Osteoporosis

Osteoporosis
Osteoporosis
Informasi umum
SpesialisasiReumatologi Sunting ini di Wikidata

Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang.[1] Penyakit ini dikenal sebagai silent disease (penyakit sunyi), karena tidak ada gejala apapun. Gejala umumnya berupa nyeri pada tulang dan otot, terutama tulang punggung.

Klasifikasi

Osteoporosis primer

Osteoporosis primer sering menyerang wanita paska menopause (osteoporosis pascamenopause) dan juga pada pria (osteoporosis senilis) usia lanjut dengan penyebab yang belum diketahui.[2]Berikut penjelasannya :

  • Osteoporosis pascamenopause, keadaan ini disebabkan karena kekurangan hormon estrogen yaitu hormon yang membantu proses pengangkutan kalsium ke dalam tulang.
  • Osteoporosis senilis disebabkan berkurangnya jumlah kalsium dalam tubuh. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang dengan pembentukan tulang baru.[3]

Sedangkan osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan:

  • Cushing's disease
  • Hyperthyroidism
  • Hyperparathyroidism
  • Hypogonadism
  • Kelainan hepar
  • Kegagalan ginjal kronis
  • Kurang gerak
  • Kebiasaan minum alkohol
  • Pemakai obat-obatan/corticosteroid
  • Kelebihan kafeina
  • Merokok

Osteoporosis anak

Osteoporosis pada anak disebut juvenile idiopathic osteoporosis atau osteoporosis juvenil. Jenis osteoporosis ini penyebabnya tidak diketahui, keadaan ini biasanya terjadi pada anak-anak.

Penyebab

Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.

Osteoporosis senilis terjadi karena kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan di antara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia di atas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.

Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan.Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan ini.

Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

Gejala

Kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis senilis), sehingga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala.[4] Akan tetapi, semakin lama akan muncul beberapa gejala di antaranya adalah Nyeri tulang punggung bawah, penurunan tinggi badan secara bertahap, nyeri leher, postur tubuh bungkuk, dan mudah sekali mengalami patah tulang.[5] Gejala tersebut jika tidak mendapat penanganan yang baik akan berakibat tidak baik.

Beberapa penderita tidak memiliki gejala. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk.

Kolaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan atau karena cedera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit.

Tulang lainnya bisa patah, yang sering kali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul. Yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara perlahan.

Diagnosa

Pada seseorang yang mengalami patah tulang, diagnosis osteoporosis ditegakkan berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik dan rontgen tulang. Pemeriksaan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menyingkirkan keadaan lainnya yang bisa di atasi, yang bisa menyebabkan osteoporosis.

Untuk mendiagnosis osteoporosis sebelum terjadinya patah tulang dilakukan pemeriksaan yang menilai kepadatan tulang. Pemeriksaan yang paling akurat adalah DXA (dual-energy x-ray absorptiometry). Pemeriksaan ini aman dan tidak menimbulkan nyeri, bisa dilakukan dalam waktu 5-15 menit. DXA sangat berguna untuk:

  • wanita yang memiliki risiko tinggi menderita osteoporosis
  • penderita yang diagnosisnya belum pasti
  • penderita yang hasil pengobatannya harus dinilai secara akurat.

Patogenesis

Mekanisme yang mendasari dalam semua kasus osteoporosis adalah ketidakseimbangan antara resorpsi tulang dan pembentukan tulang. Dalam tulang normal, terdapat matrik konstan remodeling tulang; hingga 10% dari seluruh massa tulang mungkin mengalami remodeling pada saat titik waktu tertentu. Proses pengambilan tempat dalam satuan-satuan multiseluler tulang (bone multicellular units (BMUs)) pertama kali dijelaskan oleh Frost tahun 1963.[6] Tulang diresorpsi oleh sel osteoklas (yang diturunkan dari sumsum tulang), setelah tulang baru disetorkan oleh sel osteoblas.[7]

Pengobatan

Tujuan pengobatan adalah meningkatkan kepadatan tulang. Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus mengonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi.

Wanita paska menopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat, yang bisa memperlambat atau menghentikan penyakitnya. Bifosfonat juga digunakan untuk mengobati osteoporosis.

