Pembebasan Paris
Pembebasan Paris (yang juga dikenal sebagai Pertempuran Paris) adalah sebuah pertempuran militer yang terjadi pada Perang Dunia II dari 19 Agustus 1944 sampai garisun Jerman menyerahkan ibu kota Prancis tersebut pada 25 Agustus 1944. Paris telah diperintah oleh Jerman Nazi sejak menandatangani Gencatan Senjata Compiègne Kedua pada 22 Juni 1940, setelah Wehrmacht menduduki utara dan barat Prancis. Pembebasan tersebut dimulai ketika Pasukan Dalam Negeri Prancis—struktur militer Pemberontak Prancis—melakukan pemberontakan melawan garisun Jerman setelah kedatangan Tentara Ketiga AS, yang dipimpin oleh Jenderal George Patton. Latar BelakangJenderal Dwight D. Eisenhower, Pemimpin Tertinggi Markas Besar Pasukan Sekutu (Supreme Headquarters Allied Expeditionary Force / SHAEF), tidak menganggap pembebasan Paris sebagai obyektif militer yang penting. Pendaratan tentara AS dan Inggris di dataran Eropa adalah untuk menghancurkan pasukan Jerman dan mengakhiri Perang Dunia II di Eropa, sehingga pasukan Sekutu dapat berkonsentrasi di medan Pasifik.[4] Jenderal Prancis Charles de Gaulle, pemimpin pemerintahan sementara Prancis di Pengasingan, mengancam akan memerintahkan tentaranya untuk menyerang Paris tanpa persetujuan SHAEF. Pada tanggal 6 Juni 1944 (dikenal dengan nama D-Day), Sekutu melancarkan Operasi Overlord untuk merebut kembali daratan Eropa dari Jerman. Tahap pertama dari operasi ini adalah Operasi Neptune, yaitu operasi penyeberangan dan pendaratan militer terbesar sepanjang sejarah. Total ada 120 divisi yang diseberangkan, yang terdiri dari 1,3 juta tentara AS, 600.000 tentara Inggris dan 100.000 tentara Kanada, Prancis Merdeka (FFL) dan Polandia dalam berbagai gelombang[5] ke pantai Normandie, Prancis. Operasi CobraDengan dikuasainya wilayah Normandie, Operasi Neptune berakhir sesuai rencana. Misi Sekutu selanjutnya adalah melakukan penerobosan ke wilayah pedalaman, yaitu ke Avranches untuk mengisolasi semenanjung Cotentin. Operasi yang dimulai tanggal 25 Juli 1944 ini diberi kode nama Operasi Cobra yang terdiri dari US 3rd Army dan Deuxième Division Blindée Prancis di bawah pimpinan Mayjen Philippe Leclerc yang ditugaskan secara khusus oleh De Gaulle untuk membebaskan Paris.[6] Pasukan Sekutu ini membebaskan kota-kota di Prancis satu per satu dan bergerak menuju Paris. Pada tanggal 19 Agustus, tentara AS dan Prancis mencapai Mantes, 25 mil di selatan Paris, lapisan pertahanan terakhir Jerman di luar kota Paris. Pada tanggal 21 Agustus, Leclerc mengirimkan tim pemantau yang terdiri dari 150 personil militer FFL, 10 tank ringan, 10 mobil lapis baja dan 10 truk pengangkut personil untuk memastikan bahwa tentara Prancis lebih dulu memasuki Paris daripada tentara AS.[7] Pemberontakan di ParisSebelum Paris dibebaskan, di kota tersebut terjadi kerusuhan yang dipicu oleh pemberontakan penduduk sipil pada tanggal 15-19 Agustus 1944 dan Les Forces Françaises de l’Intérieur (FFI) tanggal 19-23 Agustus 1944 untuk mendesak militer Jerman di Paris di bawah pimpinan Jenderal Dietrich von Choltitz meninggalkan Paris. Pada tanggal 10 Agustus 1944, FFI mengimbau para pegawai administrasi Paris dari institusi PTT, Gendarmerie dan Kepolisian Paris untuk melakukan mogok kerja. Aksi mogok ini mendapat tekanan dari militer Jerman yang mulai melucuti senjatasenjata milik kepolisian Paris pada tanggal 13 Agustus. Pada tanggal 18 Agustus, terjadi pemogokan di seluruh Paris. Pabrik-pabrik dikuasai oleh massa dan sebagian narapidana dilepaskan. Kolonel Henri Rol-Tanguy, pimpinan FFI di Paris, menyebarkan poster-poster bertandakan “Gouvernement Provisoire de la République Française” (Pemerintahan Sementara Republik Prancis) untuk memobilisasi massa. Pada pagi hari tanggal 19 Agustus, FFI dan penduduk sipil mendirikan barikade-barikade di jalanan kota Paris. Penduduk Paris menyerang tentara Jerman di jalanan kota Paris dan terjadi kerusuhan massal.