Paket Iklim dan Energi Uni Eropa
Paket Iklim dan Energi Uni Eropa adalah kumpulan produk hukum yang dikeluarkan dengan tujuan Uni Eropa mencapai targetnya terkait konsumsi energi dan pengurangan dampaknya terhadap perubahan iklim pada tahun 2020. Target yang disusun tersebut kerap disebut sebagai target "20-20-20" mengingat objektifnya adalah pengurangan emisi gas rumah kaca di Uni Eropa sebesar 20 persen pada tahun 2020 dari tingkat emisi pada tahun 1990, meningkatkan konsumsi energi Uni Eropa dari sumber daya terbarukan menjadi setidaknya 20 persen, dan meningkatkan efisiensi energi di Uni Eropa sebanyak 20 persen.[1][2] Ketiga target tersebut dicanangkan pada tahun 2007 dan dilegislasikan pada tahun 2009.[2] Tiga Target UtamaPengurangan Emisi Gas Rumah KacaDalam situsnya, Uni Eropa menekankan bahwa Sistem Perdagangan Emisi Uni Eropa adalah kunci dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dari berbagai fasilitas skala besar di sektor kelistrikan, industri, dan penerbangan. Skema tersebut mencakup sekitar 45 persen emisi gas rumah kaca Uni Eropa dan pada tahun 2020 diharapkan emisi dari ketiga sektor tersebut menurun 21 persen dari tingkat emisi pada tahun 2005.[2] Target Penurunan Emisi NasionalSekitar 55 persen dari emisi gas rumah kaca Uni Eropa yang tidak tercakup dalam skema Sistem Perdagangan Emisi Uni Eropa berasal dari sektor-sektor seperti perumahan, pertanian, pembuangan, dan transportasi (tidak termasuk penerbangan). Untuk mengurangi emisi gas rumah kaca di sektor-sektor tersebut maka negara-negara anggota Uni Eropa menyusun target yang sifatnya mengikat secara hukum melalui Kebijakan Pembagian Upaya.[2] Kebijakan tersebut terbagi atas dua periode kerja yakni 2013-2020 dan 2021-2030. Melaluinya diharapkan secara kolektif akan menurunkan emisi total Uni Eropa sebesar 10 persen pada tahun 2020 dan sebesar 30 persen pada tahun 2030 jika dibandingkan dengan tingkat emisi pada tahun 2005.[3] Target masing-masing negara anggota Uni Eropa dalam Kebijakan Pembagian Upaya ditentukan berdasarkan tingkat kekayaan relatif negara anggota bersangkutan yang diukur dari PDB per kapitanya. Negara anggota yang PDB per kapitanya lebih rendah memiliki target yang tidak seambisius negara anggota yang PDB per kapitanya lebih tinggi. Hal ini didasari bahwa negara anggota dengan PDB per kapita lebih rendah memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi sehingga mengalami peningkatan emisi gas rumah kaca serta memiliki lebih sedikit dana untuk diinvestasikan terhadap upaya-upaya pengurangan emisi gas rumah kaca.[3][4] Masing-masing negara anggota memiliki otonomi penuh dalam rangka memenuhi target yang telah ditetapkan.[3] Energi dari Sumber Daya TerbarukanPeningkatan konsumsi energi dari sumber daya terbarukan merupakan kebijakan yang memiliki target berbeda-beda tergantung titik mulai negara anggota Uni Eropa yang bersangkutan memulai produksi energi terbarukannya. Malta, misalnya, memiliki target awal 10 persen sementara Swedia memiliki target sebesar 49 persen tetapi secara keseluruhan institusi Uni Eropa target yang dicapai adalah setidaknya 20 persen serta setidaknya 10 persen konsumsi energi terbarukan di sektor transportasi.[2] Penetapan target yang berbeda-beda tersebut juga mempertimbangkan potensi masing-masing negara anggota yang berbeda-beda akibat faktor geografis, misalnya ada negara anggota yang memiliki lebih banyak sungai yang lebih layak untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga air sementara negara anggota lain memiliki potensi yang lebih tinggi dalam mengolah potensi matahari menjadi listrik karena mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak sepanjang tahun.[5] Upaya peningkatan konsumsi energi dari sumber daya terbarukan juga dapat dilakukan dengan melakukan kerja sama antarnegara melalui tiga metode yakni transfer statistik, proyek bersama, dan skema dukungan bersama.[5] Transfer StatistikDalam metode ini, jumlah energi terbarukan suatu negara anggota dikurangi dari statistik targetnya dan ditambahkan ke statistik target negara anggota lainnya. Tujuan dari metode ini adalah untuk mendukung negara-negara anggota melebihi targetnya dan menyumbangkan sebagian target yang terlampaui tersebut kepada negara anggota lain yang memerlukannya untuk mencapai targetnya sendiri serta berpotensi mengurangi biaya dalam rangka mencapai target tersebut.