melengkapi. Berkaitan artikel Prof. dr. Djoehana Wiradikarta, mungkin anda bisa melengkapi dan menyempurnakan artikel tersebut di antaranya belum ada data tanggal & tempat meninggal, fotonya pun saya cuma bisa dapatkan yang kurang jelas. Mungkin anda punya foto resmi bertoga lengkap dari beliau, sekaligus data lain seperti SD (dulu HIS), SMP/SMA (dulu HBS - kalau tidak salah beliau lulusan KWS III Batavia - CMIIW), istri dan anak-anak.
Satu lagi pak, mungkin bapak bisa men-scan surat-surat bersejarah milik beliau seperti ijazah HIS, HBS, STOVIA, dan mungkin foto2 almarhum dalam kegiatan akademis khususnya ketika di FIPIA Bandung - ITB. Karena nama beliau beberapa kali disebut oleh generasi dosen sepuh ITB, namun dengan berjalannya waktu, generasi berikut ITB kurang mengenal lagi tokoh seperti Prof. dr. Djoehana Wiradikarta. Amat disayangkan kalau sejarah "berhenti" di tumpukan lemari tua dan terlupakan. Salam hormat —Cucuganesha ✉ 14 Agustus 2012 23.22 (UTC)Balas
Minal 'Aidin wal-Faizin! Karena sekarang adalah hari Idul Fitri dan umat Muslim di seluruh dunia merayakannya sebagai Hari yang Suci dan Fitri, maka anda layak dapat Bintang!Taqabalallahu minna waminkum!
Mohon kiranya Anda dapat berpartisipasi lebih lanjut untuk memberikan komentar, pendapat, ataupun saran di sini . Terima kasih dan salam sejahtera. Alfredgsn 19 September 2012 09.08 (UTC)
Pranala-pranala tersebut memang seharusnya tidak disertakan. Menaruh pranala luar di badan artikel sangat tidak disarankan, selain itu pengunannya pada artikel tersebut tidak terlalu esensi dan cenderung menjadi bentuk promosi. Albertus Aditya (bicara) 25 November 2012 13.06 (UTC)Balas
Sy melihat cara anda menulis artikel ITB itu mirip seperti cara menulis esai. Ya, maksud sy ada pertanyaan retorikanya, lah, ini-itulah, dll. Maksud sy pertanyaan retorika itu "Berkah karena perang.... dst". Saran sy, tdk usah. Bahkan, klo perlu, mungkin anda perlu melihat artikel sejarah pendidikan di Wikipedia Bahasa Inggris yg sudah jadi Artikel Pilihan. Sy punya alternatip, bagaimana sejarah ITB itu anda pecah jadi satu artikel tersendiri, kemudian pada bagian dan sub-bagian sejarah pada artikel ITB itu anda singkat. Silahkan dipikir2, dan dipertimbangkan ulang. --Akbarini dari Kalbar6 April 2013 05.06 (UTC)Balas
Terima kasih atensinya, seperti yg saya tulis di wall saya, artikel TH Bandung akan dijadikan log book, diary, "catatan harian" yang menuliskan peristiwa yang terjadi sepanjang perjalanan kampus tersebut, baik peristiwa besar maupun kecil dan sepele, kronologis disusun setiap tahun akademik, walaupun jadi berkesan monoton dan panjang. Bagian mana yg anda kurang setuju utk ditayangkan, silahkan ditunjukkan & nanti saya hapus atau kita diskusikan. Saya tergerak karena pihak ITB sendiri kurang berminat membahas sejarah ini. Padahal mumpung sekarang banyak web2 koran2 sejarah yg mudah diakses, sebaiknya ada yg memulai. Salam —Cucuganesha ✉ 6 April 2013 05.18 (UTC)Balas
Baguslah klo demikian. Begini saja, nanti anda memisahkan bagian dan subbagian sejarah ke artikel baru "Sejarah Institut Teknologi Bandung". Di situ, anda boleh menulisnya dari awal dibangunnya hingga masa repormasi kini. Nah, di artikel utamanya, ITB, anda tinggal meringkas dari sub-artikel anda (Sejarah Institut Teknologi Bandung karya anda sendiri). --Akbarini dari Kalbar6 April 2013 05.25 (UTC)Balas
Trim's anda t'lah banyak memasukkan banyak fot bersejarah ITB ke Wikipedia. Sy ada beberapa saran:
artikel Soetedjo tdk ada gambar. Mungkin, anda bisa mengkropkan gambar dari Berkas:1923 Mahasiswa THS(sy tdk tahu persis judul berkas yg anda muat).
