Pakong, Pakong, Pamekasan
Pakong adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Pakong, Kabupaten Pamekasan, Provinsi Jawa Timur.[1] Batas utara yaitu desa Bajur, batas barat Desa Lebbek, batas selatan Desa Klompang Barat dan Desa Bicorong sedangkan batas timur Desa Seddur SejarahSejarah terjadinya desa Pakong, nama pakong sudah ada sejak zaman Jepang dan berganti Belanda menjajah wilayah Madura. Dahulu kala penguasa kerajaan Pamekasan membagi daerah/desa tiba di dataran tinggi prajurit itu karena di waktu zaman Belanda dahulu kala Belanda bersama serdadunya melewati suatu daerah dan menena sangat lelah menunjuk dan menyuruh temannya/prajurit lain untuk mengambil dan melaksanakan sesuatu, karena seringnya prajurit disuruh-suruh akhirnya prajurit itu kelelahan dan duduk sambil menekuk kakinya, jadilah desa tersebut Desa Pakong, berasal dari kata “Pakon” yang artinya disuruh. Adapun kepala desa yang pernah menjabat hingga sekarang adalah sebagai beriikut: Misar, Asmawi, H. Fathor Rahem. Sufyan,Sukandar dan Rasidi DemografiBerdasarkan data Administrasi Pemerintahan Desa tahun 2016, jumlah penduduk Desa Pakong adalah terdiri dari 1.728 KK, dengan jumlah total 6.423 jiwa, dengan rincian 2.898 laki-laki dan 3.525 perempuan sebagaimana tertera dalam tabel dibawah ini. Dari data di samping tampak bahwa penduduk usia produktif pada usia 20-49 tahun Desa Pakong sekitar 2.700 atau hampir 56%. Hal ini merupakan modal berharga bagi pengadaan tenaga produktif dan SDM. Tingkat kemiskinan di Desa Pakong termasuk tinggi. Dari jumlah 1.728 KK di atas, sejumlah 135 KK tercatat sebagai Pra Sejahtera; 599 KK tercatat Keluarga Sejahtera I; 674 KK tercatat Keluarga Sejahtera II; 75 KK tercatat Keluarga Sejahtera III; 15 KK sebagai sejahtera III plus. Jika KK golongan Pra-sejahtera dan KK golongan I digolongkan sebagai KK golongan miskin, maka 49 % KK Desa Pakong adalah keluarga miskin. Secara geografis Desa Pakong terletak pada posisi 113°19-113° 58 BT Lintang Selatan dan 6°51-7°31 LS. Bujur Timur. Topografi ketinggian desa ini adalah berupa daratan sedang yaitu sekitar 250 M di atas permukaan air laut. Berdasarkan data BPS kabupaten Pamekasan tahun 2016, selama tahun 2016 curah hujan di Desa Pakong rata-rata mencapai 15,60 mm. Curah hujan terbanyak terjadi pada bulan Februari hingga mencapai 15,60 mm yang merupakan curah hujan tertinggi selama kurun waktu 2016-2021. Secara administratif, Desa Pakong terletak di wilayah Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan dengan posisi dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga. Di sebelah utara berbatasan dengan Desa Bajur Kecamatan Waru, di sebelah barat berbatasan dengan Desa Lebbek, di sisi Selatan berbatasan dengan Desa Bandungan, sedangkan di sisi timur berbatasan dengan Desa Seddur. Jarak tempuh Pusat Pemerintahan Desa Pakong ke Pendopo Kecamatan adalah 300 M, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 5 menit. Sedangkan jarak tempuh ke ibu kota kabupaten adalah 23 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 35 menit. PendidikanPendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat SDM (Sumber Daya Manusia) yang dapat berpengaruh dalam jangka panjang pada peningkatan perekonomian. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan masyarakat yang pada gilirannya akan mendorong tumbuhnya keterampilan kewirausahaan dan lapangan kerja baru, sehingga akan membantu program pemerintah dalam mengentaskan pengangguran dan kemiskinan. Prosentase tinggkat pendidikan Desa Pakong dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Dari data di samping menunjukan bahwa mayoritas penduduk Desa Pakong hanya mampu menyelesaikan sekolah di jenjang pendidikan wajib belajar sembilan tahun (SD, SMP dan SMA). Dalam hal kesediaan sumber daya manusia (SDM) yang memadahi dan mumpuni, keadaan ini merupakan tantangan tersendiri. Rendahnya kualitas tingkat pendidikan di Desa Pakong, tidak terlepas dari terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan yang ada, di samping tentu masalah ekonomi dan pandangan hidup masyarakat. Sarana pendidikan di Desa Pakong baru tersedia di tingkat pendidikan dasar (SD), sementara untuk pendidikan tingkat menengah ke atas berada di tempat lain yang relatif jauh. Sebenarnya ada solusi yang bisa menjadi alternatif bagi persoalan rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) di Desa Pakong yaitu melalui pelatihan dan kursus. Namun sarana atau lembaga ini ternyata juga belum tersedia dengan baik di Desa Pakong. Bahkan beberapa lembaga bimbingan belajar dan pelatihan yang pernah ada tidak bisa berkembang. KesehatanMasalah pelayanan kesehatan adalah hak setiap warga masyarakat dan merupakan hal yang penting bagi peningkatan kualitas masyarakat kedepan. Masyarakat yang produktif harus didukung oleh kondisi kesehatan. Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang terserang penyakit. Dari data yang ada menunjukkan adanya jumlah masyarakat yang terserang penyakit relatif tinggi. Adapun penyakit yang sering diderita antara lain infeksi pernapasan akut bagian atas, malaria, penyakit sistem otot dan jaringan pengikat. Data tersebut menunjukkan bahwa gangguan kesehatan yang sering dialami penduduk adalah penyakit yang bersifat cukup berat dan memiliki durasi lama bagi kesembuhannya, yang diantaranya disebabkan perubahan cuaca serta kondisi lingkungan yang kurang sehat. Ini tentu mengurangi daya produktivitas masyarakat Desa Pakong secara umum. Hal yang perlu juga dipaparkan di sini adalah kualitas balita. Dalam hal ini, dari jumlah 477 balita pada tahun 2016. Hal inilah kiranya yang perlu ditingkatkan perhatiannya agar kualitas balita Desa Pakong ke depan lebih baik. Keadaan SosialDengan adanya perubahan dinamika politik dan sistem politik di Indonesia yang lebih demokratis, memberikan pengaruh kepada masyarakat untuk menerapkan suatu mekanisme politik yang dipandang lebih demokratis. Dalam konteks politik lokal Desa Pakong, hal ini tergambar dalam pemilihan kepala desa dan pemilihan-pemilihan lain (pilleg, pilpres, pemillukada, dan pilgub) yang juga melibatkan warga masyarakat desa secara umum. Khusus untuk pemilihan kepala desa Pakong, sebagaimana tradisi kepala desa di Jawa, biasanya para peserta (kandidat) nya adalah mereka yang secara trah memiliki hubungan dengan elit kepala desa yang lama. Hal ini tidak terlepas dari anggapan masyarakat banyak di desa-desa bahwa jabatan kepala desa adalah jabatan garis tangan keluarga-keluarga tersebut. Fenomena inilah yang biasa disebut pulung dalam tradisi jawa bagi keluarga-keluarga tersebut. Jabatan kepala desa merupakan jabatan yang tidak serta merta dapat diwariskan kepada anak cucu. Mereka dipilh karena kecerdasan, etos kerja, kejujuran dan kedekatannya dengan warga desa. Kepala desa bisa diganti sebelum masa jabatannya habis, jika ia melanggar peraturan maupun norma-norma yang berlaku. Begitu pula ia bisa diganti jika ia berhalangan tetap. Karena demikian, maka setiap orang yang memiliki dan memenuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan dalam perundangan dan peraturan yang berlaku, bisa mengajukan diri untuk mendaftar menjadi kandidat kepala desa. Walaupun pola kepemimpinan ada di Kepala Desa namun mekanisme pengambilan keputusan selalu ada pelibatan masyarakat baik lewat lembaga resmi desa seperti Badan Perwakilan Desa maupun lewat masyarakat langsung. Dengan demikian terlihat bahwa pola kepemimpinan di Wilayah Desa Pakong mengedepankan pola kepemimpinan yang demokratis. Berdasarkan deskripsi beberapa fakta di atas, dapat dipahami bahwa Desa Pakong mempunyai dinamika politik lokal yang bagus. Hal ini terlihat baik dari segi pola kepemimpinan, mekanisme pemilihan kepemimpinan, sampai dengan partisipasi masyarakat dalam menerapkan sistem politik demokratis ke dalam kehidupan politik lokal. Tetapi terhadap minat politik daerah dan nasional terlihat masih kurang antusias. Hal ini dapat dimengerti dikarenakan dinamika politik nasional dalam kehidupan keseharian masyarakat Desa Pakong kurang mempunyai greget, terutama yang berkaitan dengan permasalahan, kebutuhan dan kepentingan masyarakat secara langsung. Berkaitan dengan letaknya yang berada diperbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah suasana budaya masyarakat Jawa sangat terasa di Desa Pakong. Dalam hal kegiatan agama Islam misalnya, suasananya sangat dipengaruhi oleh aspek budaya dan sosial Madura. Hal ini tergambar dari dipakainya kalender Umum / Islam, masih adanya budaya tumpengan, pandabha, dan lainnya, yang semuanya merefleksikan sisi-sisi akulturasi budaya Islam dan Madura. Dengan semakin terbukanya masyarakat terhadap arus informasi, hal-hal lama ini mulai mendapat respon dan tafsir balik dari masyarakat. Hal ini menandai babak baru dinamika sosial dan budaya, sekaligus tantangan baru bersama masyarakat Desa PakongDalam rangka merespon tradisi lama ini telah mewabah dan menjamur kelembagaan sosial, politik, agama, dan budaya di Desa Pakong Tentunya hal ini membutuhkan kearifan tersendiri, sebab walaupun secara budaya berlembaga dan berorganisasi adalah baik tetapi secara sosiologis ia akan berisiko menghadirkan kerawanan dan konflik sosial. Dalam catatan sejarah, selama ini belum pernah terjadi bencana alam dan sosial yang cukup berarti di Desa Pakong. Isu-isu terkait tema ini, seperti kemiskinan dan bencana alam, tidak sampai pada titik kronis yang membahayakan masyarakat dan sosial. Keadaan EkonomiTingkat pendapatan rata-rata penduduk Desa Pakong Rp. 500.000 Secara umum mata pencaharian warga masyarakat Desa Pakong dapat teridentifikasi ke dalam beberapa sektor yaitu pertanian, jasa/perdagangan, industri dan lain-lain. Berdasarkan data yang ada, masyarakat yang bekerja di sektor pertanian berjumlah 1.407 orang, yang bekerja disektor jasa berjumlah 1.665 orang, sektor industri 7 orang dan 4 orang bekerja di sektor lain. Dengan demikian jumlah penduduk yang mempunyai mata pencaharian berjumlah 3.083 orang. Berikut ini adalah tabel jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian. Dengan melihat data di samping maka angka pengangguran di Desa Pakong masih cukup rendah. Berdasarkan data lain dinyatakan bahwa jumlah penduduk usia 15-49 yang belum bekerja berjumlah 542 orang dari jumlah angkatan kerja sekitar 3.625 orang. Angka-angka inilah yang merupakan kisaran angka pengangguran di Desa Pakong. Referensi
|