[8] Pada tanggal 20 Agustus, markas besar FFI didirikan di bawah tanah di Place Denfert-Rochereau. Markas-markas kepolisian dikuasai oleh FFI dan pemberontakan meluas hingga ke wilayah pinggiran. Pada hari yang sama, Rol-Tanguy memerintahkan Alexandre Parodi (delegasi umum Pemerintahan Sementara Republik Prancis) untuk menunjuk sekretaris-sekretaris jenderal yang akan mengambil alih fungsi kementerian negara.[9] Untuk mencegah penghancuran kota Paris secara terpaksa oleh Wehrmacht, von Choltitz mengusulkan gencatan senjata dengan pihak FFI yang berlaku hingga tanggal 23 Agustus 1944, tapi gencatan ini tidak dihiraukan oleh sebagian anggota FFI. Von Choltitz menolak menyerah kepada FFI yang bukan tentara reguler. Pada tanggal 20 Agustus 1944, FFI mengirim delegasi ke markas tentara AS di luar kota Paris bahwa Paris sedang dalam keadaan kritis dan von Choltitz tidak bersedia untuk menyerah jika bukan tentara Sekutu sendiri yang mengepung markasnya di Hôtel Meurice. Laporan ini diteruskan kepada Eisenhower yang kemudian bertemu dengan De Gaulle pada tanggal 21 Agustus 1944. Setelah Eisenhower dan de Gaulle berdiskusi, maka keputusan akhir yang dianggap terbaik bagi semua pihak adalah membebaskan kota Paris secepatnya dan mendirikan pemerintahan de facto di bawah pimpinan de Gaulle. Perintah pembebasan Paris resmi diturunkan tanggal 23 Agustus 1944 oleh SHAEF, dengan misi pertama memasuki kota Paris.[10] Tentara Sekutu Memasuki ParisDi Paris, Jerman mulai mengevakuasi militernya hingga hanya ada 10.000 personel militer, 19 tank dan 69 pesawat pembom yang diterbangkan dari pangkalan udara Jerman di dekat Versailles.[11] Pada tanggal 23 Agustus 1944, tentara Jerman di Paris menerima perintah dari markas besar Hitler untuk menghancurkan jembatan-jembatan di atas sungai Seine dan infrastruktur-infrastruktur lainnya yang dapat digunakan oleh tentara Sekutu untuk maju ke utara sungai Seine. Von Choltitz yang tidak ingin menghancurkan kota Paris tetapi juga tidak ingin dicap menentang perintah Hitler akhirnya mengambil jalan tengah, yaitu menyerahkan Paris kepada Sekutu dengan melakukan sedikit perlawanan. Untuk penyerangan ke Paris, Leclerc menerjunkan 3 elemen yang disebut sebagai groupement tactique ke dalam dua misi: Groupement tactique V akan menyusup ke pusat kota Paris melalui jalan-jalan kecil dan menghindari jalan-jalan protokol. Groupement tactique L dan D akan mengalihkan perhatian Jerman. Kedua elemen ini ditugaskan menghadapi tentara Jerman di jalan-jalan raya di luar kota Paris kemudian mendesak mereka sejauh mungkin ke dalam kota Paris. Untuk mengantisipasi tank dan artileri Jerman, misi pembebasan Paris didukung oleh serangan udara dari pesawat-pesawat Sekutu.