Foto2 yg anda muat, rata2 pra-kemerdekaan. Kenapa tdk diberi lisensi domain publik saja? Bukankah foto yg berumur lebih dari 40-50 thn di Indonesia bisa bebas dari hak cipta. Kemudian, klo fotografer/penulis bukunya masih hidup, kreditkan gambar yg muat kepadanya. Mungkin anda bisa lihat Berkas:Ki somang BalaiPustaka.jpg, di situ sy kreditkan siapa yg melukis itu gambar. --Akbarini dari Kalbar6 April 2013 13.00 (UTC)Balas
Terima kasih masukannya, utk yg Soetedjo nanti akan dikerjakan, sebenernya pernah dpt fotonya waktu pemberian doktor honoris causa Prof. Ir. Sediyatmo (Prof. Soetedjo berada di tengah antara Sediyatmo & istri), tapi pecah kalau dicrop.
Untuk aturan jenis lisensi, terus terang saya kurang paham, yg penting bagaimana caranya foto itu tetap bisa muncul, saya lihat jenis "logo", "foto sejarah" cukup aman dipilih. Atau apakah saya bisa minta tolong anda memilah2 mana yg masuk domain publik? Saya tdk keberatan utk dibantu... —Cucuganesha ✉ 6 April 2013 13.28 (UTC)Balas
Tempo hari, anda pernah meminta sy utk diberi lisensi pada gambar anda. Nih, sy berikan linknya -> Wikipedia:Templat/Gambar.
Trims bro... link templat/gambar-nya berguna, tapi sy kurang yakin lisensi mana yg paling cocok, makanya sebelumnya sy sdh minta tolong anda memilah2 mana yg masuk domain publik. Tentang Wolff Schoemaker, iya saya sdh lihat tambahan referensinya. Untuk Albert Aalbers kelihatannya yg versi inggris sdh cukup lengkap, tinggal diterjemahkan saja ke Indonesia.—Cucuganesha ✉ 6 Juni 2013 05.24 (UTC)Balas
Nah, ini sy punya ide:
Bagaimana klo foto bersejarah itu sumbernya datang dari pemerintah, pake saja {{PD-IDGov}}
Lalu, klo memang foto bersejarah t'sebut dari pihak perorangan/swasta yg disitu ada hak cipta, dan tdk boleh dipake, pake saja {{FotoHistoris}}
Kemudian, apabila itu memang foto bukan dari pemerintah -apakah itu entah dari buku, surat kabar zaman dahulu (sy ambil contoh thn 30-an), jurnal, milik swasta, yg umurnya sudah lebih daripada 50 thn,- silakan pake {{PD-1996}} dan {{PD-IDOld-Art30}}. --Akbarini dari Kalbar8 Juni 2013 13.01 (UTC)Balas
Kebetulan saya waktu itu lagi lewat, jadi sekalian periksa deh. Baiklah, halamannya saya pantau saja, jadi cepat diperiksa.