[5] Proyek BersamaDalam proyek bersama, dua atau lebih negara anggota Uni Eropa dapat saling mendanai proyek energi terbarukan di bidang kelistrikan atau pemanasan dan pendinginan, dan kemudian membagi hasil dari proyek tersebut untuk memenuhi target masing-masing. Proyek-proyek tersebut tidak harus melibatkan transfer energi secara fisik dari suatu negara ke negara lain. Negara anggota juga dapat melakukan kerja sama dengan bukan negara anggota selama proyek tersebut menghasilkan listrik dan ada transfer energi secara fisik ke negara anggota Uni Eropa.[5] Skema Dukungan BersamaDalam metode ini, dua atau lebih negara anggota Uni Eropa dapat saling mendanai skema dukungan bersama yang bertujuan untuk meningkatkan produksi energi terbarukan di wilayah salah satu atau lebih negara-negara anggota yang terlibat di dalamnya. Beberapa bentuk skema ini dapat dijalankan di antaranya dengan pembayaran energi terbarukan (feed-in tariff) bersama, pembayaran energi terbarukan premium bersama, kuota bersama, dan rezim perdagangan sertifikat.[5] Efisiensi EnergiMelalui Energy Efficiency Directive 2012/27/EU pada tahun 2012, Uni Eropa menargetkan efisiensi energi sebesar 20 persen berbanding dengan konsumsi energi yang diproyeksikan untuk tahun 2020. Hal tersebut bermakna Uni Eropa secara keseluruhan tidak boleh mengkonsumsi lebih dari 1.086 juta ton minyak atau jumlah setaranya pada tahun 2020 atau setara dengan menutup 400 pembangkit listrik. Masing-masing negara anggota Uni Eropa diharuskan menyusun target indikatif efisiensi energi nasional dan mempublikasikan laporan tahunan rencana aksi efisiensi energi nasional (NEEAP).[6] NEEAP sendiri harus disusun setiap tiga tahun sekali.[7] Untuk periode 2021-2030 setiap negara anggota Uni Eropa diharuskan menyusun rencana energi dan iklim nasional (NECP) yang sifatnya terintegrasi untuk kurun waktu sepuluh tahun ke depannya.[7] NECP masing-masing negara anggota harus selesai pada tahun 2019.[6] Dalam Energy Efficiency Directive yang direvisi pada tahun 2018 dan telah berlaku, target efisiensi energi Uni Eropa untuk tahun 2030 ditetapkan setidaknya 32,5 persen berbanding dengan konsumsi energi yang diproyeksikan untuk tahun 2030, serta dilengkapi dengan klausa yang memungkinkan adanya revisi untuk menaikkan target tersebut pada tahun 2023.[6] KesinambunganSebagai tindak lanjut dari Paket Iklim dan Energi 2020, Uni Eropa telah merancang Kerangka Kerja Iklim dan Energi 2030 yang memiliki periode kerja antara tahun 2021 sampai dengan tahun 2030 dan telah diadopsi oleh Dewan Eropa sejak Oktober 2014. Kerangka kerja tersebut menaikkan target yang hendak dicapai Uni Eropa jika dibandingkan dengan taret Paket Iklim dan Energi 2020. Ketiga target dalam kerangka kerja tersebut menjadi pengurangan emisi gas rumah kaca menjadi setidaknya 40 persen dari tingkat emisi gas rumah kaca pada tahun 1990, konsumsi energi terbarukan meningkat menjadi setidaknya 32 persen dari keseluruhan konsumsi energi Uni Eropa, dan peningkatan efisiensi energi menjadi setidaknya 32,5 persen. Target untuk konsumsi energi terbarukan dan peningkatan efisiensi energi sendiri telah direvisi pada tahun 2018.[8] Sebulan setelah revisi untuk dua target Kerangka Kerja Iklim dan Energi 2030, Dewan Eropa visi jangka panjangnya untuk menciptakan ekonomi Eropa yang netral terhadap iklim pada tahun 2050. Strategi ini bertujuan untuk memberikan contoh kepada dunia bahwa Eropa dapat menjadi pemimpin di bidang netralitas iklim dengan melakukan investasi terhadap solusi berbasis teknologi yang realistis, pemberdayaan warganya, dan penyelerasan tindakan di bidang-bidang kunci seperti kebijakan industrial, keuangan, dan penelitian dengan mengedepankan keadilan sosial selama masa transisi tersebut.[9] PerkembanganPada tahun 2016 Agence France-Presse mengabarkan bahwa negara-negara anggota Uni Eropa diprediksi akan mencapai target dari Paket Iklim dan Energi 2020 dalam hal energi dari sumber daya terbarukan tetapi menekankan bahwa sektor transportasi masih tertinggal dan justru mengalami peningkatan emisi. Dalam pemberitaan yang sama Uni Eropa dikritisi oleh kelompok-kelompok lingkungan hidup atas minimnya tindakan yang diambil oleh organisasi supranasional tersebut untuk mengakhiri subsidi terhadap PLTU batubara.[10] Pada tahun 2018 situs berita Belgia Euractiv menuliskan bahwa berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Lingkungan Eropa menunjukkan adanya perlambatan perkembangan dalam hal energi dari sumber daya terbarukan dan efisiensi energi dalam rangka memenuhi Paket Iklim dan Energi 2020 akibat meningkatnya konsumsi energi. Namun Badan Lingkungan Eropa menegaskan bahwa Uni Eropa masih berada di langkah yang tepat dalam memenuhi target yang telah ditetapkan dalam Paket Iklim dan Energi 2020.[11] Referensi
Pranala luarDecision No. 406/2009/EC of the Parliament and the Council |