Pangkalan TNI Angkatan Udara Iswahjudi

Pangkalan Udara TNI AU Iswahjudi
Lambang Lanud
Dibentuk1940
NegaraIndonesia Indonesia
Cabang TNI Angkatan Udara
Tipe unitLanud Tipe A
PeranPangkalan Angkatan Udara
Bagian dariKomando Operasi Angkatan Udara II
LanudMagetan
PelindungTentara Nasional Indonesia
MotoPrayatna Kerta Gegana
Situs webLanud Iswahjudi
Pangkalan Angkatan Udara Iswahjudi

Iswahjudi Air Force Base
Informasi
JenisMiliter
PemilikTNI AU
PengelolaTNI Angkatan Udara
LokasiMaospati, Magetan, Indonesia
Ketinggian dpl110 mdpl
Situs webLanud Iswahjudi
Landasan pacu
Arah Panjang Permukaan
m kaki
17R/35L 3.050 10.007 Aspal
17L/35R 2,575 8,448 Aspal

Pangkalan TNI Angkatan Udara Iswahjudi (Lanud Iswahjudi), Bandar Udara Iswahjudi, atau Lapangan Udara Iswahjudi adalah Pangkalan TNI Angkatan Udara yang terletak di Kecamatan Maospati, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur, kurang lebih berjarak 8 Km dari Kota Madiun dan 23 Km dari Ngawi. Lanud ini digunakan oleh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU). Secara nasional, ini adalah lapangan terbang bagi TNI Angkatan Udara selain Lanud Halim Perdanakusuma. Saat ini Lanud Iswahjudi diperkuat dengan personel organik sebanyak 3.000 personel. Nama pangkalan udara ini diambil dari salah seorang pahlawan TNI-AU, Marsekal Muda (Anumerta) Iswahjoedi.

Geografis

Lanud ini terletak pada koordinat 111° 26'02.82" BT dan 07° 36' 56.76" LS, Kecamatan Maospati, Magetan, Jawa Timur.[1] Maospati berada di pertigaan Jalan Raya yang menghubungkan Kabupaten Madiun dan Kota Madiun; Kabupaten Magetan; Kabupaten Ngawi dan Kecamatan Ngawi. Sebelah Barat terdapat Gunung Lawu dengan ketinggian 10.712 kaki, sebelah Timur terdapat Pegunungan Wilis dengan puncak 8.400 kaki, sebelah Selatan membentang tanah Pegunungan sampai Laut Selatan dan sebelah Utara merupakan dataran rendah yang luas.[1]

Sejarah

Hindia Belanda

Seorang petugas ATC Hindia Belanda sedang berada di tower Pangkan Udara Maospati (Lanud Iswahjudi - sekarang), sekitar 19 April 1949.

Pada tahun 1890, di Batavia dan Aceh, dilakukan penerbangan dengan mempergunakan balon "ballonvaarten" dengan berhasil. Hal ini merupakan percobaan pertama yang dilakukan oleh Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger (KNIL) dalam dunia kedirgantaraan. dan kemudian pemerintahan Hindia Belanda mulai mengembangkannya. Pada bulan Februari 1913, dilakukan uji coba terbang di Surabaya dengan sebuah pesawat yang diangkut dari negeri Belanda dengan kapal laut. Dan ketika Perang Dunia I meletus, semakin dirasa perlu untuk membangun kekuatan Angkatan Udara.[2]

Pada 30 Mei 1914, embrio Angkatan Udara Kerajaan Belanda berdiri dengan nama Proefvliegafdeling (PVA) atau Jurusan Uji Terbang. Kemudian pada 31 Maret 1939 didirikanlan Angkatan Udara Belanda atau yang lebih dikenal sebagai Militaire Luchtvaart (ML) di Kalijati, Subang, Jawa Barat. Dan didirikan pula Marine Luchtvaart Verkeersleider in verkeerstoren, Bestanddeelnr 378.jpgDienst (MLD) di Surabaya. Keduanya hanya mengutamakan melatih tentara Belanda saja.[2]

