PLN Enjiniring
PT Prima Layanan Nasional Enjiniring atau biasa disingkat menjadi PLN Enjiniring, adalah anak usaha dari PLN yang bergerak di bidang konsultansi ketenagalistrikan. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, hingga tahun 2020, perusahaan ini memiliki satu kantor perwakilan, yakni di Barito Utara.[3][4] SejarahPerusahaan ini didirikan oleh PLN pada tahun 2002 untuk menyediakan jasa konsultansi ketenagalistrikan. Pada tahun 2003, perusahaan ini ditunjuk sebagai pengawas proyek pembangunan PLTU Tanjung Tambalong di Kalimantan Barat dan PLTGU Muara Tawar di Jawa Barat. Pada tahun 2004, perusahaan ini berinvestasi pada PLTMG Prabumulih yang berkapasitas 2×6 MW. Pada tahun 2005, perusahaan ini berinvestasi pada PLTGU Musi yang berkapasitas 3×4,7 MW dan 1×6 MW, serta berinvestasi pada PLTMG Sako yang berkapasitas 2×6 MW. Pada tahun 2006, perusahaan ini berinvestasi pada PLTU Sarolangun yang berkapasitas 2×7 MW. Pada tahun 2008, perusahaan ini ditunjuk sebagai perancang rekayasa dan pengawas pembangunan Interkoneksi High Voltage Direct Current (HVDC) Pulau Sumatra dan Pulau Jawa. Pada tahun 2009, perusahaan ini ditunjuk sebagai perancang rekayasa pembangkit listrik berskala kecil yang akan dibangun di sejumlah daerah di Indonesia. Pada tahun 2013, bersama Crompton Greaves, perusahaan ini mendirikan PT Crompton Prima Switchgear Indonesia untuk memproduksi switchgear di Cikande, Serang. Pada tahun 2014, perusahaan ini meneken kontrak pembangunan pabrik CNG di Bangkinai, Kalimantan Tengah. Pada tahun 2014 juga, perusahaan ini ditunjuk sebagai perancang dan pengawas pembangunan PLTU Parit Baru yang berkapasitas 2x50 MW dan PLTA Jatigede yang berkapasitas 2x55 MW. Pada tahun yang sama, perusahaan ini juga ditunjuk sebagai pengawas pembangunan PLTU Pangkalan Susu Unit 3 dan Unit 4 yang berkapasitas 2x200 MW, serta PLTU Takalar yang berkapasitas 2x100 MW. Pada tahun 2015, perusahaan ini ditunjuk sebagai konsultan pendukung pembangunan ekstensi PLTGU Grati Peaker yang berkapasitas 450 MW. Pada tahun 2016, perusahaan ini mendirikan PT Prima Power Nusantara untuk berbisnis di bidang EPC dan O&M. Perusahaan ini juga meneken kontrak operasi dan pemeliharaan untuk PLTMG Bangkanai yang berkapasitas 16x9,7 MW. Pada bulan Maret 2017, pembangunan pabrik CNG di Bangkanai dapat diselesaikan. Pada tahun 2019, perusahaan ini ditunjuk untuk melakukan studi pembangunan interkoneksi dari Labuan Bajo ke Pulau Bajo. Pada tahun 2019 juga, perusahaan ini meneken nota kesepahaman dengan GIZ, Fichtner, dan Steag untuk melakukan studi mengenai energi terbarukan. Pada tahun 2020, perusahaan ini ditunjuk untuk membangun PLTS Pulau Sebira yang berkapasitas 400 kWp dan jalur pipa gas PK-52 ke PLTGU Tanjung Batu.[3][4] Pada bulan Agustus 2020, perusahaan ini meneken nota kesepahaman dengan ThorCon International untuk melakukan studi kelayakan, studi jaringan, dan studi tapak sebagai bagian dari persiapan pembangunan purwarupa Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) pertama di Indonesia, tepatnya di Bangka Belitung.[5] Pada tahun 2022, perusahaan ini mendivestasi mayoritas saham PT Prima Power Nusantara ke PT Rekadaya Elektrika dan mengakuisisi mayoritas saham PT Rekadaya Elektrika Consult yang dipegang oleh PT Rekadaya Elektrika.[6] Referensi
|