Pandemi Covid-19 di Zimbabwe
Pandemi COVID-19 di Zimbabwe pertama kali dikonfirmasi pada tanggal 20 Maret 2020 oleh Menteri Kesehatan dan Perawatan Anak Dr Obadiah Moyo, berasal dari seorang laki-laki warga di Victoria Falls.[1] Laki-laki ini pada tanggal 15 Maret 2020 telah melakukan perjalanan dari Inggris melalui Afrika Selatan. Sampai tanggal 24 April 2020, telah terkonfirmasi adanya 29 kasus positif, dua kasus pulih, dan empat kematian akibat COVID-19. Pandemi koronavirus adalah pandemi yang disebabkan oleh koronavirus (COVID-19) dan menyerang sistem pernafasan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan pandemi koronavirus sebagai pandemi dunia pada tanggal 11 Maret 2020.[2] KronologiZimbabwe pertama kali mengkonfirmasikan adanya kasus koronavirus di negaranya pada tanggal 20 Maret 2020. Kasus tersebut merupakan seorang laki-laki warga di Victoria Falls yang telah melakukan perjalanan dari Inggris melalui Afrika Selatan pada tanggal 15 Maret 2020. Sehari setelah kasus pertama dikonfirmasikan, kota Harare kembali mengkonfirmasi adanya dua kasus baru yang terinfeksi koronavirus.[3] Pada tanggal 8 April 2020, pemerintah Zimbabwe mengkonfirmasikan kembali jumlah kasus akibat COVID-19 dengan memiliki 11 kasus baru, sehingga jumlah total kasus menjadi 14 orang.[4] Pada tanggal 13 April 2020, Kementerian Kesehatan negara ini mengatakan bahwasannya jumlah kasus COVID-19 bertambah tiga orang lagi, sehingga jumlah total menjadi 17 orang yang dinyatakan positif koronavirus. Ketiga orang tersebut merupakan warga dari Bulawayo, yang telah diuji dan menunjukkan gejala penyakit. Kasus ke-15 tersebut adalah seorang wanita berusia 34 tahun dengan tidak memiliki riwayat perjalanan ataupun kontak dengan orang yang sudah terjangkit, dan sekarang dia diisolasi secara mandiri di rumah. Kasus ke-16 adalah seorang wanita berusia 52 tahun dengan gejala sakit kepala selama tiga hari, dia telah melakukan kontak langsung dengan orang yang telah terjangkit koronavirus, dan sekarang dia diisolasi secara mandiri di rumah. Sedangkan untuk kasus ke-17 merupakan seorang yang tinggal di daerah orang yang sudah terjangkit koronavirus dan sudah meninggal, dia merupakan seorang wanita berusia 79 tahun dan sekarang juga sudah diisolasi secara mandiri di rumah.[5] Pada tanggal 19 April 2020, jumlah kasus di negara ini menjadi 19 orang, sampai pada tanggal 24 April 2020, jumlahnya semakin bertambah sehingga negara ini memiliki jumlah total kasus positif koronavirus sebanyak 29 orang.[6] KematianPada tanggal 23 Maret 2020, kasus kematian pertama di negara ini dikonfirmasikan, kasus tersebut merupakan seorang jurnalis berusia 30 tahun bernama Zororo Makamba. Dia telah kembali lagi ke Zimbabwe yang sebelumnya telah melakukan perjalanan ke New York pada tanggal 9 Maret 2020.[7][8] Produser serta pembawa acara dalam radio dan televisi bernama Zororo Makamba itu merupakan orang kedua yang dites positif untuk koronavirus di Zimbabwe.[9][10] Pada tanggal 7 April 2020, seorang pasien dinyatakan telah meninggal dunia akibat koronavirus, sehingga kasus meninggal di negara ini menjadi dua orang.[4] ReaksiSebelum ditemukannya kasus pertama di negara ini, Emmerson Mnangagwa (Presiden Zimbabwe) telah mengumumkan keadaan darurat nasional dengan melakukan pembatasan perjalanan dan melarang pertemuan-pertemuan besar.[11][12] Zimbabwe akan memberlakukan karantina wilayah selama 21 hari ke depan, aturan tersebut akan mulai diberlakukan pada tanggal 30 Maret 2020, sebagai langkah dalam pencegahan penyebaran koronavirus.[13] Pada tanggal 20 April 2020, Emmerson Mnangagwa kembali mengumumkan bahwa karantina wilayah di negaranya akan diperpanjang lagi selama 14 hari.[14] Karantina di negara ini sedikit terhambat dengan banyaknya orang-orang yang berkumpul di pasar makanan, sehingga jarak sosial tidak berjalan secara maksimal.[15] Sejak diberlakukannya karantina, pemerintah mulai melakukan pemberian uang tunai bulanan sebesar delapan dolar kepada sekitar satu juta rumah tangga yang paling rentan terkena dampak COVID-19. Selain itu, bagi para penjual barang-barang penting yang dibutuhkan pada saat pandemi ini, sepakat dengan melakukan pembekuan terhadap harga-harga barang yang mereka jual. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk membantu masyarakat di negaranya karena dampak dari karantina pandemi COVID-19.[16] Dampak
Lihat pulaRujukan
Pranala luar
|