Sekitar tahun 1939, Belanda mulai membangun "Pangkalan Udara Maospati (PAU Maospati)", dengan ukuran 1.586 X 53 meter, dan berada pada ketinggian 120 meter dpl.[3][4][1] Pangkalan ini dibangun sebagai bagian dari persiapan departemen Van Ooorlog Belanda (Departemen Perang - Belanda) untuk menghadapi serbuan udara Jepang, sehingga dapat segera menampung pesawat-pesawat Militaire Luchtvaart.[1]

Pembangunan pangkalan udara ini memerlukan tanah cukup luas, sehingga diadakan pemindahan penduduk dari desa-desa berikut:[5]

  1. Desa Ngujung, Maospati, Magetan, dipindah seluruhnya
  2. Desa Setren, sebagian sawah dipindah
  3. Desa Kleco, sebagian sawah dipindah
  4. Desa Lemahbang, dipindah seluruhnya
  5. Desa Kinandang, dipindah seluruhnya
  6. Desa Kincang Kulon, dipindah seluruhnya
  7. Desa Pandeyan, penduduk desa di bagian selatan dipindah, dan pindah ke wilayah yang sekarang menjadi desa Bogorejo, Barat, Magetan
  8. Desa Mranggen, penduduk desa di bagian selatan dipindah[5]

Penduduk yang sudah memperoleh uang ganti rugi, pindah dengan sukarela, dan ada beberapa desa yang pindah keseluruhannya (bedol desa). Seperti warga desa Pandeyan, mereka pindah ke sebelah utara jalan besar dan menempati desa Bogorejo dan desa Ronowijayan menjadi desa Sukolilo.[5]

Sebuah pesawat angkutan berjenis Dakota mendarat di Lanud Maospati sekitar 19 April 1949

Setelah penduduk pindah, dimulailah pembangunan pangkalan udara pada tahun 1939. Landasan pacu adalah hal pertama yang dibangun. Kemudian dilanjutkan dengan pembangunan hanggar sebanyak tiga buah di daerah Klecorejo, Setren dan Ngujung.[6][6][6][6][6][6][6] Kemudian, mereka membangun gedung workshop (sekarang hanggar Skadron Teknik 042), gedung untuk montage dekat workshop, empat buah gudang, bengkel dan lainnya. Pembangunan dilanjutkan dengan membangun perkantoran, asrama militer (campement) untuk tentara Belanda beserta keluarganya.[1][5]

Pembangunan PAU Maospati selesai pada akhir Mei 1940. Pangkalan ini resmi dibuka dengan penempatan tiga skadron udara :

Total ada 36 pesawat yang terbagi atas ketiga skadron udara tersebut.[6][6][6]

Pendudukan Jepang

Ketika pecah perang pasifik tahun 1941, pangkalan udara ini dijadikan basis kekuatan tentara Sekutu di Pulau Jawa.[1] Ketika Belanda menyerah kepada Jepang tahun 1942, Angkatan Laut Jepang (Kaigun Kokusho) menguasai pangkalan udara ini. Di sekitar pangkalan ditempatkan pasukan pertahanan pangkalan dari Rikugun (batalyon AD).[1]

Pada peristiwa penyerbuan pangkalan oleh Jepang, komandan pangkalannya adalah Kapten H.J. Van De Pool, yang akhirnya gugur dalam pertempuran udara. Dikarenakan pendudukannya yang singkat dan kesibukannya dalam Perang Pasifik, Jepang tidak memiliki kesempatan membangun lanud ini.[1]

Pangkalan ini, waktu itu, digunakan untuk menyimpan berbagai jenis suku cadang motor pesawat buatan Jepang.[1]

Pasca kemerdekaan

Pada tanggal 9 November 1949, Mayor Sabirin Mochtar, Komandan Batalyon Sikatan, Sedang menerima penyerahan lapangan terbang Maospati dari pihak Belanda setelah selesainya Agresi Belanda II... Sebelumnya mereka masih saling serang dalam pertempuran di Kediri dan Madiun

