Operasi Entebbe

Operasi Entebbe
Bagian dari Konflik Arab-Israel

Pasukan komando Israel dari Sayeret Matkal setelah operasi
Tanggal4 Juli 1976
LokasiBandara Entebbe, Uganda
Hasil Misi berhasil; (102 dari 106) Tawanan diselamatkan[1]
Pihak terlibat
IsraelIsrael PFLP
Revolutionäre Zellen
 Uganda
Tokoh dan pemimpin
Israel Yekutiel "Kuti" Adam
Israel Dan Shomron
Israel Yonatan "Yoni" Netanyahu
Israel Moshe "Muki" Betser
PFLP Wadie Haddad
Wilfried Böse
Uganda Idi Amin
Kekuatan
Kori kira 100 pasukan komando, personel udara

7 orang pembajak

100+ pasukan uganda
Korban
1 pasukan komando terbunuh
5 pasukan komando terluka
7 pembajak terbunuh
45 pasukan Uganda terbunuh
3 tawanan terbunuh, 1 tawanan terbunuh di Rumah Sakit
10 tawanan terluka
The old terminal building of the Entebbe International Airport as it appeared in 2008.

Operasi Entebbe, juga dikenal sebagai Peristiwa Entebbe dan kadang kala disebut sebagai Serangan Entebbe, merupakan satu misi menyelamatan yang dilakukan oleh Sayeret Matkal (pasukan komando Israel) untuk membebaskan para tawanan di Lapangan Terbang Entebbe di Uganda. Peristiwa ini berlangsung pada malam 3 Juli dan awal pagi 4 Juli 1976. Operasi telah dirancang secara rahasia dan dilakukan menentang negara Uganda, dimana pemimpinnya, Idi Amin mendukung pembajakan tersebut.

Dalam kejadian ini, satu pasukan Israel, 45 pasukan Uganda, enam pembajak dan tiga tawanan telah terbunuh, dan 100 orang tawanan telah berhasil dibebaskan. Operasi ini dikenal juga sebagai Operasi Thunderbolt oleh perancang angkatan bersenjata Israel. Dikemudian haris dinamakan Operasi Yonatan sebagai memperingati komandan serangan, Kolonel Yonatan "Yoni" Netanyahu, satu-satunya pasukan Israel yang terbunuh dalam serangan ini dan merupakan kakak Benjamin Netanyahu, yang kemudian menjadi Perdana Menteri Israel.

Pembajakan

Pada 27 Juni 1976, pesawat Airbus A300 Penerbangan 139 Air France yang membawa 248 penumpang dan 12 awak pesawat, terbang dari Tel Aviv, singgah di Athena sebelum menuju ke Paris. Setelah 12:30 p.m, penerbangan itu telah dibajak oleh dua orang Palestina dari kelompok Front Popular Perjuangan Palestina-Popular Front for the Liberation of Palestine dan dua orang Jerman dari kelompok "Revolutionary Cells (RZ)", (Wilfried Böse dan Brigitte Kuhlmann).

Para pembajak memerintahkan penerbangan tersebut untuk mengalihkannya ke Benghazi, Libya. Di Libya pesawat bertahan selama tujuh jam untuk mengisi bahan bakar, seorang perempuan yang berpura-pura mengandung telah dibebaskan. Pesawat lepas landas dari Benghazi, dan pada 3:15 pesawat sampai di bandara Entebbe (dikenal sekarang sebagai Bandara Internasional Entebbe) di Uganda.

Di Entebbe, tiga orang pembajak bergabung, yang disokong oleh kekuatan pro Palestina, Presiden Uganda, Idi Amin. pembajak- pembajak itu dipimpin oleh Böse (dan bukannya, seperti yang biasanya dilaporkan, oleh Ilich Ramírez Sánchez a.k.a. Carlos the Jackal). Mereka menuntut pembebasan 40 orang Palestina yang ditahan di Israel dan 13 orang tahanan lain yang dipenjarakan di Kenya, Prancis, Swiss, dan Jerman – dan jika tuntutan-tuntutan ini tidak dipenuhi, mereka mengancam akan membunuh tawanan-tawanan itu pada 1 Juli 1976.

Pembajak-pembajak itu menahan penumpang-penumpang sebagai tawanan di ruangan transit Bandara Entebbe (sekarang adalah terminal lama), dan melepaskan sebagian besar tawanan, menahan hanya orang-orang Israel dan Yahudi, mengancam membunuh sekiranya Israel tidak memenuhi tuntutan mereka. Pembajak-pembajak mengumumkan bahwa awak pesawat dan para penumpang bukan Israel/Yahudi akan dibebaskan dan akan dipindahkan ke dalam pesawat Air France yang lain, yang telah diterbangkan ke Entebbe untuk tujuan tersebut, Kapten Penerbangan 139 Michel Bacos memberitahu para pembajak bahwa semua penumpang termasuk seorang lagi yang masih ada, adalah di bawah tanggungjawabnya dan dia tidak akan meninggalkan mereka. Seluruh anak buah Bacos menurutinya. Seorang biarawati Kristen warga Prancis turut enggan dan menuntut agar seorang tawanan menggantikan tempatnya, namun dia dipaksa menaiki kapal terbang Air France yang disediakan oleh pasukan Uganda. Kesemua 83 tawanan warga Israel/Yahudi dan 20 yang lain yang hampir kesemuanya ialah awak pesawat Air France masih dalam tawanan.