Untuk isi dan sumber tidak perlu dikomentari lagi, Anda memang luar biasa. Tetapi yang ditargetkan {{rapikan}} di situ adalah tata letak gambarnya. Ukurannya bermacam-macam, ada yang tempatnya tabrakan (#Pelaksanaan konstruksi), dan ada yang penjelasannya terlalu panjang (Foto ruang praktik survei). Kenyamanan pengunjung jadi berkurang meskipun informasinya memuaskan mereka. Jika berkenan, silakan pelajari artikel Perang Dunia I, Perang Dunia II, dan Adolf Hitler. Terima kasih atas pengertiannya. Selamat berkontribusi! — FarrasLa Poste10 April 2013 08.42 (UTC)Balas
Terimakasih atas atensi mas Hanamanteo. Mengenai panjang artikel > 300.000 bita, apakah memang wikipedia mengatur hal tersebut? Saran yang sama sudah pernah disampaikan oleh Akbar, dan sudah saya jelaskan latar belakangnya. Menurut saya, dalam menuliskan suatu tulisan sejarah, perlu diberikan gambaran konteks pada masa itu agar tulisan tersebut tidak sekedar menampilkan data. Sebagai contoh mengapa TH Bandung baru bisa didirikan tahun 1920, mengapa bukan sekolah tinggi lain yang dibuka melainkan TH, mengapa jurusan yang dibuka hanya satu (Teknik Sipil) - dari pembahasan sejarah tersebut dapat diketahui bahwa TH sudah direncanakan untuk banyak program studi namun terkendala permasalahan anggaran. Dari pembahasan sejarah juga dapat diketahui bahwa ternyata Ir. Soekarno termasuk 3 insinyur pertama pribumi lulusan TH Bandung, namun bukanlah insinyur pertama pribumi karena sebelumnya sudah ada orang pribumi yang menjadi insinyur dari TH di Belanda. Dari pembahasan mengenai bangunannya juga dapat diketahui bahwa bukan Aula Barat yang lebih dahulu selesai, melainkan Aula Timur, dimana upacara peresmian pembukaan TH dilangsungkan, dari tulisan itupun ternyata diketahui bahwa pada saat peresmian, Aula Timur belumlah rampung 100%. Dan masih banyak lagi hal-hal yang mungkin tidak menarik bagi beberapa orang, namun menarik bagi sebagian orang lain.
Beberapa hal yang saya ungkapkan berkaitan dengan fakta, gambar, konteks, nilai uang, dll tentunya berimplikasi pada makin panjangnya tulisan, sehingga kemungkinan pembaca menjadi bosan. Namun sejauh tidak diatur oleh wikipedia, saya terima konsekuensinya bahwa tulisan tersebut menjadi panjang dan (mungkin) membosankan bagi beberapa pembaca.
Sebagai catatan, saya sudah membaca (di antaranya memiliki) buku2 sejarah terbitan internal ITB, namun semuanya bersifat umum dan cenderung melompat-lompat. Setelah saya pelajari, ada suatu masa (sekitar tahun 1950-an) dimana memang segala sesuatu yang berbau Belanda dianggap "tidak nasionalis", termasuk sejarah... sehingga dapat dipahami ada "kekosongan sejarah" di sana. Untuk mengisi kekosongan itulah salah satu tujuan penulisan artikel TH Bandung ini.
Mengenai saran anda untuk menyingkat isi artikel, mungkin yg bisa dilakukan salah satunya dengan membaginya jadi beberapa subartikel. Sebenarnya TH Bandung sendiri merupakan salah satu "subartikel" dari enam artikel rangkaian panjang sejarah ITB mulai TH Bandung - Bandung Kogyo Daigaku - Sekolah Tinggi Teknik Bandung - Technische Faculteit, Nood-Universiteit van Nederlandsch Indie - Universiteit van Indonesie te Bandoeng - Universitas Indonesia Bandung - Institut Teknologi Bandung, dimana enam dari tujuh artikel tersebut saya yang membuat. Panjangnya isi artikel TH Bandung tidak dapat dihindari mengingat kurun waktu sejarah yang dibahas selama lebih dari 20 tahun (1920-1942). Beberapa bagian yang mungkin dapat dipecah (jika ada waktu dan data tersedia) adalah artikel khusus mengenai Koninklijk Instituut voor Hooger Technisch Onderwijs in Nederlandsch-Indië (KIHTONI), Bandoengsch Studenten Corps (organisasi mahasiswa pertama di Indonesia), Laboratorium Natuurkunde, Bandoengsch Technische Hoogeschool-fonds, Waterloopkundig Laboratorium, dll. Walaupun sepertinya tidak terlalu banyak mengurangi bitanya ya. Atau mungkin anda bisa mengusulkan lewat https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembicaraan:Technische_Hoogeschool_te_Bandoeng siapa tahu jadi lebih baik? Intinya, sejauh tidak mengurangi data, fakta, konteks, sikap saya terbuka untuk penyempurnaan.