Alendronat berfungsi:

  • mengurangi kecepatan penyerapan tulang pada wanita pasca menopause
  • meningkatakan massa tulang di tulang belakang dan tulang panggul
  • mengurangi angka kejadian patah tulang.

Supaya diserap dengan baik, alendronat harus diminum dengan segelas penuh air pada pagi hari dan dalam waktu 30 menit sesudahnya tidak boleh makan atau minum yang lain. Alendronat bisa mengiritasi lapisan saluran pencernaan bagian atas, sehingga setelah meminumnya tidak boleh berbaring, minimal selama 30 menit sesudahnya. Obat ini tidak boleh diberikan kepada orang yang memiliki kesulitan menelan atau penyakit kerongkongan dan lambung tertentu.

Kalsitonin dianjurkan untuk diberikan kepada orang yang menderita patah tulang belakang yang disertai nyeri. Obat ini bisa diberikan dalam bentuk suntikan atau semprot hidung.

Tambahan fluorida bisa meningkatkan kepadatan tulang. Tetapi tulang bisa mengalami kelainan dan menjadi rapuh, sehingga pemakaiannya tidak dianjurkan.

Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tubuhnya tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi. Jika kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron.

Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulang panggul biasanya di atasi dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya digips atau diperbaiki dengan pembedahan. Pada kolaps tulang belakang disertai nyeri punggung yang hebat, diberikan obat pereda nyeri, dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi fisik.

Pencegahan

Pencegahan osteoporosi meliputi:

  • Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengonsumsi kalsium yang cukup.
  • Melakukan olahraga dengan beban.
  • Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu).

Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal. Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Akan tetapi tablet kalsium dan susu yang dikonsumsi setiap hari akhir - akhir ini menjadi perdebatan sebagai pemicu terjadi osteoporosis, berhubungan dengan teori osteoblast.

Pembentukan tulang yang maksimal terjadi sejak usia 5 tahun hingga puncak kepadatan tulang terjadi pada usia 35 tahun, setelah itu proses pengeroposan tulang yang cepat atau lambat tergantung dari apakah butir 1 dan 2 tersebut di atas tetap dilakukan atau tidak. Biasanya di Indonesia osteoporosis terdeksi pada usia 40 hingga 45 tahun pada wanita dan usia 50 tahun pada pria. Tetapi sekarang ini dijumpai penderita osteoporosis berusia 30 tahun. Hal ini kemungkinan terjadi karena kurangnya aktivitas fisik dimana taman-taman/tempat bermain untuk anak-anak sangat berkurang dibanding masa lalu dan anak-anak sekarang lebih sering bermain games dan gadgets yang hanya duduk saja, walaupun mungkin kecukupan gizi kalsium/susu anak-anak tersebut telah mencukupi. Untuk itu perlu dilakukan edukasi pada guru dan orang tua, bahwa bergerak, berolahraga dan bermain yang menggunakan aktivitas fisik itu perlu selain gizi dan kalsium/susu, agar tercapai kepadatan tulang maksimum sebagai 'tabungan tulang'.[8]

Olahraga beban seperti berjalan dan menaiki tangga akan meningkatkan kepadatan tulang. Berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang.

Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering diminum bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai dalam 4-6 tahun setelah menopause; tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah menopause, masih bisa memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi risiko patah tulang. Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang efektif daripada estrogen dalam mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek terhadap payudara atau rahim. Untuk mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat), bisa digunakan sendiri atau bersamaan dengan terapi sulih hormon.

Epidemiologi

Sementara ini diperkirakan 1 dari 3 wanita dan 1 dari 12 pria di atas usia 50 tahun di seluruh dunia mengidap osteoporosis. Ini menambah kejadian jutaan fraktur lainnya pertahunnya yang sebagian besar melibatkan lumbar vertebra, panggul dan pergelangan tangan (wrist). Fragility fracture dari tulang rusuk juga umum terjadi pada pria.