Serangan

Pada 1 Juli batas akhir yang ditetapkan, pemerintah Israel telah menawarkan perundingan memperpanjang batas akhir menjadi 4 Juli. Pada 3 Juli, Kabinet Israel memutuskan misi penyelamatan, Operasi Entebbe, dibawah pimpinan Brigadier Jenderal Dan Shomron. Setelah beberapa hari mengumpulkan informasi dan merancang misi, 4 kapal terbang transport C-130 Hercules milik Angkatan Udara Israel terbang secara rahasia ke Lapangan Terbang Entebbe, dilindungi kegelapan malam, dan tanpa bantuan pemandu darat. Mereka diikuti oleh sebuat jet angkatan udara yang membawa kelengkapan bantuan, mendarat di Lapangan Terbang Internasional Jomo Kenyatta di Nairobi, Kenya.

Tentara Israel telah mendarat di Entebbe sejam sebelum tengah malam. Kemudian pintu penyimpanan kargo terbuka . Sebuah Mercedes hitam disertai beberapa Land Rover telah dibawa untuk mengecoh, bahwa pasukan Israel yang bergerak menuju terminal merupakan pengiring untuk Idi Amin atau pejabat Uganda tingkat atas. Mercedes tersebut telah dipinjam dari seorang warga Israel dan dicat hitam, dengan perjanjian mobil akan dipulangkan kepada pemiliknya dalam warna asal.

Mecedes dan kendaraan pengiring membawa anggota pasukan penyerbu ke terminal bandara dengan cara sama yang dilakukan Idi Amin. Akan tetapi, dalam perjalanan, dua pengawal Uganda, yang tahu bahwa Idi Amin baru membeli sebuah Mercedes putih untuk menggantikan Mercedes hitam miliknya dahulu, memerintahkan agar kenderaan tersebut berhenti . Kedua pengawal tersebut ditembak mati oleh pasukan komando Israel. Bimbang bakal menimbulkan kewaspadaan pihak pembajak, pasukan penyerbu Israel bergegas masuk untuk menjalankan serangan.

Para tawanan berada banggunan utama lapangan terbang. Pasukan Israel meloncat dari kendaraan mereka dan menyerbu masuk terminal sambil berteriak, "Tiarap!Tiarap!" dalam bahasa Ibrani dan Inggris. Seorang pemuda Prancis berbangsa Yahudi berumur 19 tahun Jean Jacques Maimoni (yang memilih untuk mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang Yahudi Israel walaupun dia memiliki pasport Prancis), bangun, namun dia telah dibunuh oleh komando Israel yang menganggap bahwa dia merupakan pembajak. Tawanan yang lain, Pasko Cohen, berusia 52 tahun, turut cedera dan mati disebabkan tembakan, tidak diketahui dari pembajak atau komando Israel.tawanan ketiga beruisa 56 tahun, seorang Yahudi Rusia, Ida Borochovitch yang telah berpindah ke Israel,turut terbunuh dalam pertempuran antara pembajak dan komando Israel.

Seorang komando Israel berbicara dalam bahasa Ibrani. "Di mana yang pembajak lain?". Para tawanan menunjukkan ke arah pintu yang menghubungkan dengan ruangan utama lapangan terbang, yang kemudiannya dilemparkan beberapa butir bom tangan. Kemudian mereka masuk kedalam ruangan tersebut dan menembak mati 3 orang pembajak sekaligus mengahiri serangan mereka. Tiga buah C-130 Hercules telah mendarat dan menurunkan beberapa buah kendaraan lapis baja, yang digunakan untuk bertahan saat pengisian minyak yang direncanakan selama 1 jam. Juga untuk memusnahkan jet Uganda yang berada di darat, mengelakkan mereka mengejar pasukan Israel setelah lepas landas dari Lapangan terbang Entebbe.

Setelah dari serangan, pasukan Israel kembali ke pesawat terbang dan menaikkan tawanan ke atas pesawat. Tentera Uganda melepaskan tembakan saat proses pemindahan dijalankan. Pasukan komando Israel membalas tembakan, menyelesaikan pemindahan dan lepas landas dari Lapangan Terbang Entebbe. Keseluruhan serangan memakan waktu kurang dari 30 menit dan seluruh 6 pembajak telah dibunuh. Yonatan Netanyahu merupakan satu -satunya komando Israel yang terbunuh. Dia tewas dekat dengan pintu masuk lapangan terbang, oleh seorang penembak jitu Uganda dari menara terdekat. Sekurang-kurangnya lima lagi komando Israel mengalami cedera. Dari 103 orang tawanan hanya tiga orang yang terbunuh dan lebih kurang 10 yang lain luka. Sejumlah 45 tentera Uganda terbunuh serbuan, dan lebih kurang 11 MiG-17 Angkatan Udara Uganda yang berada di darat dimusnahkan di Lapangan Terbang Entebbe.

