Pantai Balekambang
Pantai Balekambang adalah sebuah pantai di pesisir selatan yang terletak di tepi Samudra Indonesia secara administratif masuk wilayah Dusun Sumber Jambe, Desa Srigonco, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Jawa Timur dan merupakan salah satu wisata di Kabupaten Malang sejak 1985 hingga kini. Pantai ini berjarak sekitar 65 km dari pusat Kota Malang dan dapat ditempuh dalam waktu 2-3 jam.[1] Daya tarik Balekambang adalah panorama alam, ombak yang tinggi, dan pasir pantai putih. Area pasir putih cukup luas sehingga pengunjung dapat menikmati beragam aktivitas seperti bermain di tepi pantai, piknik, hingga berolahraga. SejarahPantai Balekambang dikabarkan pertama kali dibuka oleh Syaikh Abdul Jalil dari Yogyakarta. Pantai ini mulai berkembang dan disinggahi masyarakat luas tahun 1978, setelah adanya pembukaan akses jalan yang dilakukan Kades Srigonco Tukiran. Nama Balekambang kian dikenal setelah secara resmi dibuka sebagai salah satu tempat wisata oleh Bupati Malang, Eddy Slamet pada 1983. Saat itu, jalannya masih berupa jalan makadam. Pantai ini diresmikan pula sebagai tempat perkemahan pramuka Kabupaten Malang. Atraksi dan daya tarikPantai Balekambang merupakan salah satu objek wisata utama di Kabupaten Malang. Menurut data BPS Kabupaten Malang, jumlah wisatawan yang berkunjung ke pantai Balekambang mencapai 513.264 pada tahun 2019.[2] Wisata alamPantai Balekambang memiliki daya tarik hamparan pasir putih yang luas, ombak yang tinggi, dan pantai berbatu karang. Gugusan karang di Balekambang diperkirakan sepanjang 2 kilometer dengan lebar 200 meter. Terdapat 3 pulau yang lokasinya berdekatan dengan Pantai Balekambang, yakni Pulau Ismoyo, Wisanggeni, dan Anoman. Menurut legenda penduduk sekitar, Pulau Ismoyo adalah tempat pertapaan Semar atau Ismoyo, salah satu punakawan dalam pewayangan Jawa. Begitu pula dengan penamaan Pulau Wisanggeni dan Pulau Anoman yang berasal dari tokoh pewayangan. Ketiga pulau tersebut terhubung dengan pantai melalui jembatan.[2][3] Wisata religiPengunjung yang beragama Hindu maupun Islam dapat mengunjungi pantai ini untuk beribadah. Pada hari-hari tertentu, ribuan pengunjung datang ke pantai ini untuk melakukan ritual. Bagi umat Islam, mereka menjalani ritual dengan berziarah ke makam Syaikh Abdul Jalil, orang pertama yang membabat Pantai Balekambang. Asal usul Syaikh Abdul Jalil dikabarkan berasal dari Yogyakarta. Dia adalah seorang keluarga ningrat yang memiliki ilmu agama cukup tinggi sehingga pengaruhnya di masyarakat begitu kuat. Apalagi Syaikh Abdul Jalil termasuk orang yang tidak mau kompromi kepada penjajah Belanda sehingga Belanda menjadikannya sebagai orang yang harus disingkirkan. Pada bulan Muharam atau Suro dan tanggal 1 Syakban, banyak peziarah yang mengunjungi makamnya yang terpencil di tepi Kali Berek, jaraknya sekitar 1 km sebelum masuk Pantai Balekambang dari arah Bantur.[1] Di area pantai juga terdapat pulau kecil yang dinamakan Pulau Ampel. Konon, pulau ini menjadi lokasi penyebaran Islam oleh Wali Sanga, terutama oleh Sunan Ampel yang pertama kali datang ke pulau tersebut.[3] Selain umat Islam, umat Hindu pun menjadikan pantai ini sebagai tempat ibadah pada hari besar keagamaan. Di Pulau Ismoyo terdapat Pura Amarta Jati yang konon dibangun oleh seorang pemeluk Hindu Bali pada 1983 dan selesai pada 1985-1986. Sejak saat itu, pura ini dikunjungi oleh pemeluk Hindu Bali untuk melakukan ritual keagamaan pada hari raya Galungan, Kuningan, dan Nyepi.[3] Pada hari raya Nyepi, lokasinya di Pura Amarta Jati yang berada di Pulau Ismoyo. Pulau ini menjorok masuk dari bibir pantai sekitar 70 meter yang dihubungkan dengan jembatan. Keberadaan pura ini bagai magnet tersendiri bagi Pantai Balekambang. Tradisi Nyepi dengan menggelar ritual keagamaan Hindu selalu dinantikan wisatawan dari berbagai daerah, termasuk wisatawan asing. Sumur PituAtraksi lain yang menjadi daya tarik wisatawan adalah Sumur Pitu, yakni tujuh sumur alami. Sumur Pitu terletak di Pulau Wisanggeni yang dapat diakses dari jembatan. Banyak orang yang percaya air Sumur Pitu dapat membawa banyak manfaat, misalnya untuk ritual membersihkan jiwa raga, membuang sial, mendapat keberkahan dan keberuntungan.[3] FasilitasPantai Balekambang terus berbenah, sejumlah fasilitas tambahan disediakan pengelola, salah satunya flying fox. Permainan ini dilaunching sejak Agustus 2012, tetapi flying fox ini hanya buka setiap Sabtu-Minggu. Selain flying fox, permainan untuk anak-anak juga menjadi daya tarik. Beragam varian mainan seperti ayunan, patung hewan lengkap tersedia. Bahkan tak lama lagi akan disediakan persewaan ATV. Di sekitar Pantai Balekambang juga sudah tersedia penginapan untuk para pengunjung. Pertama yaitu di penginapan Bamboo terdapat 8 kamar yang dibanderol Rp150.000 perharinya. Sedangkan yang terbaru adalah Hotel Wibisana sebanyak 10 kamar, yang kualitasnya lebih baik dibanding penginapan Bamboo. Kamar baru ini kelasnya dibandrol dengan tarif Rp250.000 per hari. Untuk kategori Large bisa menampung hingga enam orang dengan didukung fasilitas kamar mandi dan listrik. Dua jenis tipe penginapan ini memiliki fasilitas yang memadai dan seluruhnya menyuguhkan pemandangan langsung pantai dan laut lepas. Bahkan tak jarang di pantai ini menjadi tempat latihan sejumlah klub sepak bola seperti Arema dan Persema. Akses
Saat ini, akses menuju Pantai Balekambang semakin mudah dan nyaman, meski di kawasan Jurang Mayit jalannya cukup ekstrim karena tanjakan yang menikung tajam. Namun, jalannya sudah beraspal mulus dan hanya butuh waktu sekitar 2-3 jam dari Kota Malang dan sekitar 30 menit dari kota kecamatan Bantur ke Balekambang. Dari Kota Malang tersedia bus Damri yang beroperasi setiap hari untuk pengunjung pantai. Rutenya dari Pool Damri Malang, Terminal Hamid Rusdi, Pantai Sendang Biru, dan Pantai Balekambang pulang-pergi.[4] Selain itu, status jalan dari Gondanglegi ke pantai Balekambang akan dinaikkan menjadi jalan nasional sehingga aksesnya semakin mudah dan jalannya akan diperlebar.[5] Galeri
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Pantai Balekambang.
|