"Beginner Experienced Editor" diberikan kepada pengguna yang telah berkontribusi aktif dengan memberikan sumbangan sebanyak 1.000 hingga 2.999 suntingan pada Wikipedia Bahasa Indonesia, agar dapat diketahui komunitas bahwa hasil kerja kerasnya diketahui dan sangat dihargai serta ucapan terima kasih kepada pengguna yang terus aktif berkontribusi di komunitas ini. Lanjutkan!!! -- Wagino 20100516 (bicara) 14 Agustus 2015 12.50 (UTC)Balas
Apakah bagian galeri pada artikel-artikel Edmund Pevensie, Lucy Pevensie, Peter Pevensie, Skandar Keynes, dan Caspian X perlu dipertahankan? Karena isinya hanyalah berkas berhak cipta yang tidak ensiklopedis dan tidak mendukung isi artikel. Bagaimana menurut pendapat anda?
Melihat bahwa versi bahasa lainnya sudah ada antara lain Bahasa Inggris, dan tidak ada catatan untuk dihapus, saya pikir tunggu dulu saja. Terima kasih —Cucuganesha ✉ 22 Agustus 2015 22.47 (UTC)Balas
Salut saya sampaikan kepada anda yang concern terhadap artikel berjudul Kampus ITB Ganesha. Selalu dirawat dan dimutakhirkan datanya. Namun mohon diingat, semakin anda sering menyunting satu artikel secara berturut-turut dalam tempo yang lama, maka semakin memunculkan kesan bahwa Anda berusaha menguasai artikel tersebut. Dan saya lihat suntingan anda akhir-akhir ini kurang begitu signifikan memasukkan data baru, kecuali mungkin berkas. Untuk itu saya sarankan, sekiranya suntinglah artikel tersebut secara signifikan sampai benar-benar mantap sehingga tidak bolak-balik anda menyunting. Setelah itu biarkan artikel itu dipelajari, dipahami, didalami kelayakannya oleh pengguna lain. Siapa tahu ada yang berminat menyempurnakan artikel tersebut. Saran saya yang lain, cobalah anda menyunting artikel topik lain untuk menghindari kebosanan. Demikian saran saya. Terima kasih. Salam. – Igho(bicara)16 September 2015 jam 17:41 WIB
Terima kasih perhatian dan sarannya. Namun ada beberapa yang perlu saya klarifikasi:
Kesan berusaha menguasai artikel itu hanya perasaan anda saja, justru saya mengajak kaum pecinta sejarah ITB untuk ikut serta menyempurnakan dan melengkapi artikel tsb, baik melalui email maupun menghubungi komunitas ITB di kaskus misalnya. Jika anda mau ikut berkontribusi saya persilahkan, toh wikipedia ini bersifat terbuka.
Tentang suntingan yang tidak signifikan... sesuatu bisa penting atau signifikan bagi seseorang/kumpulan namun tidak penting bagi orang lain. Sebagai contoh ketika saya menemukan fakta baru bahwa suatu gedung ternyata dibangun tahun 1928 padahal selama ini dianggap dibangun tahun 1924 itu menurut saya sangat signifikan.
Tentang "...biarkan artikel itu dipelajari, dipahami, didalami kelayakannya oleh pengguna lain..." saya terima dengan lapang dada, terima kasih
Tentang "...cobalah anda menyunting artikel topik lain untuk menghindari kebosanan..." sudah saya lakukan jauh sebelum anda sarankan, silahkan lihat kontribusi saya, di antaranya tadi siang saya baru menyunting Hoogere Burgerschool te Bandoeng, Koning Willem III School te Batavia, dan HBS.