Pandemi Covid-19 di BotswanaPandemi COVID-19 di Botswana terjadi setelah kasus pertama dikonfirmasi pada tanggal 30 Maret 2020.[1] Botswana menjadi salah satu negara di dunia yang paling akhir melaporkan kasus positif penyakit koronavirus 2019.[2] Hingga 26 Maret 2021, di Botswana tercatat sebanyak 38.466 kasus terkonfirmasi. Sebanyak 33.903 kasus telah berakhir dengan pemulihan pasien, sedangkan 506 kasus berakhir dengan kematian pasien. Sedangkan sisanya masih termasuk kasus aktif.[3] Latar belakangOrganisasi Kesehatan Dunia memberi konfirmasi bahwa koronavirus baru menjadi penyebab penyakit pernapasan pada sekelompok orang di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Konfirmasi diumumkan pada 12 Januari 2020 sesuai dengan hasil laporan yang diterima oleh Organisasi Kesehatan Dunia pada 31 Desember 2019.[4] Tingkat fatalitas kasus COVID-19 lebih rendah dibandingkan wabah SARS 2002-2004.[5] Namun, penularan COVID-19 jauh lebih besar dan disertai dengan jumlah kematian yang signifikan.[6] Interval kepercayaan menunjukkan hasil 95% pada simulasi berbasis model untuk Botswana. Ini berlaku pada variasi waktu angka reproduksi stabil di sekitar 1,0 pada bulan September, Oktober dan November 2020.[7] Lini masaMaret 2020Tiga kasus pertama di negara Botswana dikonfirmasi pada 30 Maret 2020.[8] Pada 25 Maret, seorang wanita berusia 78 tahun meninggal di Ramotswa. Wanita ini diduga menderita COVID-19.[9] April 2020Dua kasus COVID-19 kembali dikonfirmasi pada 22 April, tepatnya di wilayah Metsimotlhabe-Molepolole. Jumlah kasus menjadi 22. Kedua kasus ini dilaporkan menular secara lokal, sehingga ada 8 kasus lokal pada saat itu.[10] Mokgweetsi Masisi memperpanjang karantina wilayah Botswana selama satu minggu. Ini diumumkan dalam pidatonya di sebuah siaran televisi. Karantina wilayah akan dikurangi secara perlahan selama dua minggu berikutnya. Ini dilakukan karena 21 pasien COVID-19 secara keseluruhan tidak menunjukkan gejala klinis. Selain itu, mereka sedang dalam masa pemulihan penuh. Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Botswana. Lemogang Kwape mengumumkan daftar orang yang sempat berhubungan dengan korban yang meninggal. Ia juga mengumumkan tiga kasus pertama serta mengumumkan bahwa 7 dari 14 dinyatakan positif. Jumlah kasus aktif pada saat itu sebanyak 13.[11] Botswana mencatat total 5 pemulihan pada 29 April 2020.[12] Jumlah kasus yang dikonfirmasi keseluruhan sebanyak 23. Jumlah ini bertambah 19 kasus dibandingkan dengan bulan Maret 2020. Jumlah korban yang meninggal tidak mengalami perubahan. Pada akhir April 2020 terdapat 17 kasus aktif lebih banyak dibandingkan akhir Maret 2020.[13] Mei 2020Pada tanggal 1 Mei 2020, tiga pasien dinyatakan pulih.[14] Botswana mencatat lebih banyak pemulihan COVID-19 pada hari Kamis, 7 Mei 2020. Periode karantaina wilayah selama 35 hari di Botswana berakhir. Pemerintah Botswana kemudian memberlakukan kemudahan pembatasan sosial COVID-19 pada hari Jumat, 8 Mei 2020 pukul 00:00 GMT +2. Kemudahan ini diberikan selama tiga minggu berikutnya. Masyarakat diizinkan kembali bekerja mulai 8 Mei 2020 hingga 14 Mei. Namun, Botswana mencatat 1 kasus lagi pada Senin, 11 Mei 2020.[15] Sebanyak 11.495 tes yang dilakukan hingga 12 Mei 2020 . Terjadi 6 kasus aktif dan lima pasien diantaranya dinyatakan sembuh.[16] Pada 17 Mei 2020, satu pasien lagi dinyatakan positif, sehingga jumlah kasus aktif meningkatk menjadi 7 kasus.[17] Jumlah total kasus yang dikonfirmasi pada akhir Mei 2020 mencapai 35. Jumlah ini bertambah sebanyak 12 dibandingkan pada bulan April 2020. Jumlah korban yang meninggal tetap tidak berubah. Sedangkan kasus aktif menurun hingga 18% terhitung sejak akhir April. Jumlah kasus aktif tersisa 14 kasus.[18] PencegahanPemerintah Botswana telah melarang pertemuan lebih dari 50 orang sebagai tindakan pencegahan dasar penularan koronavirus. Pemerintah juga melarang masuknya orang dari negara-negara yang dianggap berisiko tinggi melakukan penularan virus.[19][20] Pemerintah Botswana juga mengumumkan bahwa perbatasan wilayah akan ditutup. Pengumuman dilakukan pada tanggal 24 Maret 2020. Warga Botswana yang berada di luar negeri harus dikarantina selama 14 hari agar dapat diizinkan memasuki negeri. Kemungkinan untuk memasuki negeri tetap ada melalui Zimbabwe, namun jalur ini dianggap sebagai jalur ilegal.[21] Sejak 20 Maret 2020, semua sekolah ditutup dan pembelajaran dilanjutkan kembali pada 2 Juni 2020.[22] Referensi
|