Orang Dard
Orang Dard adalah salah satu kelompok bangsa Indo-Arya yang banyak ditemukan di Pakistan utara, India barat laut, dan Afganistan timur. Mereka menuturkan bahasa-bahasa Dardik, yang termasuk dalam rumpun bahasa Indo-Arya dari keluarga bahasa Indo-Eropa. Populasi terbesar orang Dard terdapat di Gilgit-Baltistan dan Khyber Pakhtunkhwa di Pakistan serta di Lembah Kashmir, Lembah Chenab dan Jajaran Pir Panjal di Wilayah Persatuan Jammu dan Kashmir di India. Populasi yang lebih kecil terdapat di Wilayah Persatuan Ladakh di India dan di Afghanistan timur, contohnya adalah suku Pashayi.[4] Suku Kashmir adalah suku bangsa Dardik yang terbesar, dengan populasi lebih dari 6,797 juta di India serta 485.404 di Pakistan. Jumlah populasi di Pakistan hanya dihitung berdasarkan banyaknya penutur bahasa Kashmir, karena terdapat jutaan warga Pakistan yang tidak menuturkan bahasa Kashmir, tetapi memiliki darah Kashmir.[5][6][7] SejarahAsko Parpola mengidentifikasi orang-orang "Proto-Dardik" dengan "Proto-Rgveda", menunjukkan bahwa orang Dard merupakan keturunan orang-orang yang berbudaya proto-Weda ca. 1700 SM, merujuk pada fitur-fitur dalam dialek Dardik tertentu yang melanjutkan kekhasan bahasa Sanskerta Weda.[8] Istilah "Dardik" dan "Dardistan" diciptakan oleh G. W. Leitner pada akhir abad ke-19, berdasarkan istilah Yunani dan Latin Daradae untuk orang-orang yang bermukim di wilayah sekitar Kashmir (Daradas dalam bahasa Sanskerta). Istilah-istilah itu kini tidak digunakan lagi di wilayah tersebut.[9] Selama awal masa pemerintahan Kepangeranan Swati, penduduk Dard di Lembah Swat memeluk agama Hindu.[10] AgamaDalam sejarah, orang Dard mempraktikkan Syamanisme, yang dicampur dengan unsur-unsur Hinduisme kuno. Sekarang, mayoritas orang Dard merupakan Muslim dengan kelompok suku Kashmir, Pashayi, Kohistani, Brokpa, Nuristani, dan Kho bermazhab Sunni, sedangkan para pemeluk Syiah menganut Mazhab Ismailiyah dan Imamiyah. Beberapa suku Dard di Gilgit-Baltistan juga mengikuti Tarekat Sufi Noorbakshia.[1] Sebuah kelompok minoritas dalam suku Kashmir dengan jumlah yang signifikan berusaha melestarikan budaya leluhur mereka dan masih setia menganut Hindu Saiwa.[2] Mereka lebih dikenal sebagai Pandit Kashmir atau Brahmin Kashmir.[11] Suku Kalash dari Chitral masih memeluk agama Hindu Kuno sementara sebagian kecil menganut Islam, meski populasi mereka mengalami penurunan.[12][13][14] Orang Dardi di desa Da dan Hanoo di Ladakh banyak menganut agama Buddha, meskipun beberapa masih mengikuti tradisi kuno agama Weda.[3][15] Status sosialPada tahun 2001, suku Brokpa dan Bakkerwal telah digolongkan sebagai Suku Terjadwal di bawah program reservasi tindakan afirmatif pemerintah India.[4] Referensi
|