Olimpiade Geografi InternasionalOlimpiade Geografi Internasional (Inggris: International Geography Olympiad/iGeO) merupakan kompetisi geografi antarbangsa tahunan untuk siswa berusia 16 sampai 19 tahun. iGeo merupakan salah satu dari 12 olimpiade sains internasional. Kompetisi ini terdiri dari tiga bagian: tes tertulis, tes multimedia, dan tes kerja lapangan. Kompetisi ini menguji kemampuan setiap peserta dalam pola dan proses spasial kegeografian. Pola dan proses spasial ini mencakup tentang batas, pusat dan pendukung, tentang wisatawan, teroris, dan pengungsi, perdagangan makanan, pakaian, obat-obatan dan data digital, pertumbuhan penduduk, El Niño, tsunami dan gempa bumi, dan kajian keruangan lainnya. Olimpiade Geografi Internasional diselenggarakan oleh Satuan Tugas Olimpiade Perkumpulan Geografi Internasional (Inggris: International Geographical Union/IGU)[1] Sejak 2012, kompetisi telah diselenggarakan setiap tahun, bukan dua tahun sekali seperti tahun-tahun sebelumnya. Sejarah Perlombaan dan Negara-Negara JawaraSelama Kongres Perkumpulan Geografi Internasional 1994 di Praha, peserta kongres dari Polandia dan Belanda mengemukakan gagasan tentang Olimpiade Geografi Internasional (iGeo) atau olimpiade untuk siswa berusia antara 15 dan 19 tahun. Olimpiade pertama diselenggarakan di Den Haag, Belanda, dengan 5 negara peserta. Jumlah negara peserta berkembang menjadi 24 negara saat iGeo tahun 2008 di Kartago, Tunisia. Negara Terbaik dalam Raihan Podium (Sepanjang masa)
Negara dengan Jawara Perseorangan Terbanyak (Sepanjang masa)
Tujuan PenyelenggaraanTujuan penyelenggaran Olimpiade Geografi Internasional adalah:
PelaksanaaniGeo adalah sebuah kompetisi geografi antarsiswa. Setiap negara atau kawasan yang berpartisipasi harus mengirimkan sebuah tim yang terdiri dari 4 siswa. Peserta adalah siswa sekolah menengah (SMA), atau paling tidak belum melanjutkan ke perguruan tinggi. Usia peserta harus di bawah 20 tahun sebelum 30 Juni pada tahun yang sama dengan penyelenggaraan. Apabila ada penambahan jumlah siswa, harus ada 2 perwakilan dewasa, salah satu sebagai pemimpin tim dan yang lainnya berperan dalam tugas khusus seperti penerjemahan.[1] UjianUjian dalam iGeo terdiri dari 3 bagian. Satu bagian tes tertulis (40%), satu bagian tes kerja lapangan dan pembuatan keputusan (40%), dan satu bagian tes multimedia (20%). Jawara diambil dari peraih nilai akumulasi tertinggi dari semua tes. Tiap peserta iGeo juga merupakan bagian dari tim nasional masing-masing negara, sehingga setiap negara juga akan memiliki penggabungan nilai dari 4 anggota tim mereka. Tabel peringkat dari kedua kategori biasanya dipublikasikan dalam suatu halaman web tertentu. Topik UjianUjian dilaksanakan berdasarkan 12 topik berikut ini:
MedaliMedali emas, perak, dan perunggu diberikan kepada para peserta yang unggul, dengan jumlah medali yang disesuaikan dengan jumlah peserta. Pada 2014, dianugerahkan 12 emas, 24 perak, dan 36 perunggu, dan meningkat pada 2015 menjadi 13 emas, 27 perak, dan 40 perunggu. Pada 2015 nilai terendah untuk peraih medali adalah 57 dalam skala 100 dan yang tertinggi adalah 80,7 dalam skala 100. Negara Penyelenggara dan PemenangKeikutsertaan IndonesiaIndonesia pertama kali mengikuti Olimpiade Geografi Internasional pada tahun 2012 yang diselenggarakan di Koln, Jerman. Seleksi menuju iGeo dilakukan melalui Olimpiade Geosains dan Geografi Nasional di ITB, mengingat pada saat itu mata pelajaran Geografi belum diujikan di Olimpiade Sains Nasional (OSN). Kriteria untuk mengikuti olimpiade di ITB tersebut adalah siswa SMA yang lolos pada OSN Kebumian tingkat Nasional dan juara-juara olimpiade geografi di universitas-universitas. 4 siswa dengan peringkat terbaik di Olimpiade Geosains dan Geografi Nasional di ITB tersebut berhak mewakili Indonesia di iGeo tahun 2012 yang dilaksanakan pada 21-22 Agustus 2012. Mengingat sudah adanya bidang lomba Geografi di OSN sejak 2013, untuk mempersiapkan iGeo TOGI menyelenggarakan Pelatnas untuk menyeleksi siswa yang akan dikirim setiap tahunnya ke Olimpiade Geografi Internasional tersebut. Siswa yang berhak mengikuti Pelatnas adalah peraih medali OSN Geografi. ".[2] Dalam setiap Olimpiade Sains Nasional Bidang Geografi, dipilih 5 peraih medali emas, 10 peraih medali perak, dan 15 peraih medali perunggu untuk diundang ke Pelatnas setiap tahunnya. Walaupun terkesan persiapannya tidak sebaik tim kontingen Indonesia untuk olimpiade internasional lain, Tim Olimpiade Geografi Indonesia pada iGeo 2012 berhasil meraih pencapaian yang membanggakan. Bintang Rahmat Wananda dari SMA Negeri 8 Jakarta yang saat itu baru diterima di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB telah berhasil mengharumkan Indonesia di ajang internasional dengan memperoleh medali perak. Tim Indonesia atas nama Bintang R. Wananda, M. Anjza Chabbani Istala (SMA Taruna Nusantara Magelang), M. Ridwan Dzikrurrokhim (SMA Sragen BBS Sragen), dan Adnan Jati Satria (SMAT Krida Nusantara Bandung). mendapatkan penghargaan The Best Poster and Presentation untuk studi kasus “Karst Hydrology in Relation with Drought Problem in Gunung Kidul, Yogyakarta, Indonesia". Berkat kesuksesan Tim Olimpiade Geografi Indonesia ini, mata pelajaran geografi dimasukkan dalam bidang lomba pada OSN pada tahun 2013.[3] Tahun berikutnya, Indonesia mengikuti iGeo kedua kalinya yang dilaksanakan di Kyoto, Jepang. Indonesia lagi-lagi meraih prestasi yang membanggakan dengan perolehan 1 medali perak atas nama Nuresa Riana Nugraha (SMAN 1 Lembang) dan 2 medali perunggu oleh Asahi Idarmanto (SMAN 5 Yogyakarta) dan Aditya Pradana (SMA Muhammadiyah Wonosobo). Pada iGeo 2013, Tim Indonesia juga meraih prestasi 2nd Best Poster Presentation dengan judul poster "Local Wisdom of Sanitation System in Kampong Naga".[4] Mengulang kembali kesuksesan di 2013, Indonesia kembali berprestasi dalam iGeo 2014 dengan perolehan 1 medali perak oleh Aditya Pradana dan 2 medali perunggu atas nama Uyun Charisa Aziza (MAN Insan Cendekia Serpong) dan Asri Hadiyanti Giastuti (SMAN 1 Bogor). Pada iGeo kali ini, raihan penghargaan Best Poster Presentation juga diraih oleh tim Indonesia, yakni memenangkan 3rd Best Poster Presentation dengan judul karya "Booming Trash, Glooming Crash: Waste Management Challenge on Bandung Metropolitan".[5] Selanjutnya, dalam iGeo 2015, Indonesia membuktikan kekuatannya dengan memperoleh 1 medali emas atas nama Andito Jeremia Adhyatma (SMAN 8 Jakarta), 2 medali perunggu oleh Melinda Gularso (SMA Kristen 7 BPK Penabur Jakarta) dan Asri Hadiyanti Giastuti, Honorable Mention oleh Namaskara Bagus Sani (SMA Labschool Kebayoran), dan memperoleh penghargaan 2nd Best Poster Presentation dari poster berjudul "Jakarta Giant Great City Wall".[6] Pada iGeo 2016 Indonesia mendapatkan 3 Medali perunggu atas nama Thalia Salsabila (SMAN 8 Jakarta), Zithny Ilman Prihastopo (SMA Kesatuan Bangsa), dan Farhan Anshary (MA Husnul Khotimah), dari 4 perwakilan yang ditambah dengan Zachary Afif (SMA 8 Jakarta). Tim Indonesia pada iGeo 2017 yang dipimpin oleh oleh Ir. Samsul Bachri, M.Eng., Ph.D. sebagai team leader dan Prof. Dr. Ir. Dewayany Sutrisno, M.App.Sc. sebagai deputy team leader dan beranggotakan empat pelajar bernama Fadhlan Ramadhan Sahid (SMAN 8 Jakarta), Kathy Salsabila (SMAN 2 Tangerang Selatan), Iqbal Hakim Ardiansyah (SMA Labschool Kebayoran Jakarta), dan Aji Wijaya Abadi (SMAN 3 Semarang). Kali ini, Tim Indonesia berhasil membanggakan Indonesia dengan perolehan 1 medali emas atas nama Iqbal Hakim Ardiansyah dan 2 medali perunggu atas nama Fadhlan Ramadhan Sahid dan Aji Wijaya Abadi. Prestasi selanjutnya ditorehkan oleh Tim Indonesia pada iGeo 2018 di Kota Quebec, Kanada. Untuk pertama kalinya, Tim Indonesia masuk ke dalam 10 besar dunia, tepatnya pada urutan ke-sembilan. Kali ini pula, untuk pertama kalinya, keempat perwakilan Indonesia memperoleh medali. Medali perak diraih oleh Fernando (SMA Sutomo 1 Medan) dan Muhammad Nadafa Isnain (SMA Kesatuan Bangsa BBS). Sementara itu, medali perunggu dipersembahkan oleh Jamal Habibur Rahman (SMA Taruna Nusantara Magelang) dan Rizky Amalia Wulandari (SMA Kharisma Bangsa BBS).[7] Pada keikutsertaannya di iGeo 2019, Indonesia menorehkan prestasi tertinggi berupa capaian juara umum atau juara akumulasi nilai dan perolehan medali. Prestasi ini didapat dari raihan 2 medali emas oleh Fernando (SMA Sutomo 1 Medan) dan Fayola (SMA Methodist 3 Medan), serta 2 medali perak oleh Hadyan F Anshori (MAN Insan Cendekia Gorontalo) dan Agista Komaladewi (SMA Semesta BBS Semarang). Setelah pelaksanaan iGeo 2020 di Istanbul diundur ke tahun 2021 karena pandemi COVID-19, Indonesia kembali menorehkan prestasi. Pada iGeo 2021, Indonesia meraih 2 medali perak yang dipersembahkan oleh Gammanda Adhny El Zamzamy Latief (SMA Negeri 1 Pamekasan) dan Rubens Phenola Setiawan (SMA Negeri 3 Yogyakarta). Indonesia juga meraih 2 medali perunggu yang dipersembahkan oleh Jescenia Prima Diani (SMA Negeri 2 Tangerang Selatan) dan Pradipta Jati Widipratama (SMA Negeri 34 Jakarta). Tidak hanya itu, Tim Indonesia juga kembali meraih penghargaan 2nd Best Poster Presentation yang sebelumnya pernah diraih pada iGeo 2015 dengan poster mereka yang berjudul "We Wore The Mask Earlier!: How Climate Change Worsens Indonesian Forest Fires and Its Countermeasure Policy Evaluation". Pelaksaan iGeO 2022 juga dilaksanakan secara daring dari Paris. Akan tetapi, kontingen Indonesia berkumpul bersama di Bandung dalam mengikuti setiap rangkaian iGeO. Indonesia kembali menorehkan prestasi dengan meraih 1 medali emas yang dipersembahkan oleh Fachri Aziz (SMA Negeri 8 Jakarta), 2 medali perak yang dipersembahkan oleh Fiona Zhang (SMA Kristen Petra 1 Surabaya) dan Nashita Shahira Feryanto (SMA Negeri 2 Tangerang Selatan), serta 1 medali perunggu yang dipersembahkan oleh Fikri Ghifari Hanifah (SMAS Pribadi Bandung). Tim Indonesia juga meraih penghargaan The Best Poster Presentation, yang sebelumnya baru sekali diraih oleh Indonesia pada tahun 2012 dengan judul "Plastic Pandemonium: Plastic in Indonesian Aquatic Ecosystems". Pada iGeo 2023, Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah. Kompetisi dilaksanakan pada tanggal 8 sampai 14 Agustus 2023 di Kota Bandung. Penyelenggaraan dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, serta Ikatan Alumni Tim Olimpiade Geografi Indonesia. Kepanitiaan dari iGeo 2023 diketuai oleh Ir. Samsul Bachri, M.Eng, Ph.D. iGeo 2023 dibuka langsung oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim. iGeo 2023 diikuti oleh 46 negara yang terdiri dari 177 siswa, 89 team leader, 11 observer, 9 task force, 21 tim akademik dan juri, dan 57 Liaison Officer. Pada keikutsertaanya kali ini Indonesia berhasil meraih 3 medali perak yang diraih oleh Fiona Zhang (SMA Kristen Petra 1 Surabaya), Fikri Ghifari Hanifah (SMAS Pribadi Bandung), Dimas Dwi Rachmat Susilo (SMA Al Kautsar Bandar Lampung), serta 1 medali perunggu yang diraih oleh Mikhaila Rainissa Nugroho (SMAN 3 Bogor). Selain itu, Tim Indonesia juga meraih penghargaan 3rd Best Poster Presentation dengan poster berjudul "Jakarta, Fostering Creativity Through Inclusivity". Namun selama mereka berkompetisi, mereka menerima sangat sedikit dukungan dan perhatian: mulai dari tidak adanya batik khusus timnas yang merupakan tradisi menahun hingga minimnya apresiasi terhadap perolehan medali yang mereka raih.[8] Tim Indonesia kembali mempesembahkan prestasi tertinggi bagi Indonesia di ajang iGeo 2024 yang diselenggarakan di Dublin dengan memperoleh juara umum perolehan medali terbaik. Sekali lagi sayangnya Tim Indonesia mendapatkan dukungan yang kurang dari Kemendikbud dengan pengurangan pembiayaan bagi pelatihan bagi timnas indonesia. Indonesia mendapatkan prestasi juara umum ini dengan raihan 3 medali emas oleh Ahmad Fauzan Mubarok (SMAN 21 Jakarta), Rhesa Narayana Rasmara (SMA Negeri 2 Tangerang Selatan), Adelio Rasendriya Hafindika (SMA Pradita Dirgantara) dan 1 medali perunggu oleh Nareswari Tarisa Kirana (SMAS Pribadi Bandung). Tim Indonesia juga meraih 2nd Best Poster Presentation dengan karya berjudul "Fragrant Citarum: Citarum River Watershed Restoration Project".[9] Referensi
|