[12] Pertempuran pertama dimulai pada pagi hari tanggal 24 Agustus 1944 antara tank Sekutu (barisan utara yang dipelopori Leclerc) melawan meriam kaliber 88 mm Jerman. Pada pukul 9.35 malam, jembatan Sevres berhasil direbut oleh Sekutu. Leclerc kemudian mengirim pesan kepada FFI yang sedang berada di markas kepolisian untuk bertahan dan menunggu kedatangan pasukannya. Deuxième Division Blindée menyeberangi jembatan Sevres dan memasuki wilayah pinggiran Boulogne-Billancourt. Karena mobilisasi pasukan melewati jembatan ini memakan banyak waktu, Leclerc mengirim sebagian pasukannya di bawah pimpinan Kapten Raymond Dronne untuk segera memasuki pusat kota Paris. 45 menit kemudian, pasukan Dronne mencapai Porte d’Italie, salah satu pintu masuk kota, dan disambut oleh penduduk Paris.[13] Katedral Notre-Dame membunyikan loncengnya pada tengah malam, diikuti oleh semua gereja di Paris. Kapitulasi JermanPertempuran di jalan-jalan dalam kota Paris menyebabkan Pihak Jerman kehilangan 2.000 tentaranya yang ditawan di Bois de Boulogne dan 700 tentara yang ditawan di Jardin de Louxembourg. Pada pukul 8.30 pagi tanggal 25 Agustus 1944, tentara FFL di bawah pimpinan Kolonel Pierre Billotte menduduki kantor prefektur Paris dan menulis surat ultimatum kepada von Choltitz yang isinya menginstruksikan tentara Jerman yang tersebar di seluruh Paris menyerah kepada tentara Sekutu. Ultimatum tersebut disetujui oleh Von Choltitz dengan syarat bahwa Hôtel Meurice, markasnya yang masih dipertahankan oleh sekitar 200 serdadu Jerman, diizinkan memberi perlawanan kecil kepada tentara Sekutu, seakan-akan von Choltitz menyerah dengan terhormat karena telah memberikan perlawanan kepada Sekutu.[14] Billotte mengabulkan keinginan Von Choltitz. Penyerangan Hôtel Meurice dilakukan pada pukul 2.30 siang, dan tentara Sekutu mengadakan aksi baku tembak dengan pasukan von Choltitz. Sekutu melemparkan beberapa granat asap ke dalam gedung tersebut. Von Choltitz beserta staf-stafnya keluar dengan tangan terangkat ke atas.[6] Leclerc dan von Choltitz menandatangani kapitulasi penyerahan tentara Jerman kepada Leclerc selaku wakil Pemerintahan Sementara Republik Prancis pada pukul 3 sore. Meskipun kapitulasi telah ditandatangani, pertempuran di dalam kota terus berlanjut hingga 3 hari berikutnya. Dalam pertempuran-pertempuran dari tanggal 24 hingga 28 Agustus, divisi Leclerc kehilangan 130 tentara tewas dan 319 tentara luka-luka, 21 korban hilang, 48 tank hancur, 4 meriam rusak berat, dan 111 kendaraan militer hancur. FFI Paris kehilangan 500 pejuang yang tewas dan 1000 pejuang yang luka-luka. Sebanyak 400 penduduk tewas dan 5.500 luka-luka, sementara Jerman kehilangan 3.200 tentara yang tewas, 12.600 tentara yang ditawan, 74 tank, 64 meriam dan 350 kendaraan.[15] Pemerintahan Sementara Republik PrancisPada tanggal 26 Agustus 1944, de Gaulle mengirim surat kepada Eisenhower untuk berterima kasih atas kesediaannya mengizinkan FFL masuk mendahului Sekutu ke Paris. Pada sore harinya, de Gaulle berparade dengan petinggi-petinggi FFL, CNR dan CFLN di sepanjang Champs-Elysées. Ia kemudian mendatangi markas Leclerc di Montparnasse di mana ia diberitahu mengenai penyerahan tentara Jerman di Paris. De Gaulle kemudian mengunjungi bekas kantornya di Kementerian Pertahanan di rue Saint-Dominique dan menunjuk tempat tersebut sebagai kantor kepresidenan pemerintahan sementara Prancis. Ia kemudian melakukan inspeksi di kepolisian Paris lalu mengunjungi markas besar CNR dan CFLN di Hôtel de Ville, di mana ia memberikan pidato kepada seluruh rakyat Paris.[16] Sekutu mengakui keabsahan Pemerintahan de facto Prancis di bawah pimpinan de Gaulle secara resmi pada tanggal 28 Agustus 1944. Referensi
Pranala luar
|