Ogata Kōrin
Ogata Kōrin (Jepang: 尾形光琳; 1658 – Juni 2, 1716) adalah seorang seniman berkebangsaan Jepang. Ogata Kōrin dikenal terutama karena lukisannya dan karya-karyanya pada kesenian kayu pernis Jepang.[1] of the Rinpa school.[2] Kōrin juga dikenal dengan beberapa karyanya yang dilukis pada partisi byōbu, misalnya Iris[3] dan Bunga Merah dan Putih Plum[4] (keduanya merupakan warisan nasional Jepang yang terdaftar), dan lukisan-lukisannya pada keramik dan kayu pernis[1] yang diproduksi oleh saudaranya Ogata Kenzan (1663 -1743). Kōrin juga dikenal sebagai seorang desainer yang produktif. Kōrin bekerja diatas berbagai macam media dekoratif atau barang sehari-hari, misalnya kipas bundar, kotak tulis makie atau kotak obat inrō. Kōrin juga dikenal[5] karena telah berusaha menghidupkan kembali dan mengkonsolidasikan sekolah seni melukis Rinpa, lima puluh tahun setelah sekolah tersebut didirikan oleh Hon'ami Kōetsu (1558–1637) dan Tawaraya Sōtatsu (sekitar tahun 1570–sekitar tahun 1640). Sebenarnya istilah Rinpa pertama kali muncul pada Zaman Meiji yang berarti "sekolah [Kō] rin".[6] Secara khusus, Kōrin memiliki pengaruh yang besar pada seniman Sakai Hōitsu (1761-1828), yang mereplikasi banyak lukisannya dan mempopulerkan karyanya dan mengorganisir pameran pertama lukisan Kōrin pada ulang tahun keseratus kematiannya.[7] BiografiKōrin lahir di Kyoto kepada keluarga pedagang Ogata yang kaya raya yang mendedikasikan kepada pembuatan dan penjualan tekstil-tekstil berkualitas baik.[8] Bisnis keluarga Ogata, yang bernama Karigane-ya, melayani wanita-wanita bangsawan di Kyoto.[9] Ayah Kōrin, Ogata Sōken (1621-1687), merupakan seorang penulis kaligrafi gaya Kōetsu yang terkenal dan juga patron untuk teater Noh,[10] memperkenalkan anak-anak lelakinya kepada seni.[11] Kōrin adalah anak kedua dari Sōken. Adik Kōrin Ogata Kenzan adalah seorang seniman peralatan tembikar dan juga pelukis, yang dengannya Kōrin sering berkolaborasi dalam membuat karya seni.[1] Kōrin belajar dibawah Yamamoto Soken (aktif sekitar tahun 1683–1706) dari sekolah seni Kanō,[2] dibawah Kano Tsunenobu (1636–1713) dan dibawah Sumiyoshi Gukei (1631–1705). Pengaruh terbesar Kōrin berasal dari pendahulunya Hon'ami Kōetsu dan Tawaraya Sōtatsu.[11] Ogata Sōken meninggal pada tahun 1687.[12] Karena ayahnya meninggal, kakak-kakak tertua di keluarganya mengambil alih bisnis keluarga, meninggalkan Kōrin and Kenzan bebas untuk menikmati warisan yang cukup besar. Setelah ini, Kōrin menjalani kehidupan sosial yang sangat aktif, tetapi pembelanjaannya yang berlebihan membuatnya mengalami kesulitan keuangan pada tahun-tahun berikutnya, sebagian penyebabnya adalah banyaknya pinjaman yang diberikan kepada tuan tanah feodal.[13] Hal ini memaksa dia untuk menggadaikan beberapa barang-barang miliknya yang paling dia hargai. Sebuah surat yang dikirim oleh Ogata Kōrin kepada seorang pemilik rumah gadai pada tahun 1694 menuliskan beberapa objek milik Kōrin, yaitu "satu kotak tulis berlukiskan rusa oleh Kōetsu" dan "satu botol air Shigaraki dengan tutup kayu pernis". Objek-objek masin bertahan hingga saat ini.[14] Kōrin baru mulai menetapkan dirinya sebagai seorang seniman diakhir-akhir kehidupannya.[15] Pada tahun 1701, ia dianugerahi gelar kehormatan hokkyō[16] ("Jembatan Dharma"), sebuah peringkat tertinggi ketiga yang diberikan kepada seniman Budha. Pada 1704 ia pindah ke Edo (sekarang Tokyo,[17][18] di mana ia mendapatkan lebih banyak lagi komisi yang menguntungkan. Karya-karya awalnya, seperti Iris pada umumnya berasal dari masa ketika ia berkarya di Edo.[19] Selama waktu ini Kōrin juga berkesempatan untuk mempelajari lukisan tinta pelukis biara abad pertengahan Sesshū Tōyu (1420-1506) dan Sesson Shukei (sekitar 1504 - c 1589).[17] Ini dipandang sebagai pengaruh penting dalam karyanya sejak saat itu, yang terlihat pada beberapa lukisan terakhirnya misalnya Ombak Besar.[17] Pada tahun 1709 ia pindah kembali ke Kyoto.[17][18] Dia membangun sebuah rumah dengan atelier di jalan Shinmachi pada tahun 1712 dan tinggal di sana selama lima tahun terakhir hidupnya.[16][20] Beberapa karya-karya terakhirnya Bunga Merah dan Putih Plum.[21] Kōrin meninggal sebagai pelukis terkenal namun miskin,[16] pada tanggal 2 Juni 1716, umur 59. Makamnya terletak di Kuil Myōken-ji di Kyoto.[22] Murid-murid utamanya adalah Kagei Tatebayashi, Shiko Watanabe[23] dan Roshu Fukae,[2] namun pengetahuan dan apresiasi karya-karya Kōrin sebagian besar disebabkan oleh usaha awal saudaranya Kenzan[24] dan kemudian Sakai Hōitsu, yang mencoba menghidupkan kembali gaya-gaya Kōrin .[11] Catatan
Referensi
|