Tawanan yang diselamat diterbangkan tidak lama kemudian melalui Nairobi ke Israel. Dora Bloch, seorang tawanan berusia 75 tahun yang sedang pulih dari episode menakutkan, mati di rumah sakit Mulago di Kampala Setelah serbuan Israel. Pada April 1987, Henry Kyemba, Menteri Keadilan Uganda pada masa itu memberitahu Organisasi Hak Asasi Manusia Uganda bahwa Dora Bloch telah diculik dari rumah sakit dan dibunuh oleh dua orang tentera, atas perintah Idi Amin. Jasad Bloch ditemui dekat kebun tebu 32 km (20 batu) timur Kampala pada 1979, Setelah perang Uganda-Tanzania yang membawa tamatnya pemerintahan Idi Amin.

Analisis

Salah satu sebab mengapa serbuan dapat dapat dirancang dengan berhasil karena bangunan di mana tawanan ditahan dibuat oleh perusahan Senibina milik rakyat Israel. Perusahaan-perusahaan Israel sering terlibat dengan proyek pembangunan di Afrika ketika 1960-an dan 1970-an. Perusahaan yang membangun terminal lapangan terbang tersebut masih menyimpan rancang bangun terminal, dan telah memberikannya kepada pemerintah Israel. Namun, yang lebih penting ialah Mossad (Dinas Rahasia Israel) telah membuat gambaran yang tepat mengenai tempat tawanan ditahan, jumlah pembajak dan keterlibatan tentera Uganda melalui wawancara yang diperolehi dari tawanan yang dibebaskan di Paris.

Ketika merancang operasi, tentera Israel telah membuat replika sebagian dari bangunan lapangan terbang dibantu oleh beberapa rakyat Israel yang telah terlibat dalam pembangunan terminal lapangan terbang. Telah diakui oleh penyelidik bahwa Setelah tiba di maskas tentara untuk membuat replika banggunan (tidak menyadari sebelumnya apa yang mereka perlu lakukan) para kontraktor Israel telah dijemput makan malam besama dengan komandan markas tersebut. Ketika makan malam, mereka diberitahu bahwa setelah selesai pembangunan replika, untuk kepentingan keselamatan negara, mereka akan ditahan sebagai tamu tentara dalam beberapa hari.

Dalam jumpa pres dengan perancang serbuan Mookie Betzer dan Associated Press 4 Juli 2006, pegawai operasi Mossad mewancarai tawanan yang dilepaskan. Dan hasilnya, terdapat sumber informasi penting, merupakan penumpang, Yahudi Prancis yang telah dilepaskan secara tak sengaja bersama dengan tawanan bukan Yahudi. Betzer melaporkan bahwa lelaki tersebut pernah menjalani latihan angkatan bersenjata dan mempunyai daya ingatan luar biasa, membenarkan dia memberi informasi mengenai bilangan dan senjata pembajak, bersama dengan informasi-informasi penting yang lain.

Dalam minggu sebelum serbuan, Israel telah mencoba beberapa pendekatan politik untuk membebaskan tawanan-tawanan tersebut. Banyak sumber menunjukkan bahwa kabinet Israel telah bersedia untuk membebaskan penduduk Palestina dari tahanan sekiranya pendekatan angkatan bersenjata menemui kegagalan. Seorang pegawai Tentera Pertahanan Israel IDF, Baruch 'Burka' Bar-Lev, telah beberapa tahun mengenali Idi Amin dan dikira mempunyai hubungan pribadi yang kuat dengannya. Atas permintaan kabinet dia telah berbicara dengan Idi Amin berkali-kali melalui telepon, mencoba untuk mendapatkan kebebasan untuk para tawanan tapi tidak berhasil.

Setelah Kejadian

Pemerintah Uganda menyampaikan protes ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), karena Israel telah melanggar kedaulatan Uganda. Indonesia kala itu juga ikut mengutuk aksi pasukan Sayeret Matkal dalam Operasi Entebbe. Tetapi PBB malah membenarkan aksi militer Israel itu, yang dilakukan demi menyelamatkan warganya yang tersandera.

Duta besar Israel, Chaim Herzog berkata:

We come with a simple message to the Council: we are proud of what we have done because we have demonstrated to the world that a small country, in Israel's circumstances, with which the members of this Council are by now all too familiar, the dignity of man, human life and human freedom constitute the highest values. We are proud not only because we have saved the lives of over a hundred innocent people — men, women and children — but because of the significance of our act for the cause of human freedom.

Karena menolak meninggalkan pesawat, Captain Bacos di mendapat peringatan keras oleh perusahaanya, Air France dan dibebastugaskan untuk beberapa waktu. Popularitas perdana menteri Yitzhak Rabin melambung setelah operasi Entebbe.

Referensi

  1. ^ McRaven, Bill. "Tactical Combat Casualty Care – November 2010". MHS US Department of Defense. MHS US Department of Defense. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-05-16. Diakses tanggal 15 July 2011. 

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya