Pangkalan Udara Sugiri Sukani
Pangkalan TNI Angkatan Udara Sugiri Sukani adalah Pangkalan Udara Militer type C yang terletak di Jl. Mayor Dasuki, Ds. Gandawesi, Kec. Ligung, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Sebagai salah satu satuan pelaksana pembinaan personel, Mempunyai tugas pokok menyiapkan dan melaksanakan Pembinaan dan pengoperasian seluruh satuan dalam jajarannya, membina potensi Dirgantara serta menyelenggarakan dukungan operasi bagi satuan lainnya. Nama bandara ini diambil dari salah seorang pahlawan TNI-AU, Letkol Udara (Anumerta) Sugiri Sukani. Sejarah Lanud Sugiri SukaniSetelah Jepang menyerah kepada Sekutu dan rakyat Indonesia memproklamirkan Kemerdekaanya pada tanggal 17 Agustus 1945, Rakyat Indonesia menghimpun kekuatan untuk merebut kekuasaan dari tangan Jepang dan membentuk BKR. Sugiri Sukani merupakan salah satu orang yang terlibat di dalam BKR tersebut. Sesuai dengan berjalannya waktu dan perubahan zaman BKR diubah menjadi TKR maka BKR Udara ikut mengalami perubahan menjadi TKR Udara yang lebih dikenal dengan nama TKR jawatan penerbangan. Untuk selanjutnya TKR disempurnakan menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) pada tanggal 25 Januari 1946 Kemudian dalam perkembanganya untuk menjamin kelancaran operasi penerbangan militer maka dibentuklah organisasi unsur bantuan dan pelayanan antara lain PLLU, Meteo, Perminyakan,Administrasi dan sebagainya disamping itu dibentuk pula Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) yang mempunyai tugas pengamanan seluruh fasilitasa dan instalasi Pangkalan Udara serta mempertahankanya dari serangan musuh. Pada masa itu Sugiri Sukani ditempatkan pada PPP Bugis,di mana PPP Bugis terdiri dari Pasukan Pembela dan Pasukan Pertahanan Tehnik Kesatuan Kesatrian Kertanegara (KKK). Pasukan Pembela dipimpin oleh Kapten Mukti kemudian digantikan oleh Kapten Agus Sardjuno sebagai Komandan Kompi, adapun Komandan seksi Markas adalah Pembantu Letnan R. Soeprantiyo, Komandan Seksi I adalah Pembantu Letnan Soeboerdjati, Komandan Seksi II adalah Pembantu Letnan Sugiri Sukani dan Komandan Seksi III adalah Pembantu Letnan Z Rachman,sedangkan Pasukan Pertahanan Tehnik dipimpin oleh Imam Supeno dan Sukrat. Selain menjaga keamanan di Pangkalan Udara Bugis PPP Bugis Juga ditugaskan untuk melaksanakan pengamanan Pangkalan Udara Kedungkandang (ngadipuro, Pangkalan Udara Pandan Wangi (Lumajang) dan di Front Surabaya (Sidoarjo dan Gendangan). Kegiatan Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) pada waktu itu masih bersifat local yang berkedudukan di Pangkalan Udara antara lain, Bugis (Malang), Maospati (Madiun), Mojoagung (Surabaya), Panasan (Solo), Maguwo (Yogyakarta), Cibeureum (Tasikmalaya), Kalijati (Subang), Pamempeuk (Garut) dan di luar Jawa antara lain Padang dan Palembang. Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda mengadakan aksi militer I dengan menyerang Pangkalan-pangkalan Udara Republik Indonesia di Jawa, termasuk Pangkalan Udara Bugis (Malang) di mana Sugiri Sukani bertugas, ketika Pangkalan Udara tersebut sudah tidak dapat dipertahankan lagi maka Pangkalan Udara tersebut dibumi hanguskan agar pasukan Belanda tidak dapat mendarat di Pangkalan Udara tersebut. Kemudian pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda mengadakan Aksi Militer Ke II dengan tujuan meluaskan daerah pendudukannya sehingga banyak Pangkalan Udara Republik Indonesia yang jatuh ketangan Belanda. Dengan jatuhnya Pangkalan- pangkalan Udara di Jawa maka anggota AURI mengundurkan diri kehutan-hutan untuk melaksanakan perang secara gerilya. Saat A. Wiriadinata diangkat sebagai Komandan Pertempuran Panembahan Senopati 105 (PPS 105) yang lebih dikenal dengan nama Pasukan Garuda Mulia, Sugiri Sukani diangkat sebagai pasukan Mobil. Setelah diadakan Konferensi Meja Bundar (KMB) dan adanya pengakuan kedaulatan Republik Indonesia maka AURI menerima penyerahan Pangkalan Udara dari tangan Belanda. Untuk menerima penyerahan tersebut, Pasukan Pertahan Pangkalan mengadakan konsolidasi di Pangkalan Udara Panasan (Solo) dan dalam reformasi tersebut Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) dibagi menjadi 3 (tiga) Kompi. Adapun kedudukan tiap-tiap kompi adalah sebagai berikut:
Pada tanggal 17 Oktober 1951 dibentuk Pasukan Gerak Tjepat (PGT) yang kemudian pada tanggal 16 April 1966 diganti namanya menjadi Komando Pasukan Gerak Tjepat (KOPASGAT) yang memiliki ciri tersendiri yang berbeda dengan pasukan-pasukan lainya. Selain sebagai pasukan tempur Kopasgat juga bertugas untuk merebut dan mengembalikan Pangkalan Udara yang berhasil direbut oleh penjajah untuk dapat kembali ke pangkuan bumi pertiwi sehingga dapat berfungsi kembali. Pada bulan Pebruari 1952 Letnan Udara I Sugiri Sukani diangkat sebagai Komandan Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) di Pangkalan Udara Andir (Bandung). Dengan tugas untuk mengkordinir kompi-kompi PPP yang ada di Pangkalan tersebut. Sebab pada masa itu di Pangkalan Udara Andir Bandung terdapat beberapa kompi pasukan. Ketika terjadi beberapa pemberontakan di bumi Pertiwi ini Sugiri Sukani ditugaskan pula untuk menumpas pemberontakan DI/TII di wilayah Jawa Barat. Dia memimpin langsung pengejaran di wilayah-wilayah di antaranya Tangkuban Perahu, Pegunungan Galunggung, Pegunungan Guntur dan Pegunungan Tampomas. Selain penumpasan DI/TII di wilayah Jawa Barat Sugiri Sukani juga ikut melaksanakan penumpasan di Sulawesi Selatan dengan melakukan penerjunan bersama Wiriadinata. Bukan hanya itu saja sewaktu terjadi pemberontakan PRRI Permesta Sugiri Sukani dan Wiriadinata beserta Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) juga melaksanakan penerjunan di Padang untuk merebut Pangkalan Udara Tabing operasi itu dapat dilaksanakan dengan hasil yang memuaskan dan Pangkalan Udara Tabing dapat direbut kembali oleh bangsa Indonesia dan Siap beroperasi kembali. Kemudian Letnan Udara I Sugiri Sukani ditugaskan kembali untuk memimpin 2 (dua) kompi Pasukan Gerak Tjepat (PGT) bersama-sama dengan 1 (satu) kompi RPKAD ke Pekanbaru dengan tugas menumpas pemberontakan PRRI / Permesta, operasi ini dinamakan Operasi Tegas. Dalam pelaksanaan Operasi Tegas ini berhasil merampas senjata-senjata yang diterjunkan dari pesawat untuk para pemberontak.[1] Komandan Lanud Sugiri Sukani
Referensi
|