Pasca kemerdekaan Indonesia, Pangkalan Udara Maospati dikuasai oleh laskar-laskar perjuangan saat itu. Pada tanggal 27 Agustus 1945, Lanud ini diserahkan oleh komandan Dai Nippon di Maospati kepada Wedono Maospati. BKO TKR (Bengkel Kapal Oedara Tentara Keamanan Rakyat) Maospati diserahterimakan dari Komandan Resimen TKR Madiun kepada MB AURI (Markas Besar AURI) pada 5 Mei 1946, dan sejak itu resmi menjadi milik AURI dan disebut sebagai Pangkalan Udara Nasional. Dan Prof. Dr. Abdul Rahman Saleh ditunjuk sebagai komandan pangkalan sekaligus merangkap sebagai komandan pangkalan Bugis, Malang. Dan sebagai wakilnya adalah H. Soejono yang juga berasal dari pangkalan yang sama.[8]

Perjuangan Kemerdekaan I

Dalam periode ini, Lanud ini mengalami kerusakan yang parah akibat serangan pesawat-pesawat tempur Belanda dan hampir semua lanud lainnya di Jawa kecuali Lanud Maguwo dan MB AURI di Yogyakarta karena terlindungi oleh cuaca buruk.

Berdasarkan Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Udara Nomor 564 tanggal 4 November 1960, "Pangkalan Udara Maospati" berubah nama menjadi "Pangkalan TNI AU Iswahjudi". Dengan berkembangnya peran Lanud Iswahjudi dalam perebutan Irian Jaya, lanud ini menjadi Pangkalan Udara Utama (Lanuma). Saat ini, Pangkalan TNI AU lswahyudi merupakan Lanud tipe A dan berada di bawah Komando Operasi Angkatan Udara II.

Satuan di bawah Kendali Lanud Iswahjudi

Satuan-satuan Dalam Jajaran Lanud Iswahjudi di antaranya :


  • Air Weapon Range (AWR) Pulung, Ponorogo

Di samping satuan-satuan dalam jajaran Lanud Iswahjudi, juga terdapat satuan-satuan Insub di antaranya :


Komandan Pangkalan TNI Angkatan Udara Iswahjudi

Saat Bernama Pangkalan Udara Maospati


  1. Opsir Udara I Prof. Dr. Abdulrahman Saleh (Komandan Pertama pada 5 Mei 1946)⭐⭐
  2. Opsir Udara II Iswahjoedi (Komandan Kedua pada 29 Juli 1946)⭐
  3. Opsir Udara I dr. Kornel Singawinata (1948)
  4. Opsir Udara II RI Mantiri
  5. Opsir Udara I Kadmadi (1951—1952)
  6. Letnan Udara II Kaelani (1952—1954)
  7. Letnan Udara II R. Obbos (1954—1956)

Pangkalan TNI AU Iswahyudi


  1. Kapten Udara Dhemayi Agan (1956—1961)
  2. Letkol Udara Suroso Hurip (1961—1962)
  3. Kolonel Udara Soewondo (1962—1965)
  4. Letkol Udara Suwastodjo (1965—1966)
  5. Kolonel Udara Soemarsono (1966—1967)
  6. Kolonel Udara Soemitro (1967—1969)
  7. Kolonel Pnb Nurman Munaf (1969—1973)
  8. Kolonel Pnb Sudjatio Adi (1973—1975)
  9. Kolonel Pnb Soemakno Iswadi Iswadi (1975—1978)⭐⭐
  10. Marsekal Pertama TNI Jahman (1978—1983)⭐⭐
  11. Kolonel Pnb I. Soetikno (1983—1985)
  12. Marsekal Pertama Zainuddin Sikado (1985—1986)⭐⭐
  13. Marsekal Pertama TNI Isbandi Gondosuwignyo (1986—1987)⭐⭐
  14. Marsekal Pertama TNI F.X. Soejitno (1987—1990)⭐⭐⭐
  15. Marsekal Pertama TNI Kadar Poeraatmaja (1990—1991)⭐
  16. Marsekal Pertama TNI Imam Basuki (1991—1993)⭐
  17. Marsekal Pertama TNI Mahpudin Taka (1993—1994)⭐⭐
  18. Marsekal Muda TNI Hanafie Asnan (1994—1996)⭐⭐⭐⭐
  19. Marsekal Pertama TNI Suprihadi (1996—1997)⭐⭐⭐
  20. Marsekal Pertama TNI Djoko Suyanto (1997—1999)⭐⭐⭐⭐
  21. Marsekal Pertama TNI Faustinus Djoko Poerwoko (1999—2002)⭐⭐
  22. Marsekal Pertama TNI M. Basri Sidehabi, S.Ip., MBA. (23 April 2002—9 Juli 2002)⭐⭐⭐
  23. Marsekal Pertama TNI Drajat Rahardjo, S.Ip. (2002—2003)⭐⭐
  24. Marsekal Pertama TNI Imam Sufaat (2003—2006)⭐⭐⭐⭐
  25. Marsekal Pertama TNI Dede Rusamsi (2006—2008)⭐⭐⭐
  26. Marsekal Pertama TNI Bambang Samoedro, S.Sos. (2008—2010)⭐⭐
  27. Marsekal Pertama TNI Ismono Wijayanto (2010—2011)⭐⭐⭐
  28. Marsekal Pertama TNI M. Syaugi (2011—2012)⭐⭐⭐
  29. Marsekal Pertama TNI Yuyu Sutisna, S.E. (2012—2014)⭐⭐⭐⭐
  30. Marsekal Pertama TNI Donny Ermawan Taufanto, M.DS. (2014—2015)⭐⭐⭐
  31. Marsekal Pertama TNI Fachri Adamy (2015—2016)⭐⭐
  32. Marsekal Pertama TNI Andyawan Martono Putra, S.Ip., M.Tr.(Han). (2016—2017)⭐⭐⭐
  33. Marsekal Pertama TNI Samsul Rizal, S.Ip., M.Tr.(Han). (2017—2018)⭐⭐⭐
  34. Marsekal Pertama TNI Widyargo Ikoputra, S.E. (2018—2020)⭐⭐
  35. Marsekal Pertama TNI Mochammad Untung Suropati, S.E. (2020—2022)⭐
  36. Marsekal Pertama TNI Irwan Pramuda, S.E., M.M. (2022—2023)⭐
  37. Marsekal Pertama TNI Wastum, S.E., M.MP., MS (NSSS). (2023—2023)⭐
  38. Marsekal Pertama TNI Firman Dwi Cahyono, M.A. (2023—Sekarang)⭐

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ a b c d e f g h i Rahardjo 2003, hlm. 1 - 4.
  2. ^ a b Soewito 2008, hlm. 1.
  3. ^ Sutisna 2002, hlm. xxiii.
  4. ^ Sutisna 2002, hlm. 6.
  5. ^ a b c d Soewito 2008, hlm. 7.
  6. ^ Ikoputra 2019, hlm. 2 - 4.
  7. ^ a b c d e f Rahardjo 2003, hlm. 5 - 11.
  8. ^ Rahardjo 2003, hlm. 15 - 18.

Daftar pustaka

  • Ikoputra, Widyargo (2019). Lanud Iswahjudi Basis Pesawat Tempur. Madiun: Lanud Iswahjudi. 
  • Rahardjo, Drajat (2003). Elang Tanah Air Di Kaki Lawu. Madiun: Iswahyudi Air Force Base. 
  • Soewito, Dra. Irna H.N. Hadi; Suyono, Dr. Nana Nurliana; Suhartono, Dra. Soedarini (2008). Awal Kedirgantaraan Di Indonesia : Perjuangan AURI 1945 - 1950. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 978-602-433-016-3. 
  • Sutisna, Yuyu (2002). Kepak Sayap Skadron Udara 14 "1962 - 2002" : Tentara Langit, Pahlawan Hati. Dinas Penerangan TNI AU ; Skadron Udara 14 - Lanud Iswahjudi. ISBN 979-9555-75-2. 

Pranala luar


Kembali kehalaman sebelumnya