Fraktur panggul

Fraktur panggul paling sering terjadi akibat osteoporosis. Di AS, lebih dari 250.000 fraktur panggul pertahunnya merupakan akibat dari osteoporosis.[9] Ini diperkirakan bahwa seorang wanita kulit putih usia 50 tahun mempunyai waktu hidup 17,5% berisiko fraktur femur proksimal. Insidensi fraktur panggul meningkat setiap dekade dari urutan ke 6 menjadi urutan ke 9 baik untuk wanita maupun pria pada semua populasi. Insidensi tertingi ditemukan pada pria dan wanita usia 80 tahun ke atas.[10]

Fraktur vertebral

Antara 35-50% dari seluruh wanita usia di atas 50 tahun setidaknya satu mengidap fraktur vertebral. Di AS, 700.000 fraktur vertebra terjadi pertahun, tetapi hanya sekitar 1/3 yang diketahui. Dalam urutan kejadian 9.704 wanita usia 68,8 tahun pada studi selama 15 tahun, didapatkan 324 wanita sudah menderita fraktur vertebral pada saat mulai dimasukkan ke dalam penelitian; 18.2% berkembang menjadi fraktur vertebra, tetapi risiko meningkat hingga 41.4% pada wanita yang sebelumnya telah terjadi fraktur vertebra.[11]

Fraktur pergelangan tangan

Di AS, 250.000 fraktur pergelangan tangan setiap tahunnya merupakan akibat dari osteoporosis.[9] Fraktur pergelangan tangan merupakan tipe fraktur ketiga paling umum dari osteoporosis. Risiko waktu hidup yang ditopang fraktur Colles sekitar 16% untuk wanita kulit putih. Ketika wanita mencapai usia 70 tahun, sekitar 20%-nya setidaknya terdapat satu fraktur pergelangan tangan[10]

Fraktur tulang rusuk

Fragility fracture dari tulang iga umumnya terjadi pada laki-laki usia muda 25 tahun ke atas. Tanda-tanda osteoporosis pada pria ini sering diabaikan karena sering aktif secara fisik dan menderita fraktur pada saat berlatih aktivitas fisik. Contohnya ketika jatuh saat berski air atau jet ski. Bagaimanapun, tes cepat dari tingkat testosteron individu berikut diagnosis fraktur akan tampak dengan mudah apakah individu kemungkinan berisiko.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Afifah, Mahardini Nur (ed.). "Osteoporosis: Gejala, Penyebab, Cara Mencegah". Kompas.com. Diakses tanggal 2020-11-26. 
  2. ^ Oct 2018, ditulis olehdr Theresia Rina Yunita21; Wib, 09:00. "Jenis-Jenis Osteoporosis yang Perlu Anda Ketahui". klikdokter.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-12-01. Diakses tanggal 2020-11-26. 
  3. ^ muslimah. "Ini Dia Tanda-tanda Osteoporosis, Penyebab dan Cara Pencegahannya". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2020-11-26. 
  4. ^ "Osteoporosis". Alodokter. 2014-06-25. Diakses tanggal 2020-11-26. 
  5. ^ "Osteoporosis: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan". Hello Sehat. 2020-09-23. Diakses tanggal 2020-11-26. 
  6. ^ Frost HM, Thomas CC. Bone Remodeling Dynamics. Springfield, IL: 1963.
  7. ^ Raisz L (2005). "Pathogenesis of osteoporosis: concepts, conflicts, and prospects". J Clin Invest. 115 (12): 3318–25. doi:10.1172/JCI27071. PMID 16322775. 
  8. ^ Corry Elyda (13 Desember 2014). "Osteoporosis affecting younger people". 
  9. ^ a b Riggs, B.L.; Melton, Lj 3.r.d. (2005). "The worldwide problem of osteoporosis: insights afforded by epidemiology". Bone. PMID 8573428. 
  10. ^ a b "MerckMedicus Modules: Osteoporosis - Epidemiology". Merck & Co., Inc. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-12-28. Diakses tanggal 2008-06-13. 
  11. ^ Cauley JA, Hochberg MC, Lui LY; et al. (2007). "Long-term Risk of Incident Vertebral Fractures". JAMA. 298: 2761–2767. doi:10.1001/jama.298.23.2761. PMID 18165669. 

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya