Pamoedji
Letnan Jenderal Polisi (Purn.) Drs. Pamoedji (17 Mei 1928 – 17 Juni 2007) merupakan seorang perwira tinggi polisi dari Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Daerah Kepolisian (Kadapol) Nusa Tenggara, Kadapol Jawa Timur, dan Deputy (Wakil) Kepala Staf Kepolisian Republik Indonesia. Riwayat hidupPamoedji lahir pada tanggal 17 Mei 1928 di Nganjuk.[1] Ayahnya bernama Soemoadmoedjo. Sesudah menyelesaikan pendidikannya di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, ia memulai dinasnya di kepolisian. Pada tanggal 2 Januari 1965, ia dilantik menjadi Kepala Seksi Lalu Lintas Komando Daerah Kepolisian VII/Jaya dengan pangkat komisaris polisi tingkat I. Ia kemudian dipromosikan menjadi ajun komisaris besar polisi beberapa saat kemudian.[2] Pada tanggal 19 Februari 1979, Pamoedji dilantik menjadi Kadapol Nusa Tenggara dengan pangkat brigadir jenderal.[3] Selama bertugas di Nusa Tenggara, Pamoedji menyatakan bahwa masalah terbesar yang dihadapinya adalah masalah mobilitas penduduk.[4] Ia juga menghadapi sejumlah masalah terkait dengan kepolisian di Bali, seperti keamanan daerah Kuta yang banyak dikunjungi oleh turis[5] dan pemecatan dua orang polisi di Bali yang melakukan kekerasan saat memeriksa anak berusia 12 tahun.[6] Untuk menangani permasalahan keamanan di Bali, Pamoedji merumuskan suatu sistem keamanan bersama yang membagi Bali ke dalam beberapa ring.[7] Pamoedji dipindahkan ke Jawa Timur pada bulan Maret 1984 untuk menjabat sebagai Kepala Daerah Kepolisian Jawa Timur. Pangkatnya naik menjadi mayor jenderal beberapa bulan kemudian. Salah satu tugas besarnya sebagai kadapol adalah mengamankan proses kampanye pemilihan umum legislatif Indonesia 1982. Pamoedji menyatakan bahwa daerah Jawa Timur merupakan daerah paling aman selama kampanye pemilihan umum.[8] Pada awal tahun 1982, Pamoedji melancarkan operasi Parkit Merah dan Tamen yang merupakan operasi gabungan untuk menumpas kejahatan di Jawa Timur. Operasi tersebut ditingkatkan intensitasnya setelah empat bulan berjalan. Menurut Pamoedji, setidaknya 67 kriminal tertembak dalam operasi ini.[9] Tindakan tersebut berhasil menurunkan angkat kriminalitas dan mendorong penjahat untuk menyerahkan diri.[10][11] Pamoedji kembali memperoleh promosi jabatan sebagai Deputy (Wakil) Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia pada tanggal 10 Desember 1982.[12] Selama bertugas sebagai wakil kepala kepolisian, Pamoedji secara tegas menolak keberadaan penembakan misterius.[13] Ia juga ikut dalam rapat antara kepolisian Indonesia dan Malaysia di Bandung pada bulan Februari 1984, yang membicarakan tentang latihan bersama Aman Malindo IV dan konsepsi penanggulangan kejahatan di wilayah perbatasan kedua negara.[14] Setelah menjabat selama dua tahun, pada tanggal 12 November 1984 Pamoedji menyerahkan jabatannya kepada Kapolri. Jabatan wakil kepala kepolisian ditiadakan dan wewenangnya diserahkan kepada beberapa deputi.[15] Selain bertugas di kepolisian, Pamoedji juga terlibat dalam organisasi olahraga. Ia terpilih menjadi Ketua Persatuan Olahraga Berkuda se-Indonesia untuk masa jabatan 1982-1987.[16] KematianPamoedji wafat pada tanggal 17 Juni 2007. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata.[17] Tanda jasaSebagai seorang perwira kepolisian, Sutadi memperoleh sejumlah satyalancana dan bintang atas jasa dan pengabdiannya. Berikut ini adalah daftar satyalancana dan bintang yang diperolehnya:
Referensi
|