Nyengkuyung
Nyengkuyung adalah film pendek tahun 2021 yang disutradarai oleh Wahyu Agung Prasetyo. Film pendek ini diproduksi oleh Ravacana Films yang sebelumnya juga memproduksi film pendek berjudul Tilik. Film pendek ini telah dirilis di saluran YouTube Netflix Indonesia pada tanggal 16 Maret 2021.[1][2] Film pendek Nyengkuyung diproduseri oleh Elena Rosmeisara dan naskahnya ditulis oleh Vanis. Dalam bahasa Jawa, "Nyengkuyung" berarti mendukung, gotong royong, atau membangun sesuatu bersama.[3] Alur ceritaNyengkuyung menceritakan mengenai sosok Pak Suratno yang merupakan pensiunan yang baru saja melepaskan jabatannya sebagai ketua RT di sebuah desa wilayah Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagai seorang pensiunan, Pak Suratno sering berselancar di media sosial dan mencoba fitur-fitur yang ada di gawai miliknya. Ketika ia mengalami kesulitan dengan fitur-fitur di gawainya, ia sering kali meminta bantuan kepada istrinya. Pak Suratno terkenal sebagai orang yang baik di keluarganya, tetapi tidak demikian halnya di mata masyarakat RT sekitar karena ia memusuhi setiap orang yang menjadi ketua RT. Hingga suatu hari Pak Suratno mencari kunci sanggar yang ternyata dipegang oleh Pak Hari (ketua RT saat itu). Pak Suratno kemudian meminta kunci sanggar tersebut dan ingin menggunakan sanggar untuk menjalankan idenya. Ide tersebut digagas oleh Pak Suratno untuk memeriahkan desanya selama masa pandemi COVID-19 dengan melakukan pementasan gamelan melalui media streaming. Namun terjadi sesuatu terhadap ide yang ingin dijalankannya, yaitu berkaitan dengan kejadian mistis seperti diletakkannya dupa di emper sanggar. Pak Suratno bertanya-tanya kepada pemilik angkringan tentang penggunaan sanggar tersebut, tetapi malah dicekoki hal-hal yang berbau mistis. Ia juga mencoba menghubungi Pak Hari mengenai sanggar tersebut, tetapi panggilannya tidak dijawab. Usut punya usut, Pak Suratno memutuskan untuk memastikan sendiri sanggar tersebut sejatinya digunakan untuk apa. Sesampainya di sanggar, ia menemukan bahwa sanggar tersebut sedang digunakan oleh seseorang. Mengetahui kalau yang memegang kunci sanggar tersebut adalah Pak Hari, Pak Suratno menggedor-gedor pintu sanggar sambil menyuruh Pak Hari agar cepat keluar. Pak Suratno kemudian marah-marah kepada Pak Hari dan menganggap sanggar tersebut digunakan untuk hal-hal klenik. Kendati demikian, Pak Hari menjelaskan bahwa sanggar tersebut digunakan oleh para pemuda untuk merekam pementasan karawitan. Mengetahui hal tersebut, Pak Suratno kini merasa tenang, dan mengungkapan bahwa sebenarnya ia mempunyai ide yang sama. Di akhir cerita, Pak Suratno bersama istrinya menonton video karawitan karya para pemuda desa di gawainya.[1][2][4] Pemeran
Referensi
Pranala luar |