Nur Rofiah
Rofiah dikenal sebagai salah satu pegiat kajian keadilan gender dalam Islam yang secara teratur mengadakan kegiatan kajian, baik secara daring maupun luring. Kajian Rofiah yang telah dimulai sejak pertengahan 2019 ini diberi nama Ngaji Keadilan Gender Islam (Ngaji KGI). Ia juga menjadi salah satu pemateri utama dalam Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) pertama pada 2017 yang diselenggarakan di Pesantren Kebon Jambu, Babakan, Cirebon, Jawa Barat. Dalam konferensi tersebut, ia membawakan materi berjudul "Metodologi Studi Islam Perspektif Ulama Perempuan".[4] Kehidupan awalNur Rofiah adalah putri dari pasangan Qusyaeri (ayah) dan Seha (ibu). Sejak kecil, Rofiah dididik dalam kultur keluarga Nahdlatul Ulama. Ibunya meninggal saat Rofiah masih duduk di kelas 2 SD. Beberapa tahun setelahnya, ayahnya juga meninggal dunia pada saat Rofiah berada di kelas 6 SD. Pendidikan SD diselesaikannya di tanah kelahirannya di Randudongkal, Pemalang. Setelah lulus SD, Rofiah melanjutkan pendidikan MTs dan MA di Jombang, Jawa Timur, tepatnya di Madrasah Salafiyah Syafi'iyah (MASS) Yayasan Khoiriyah Hasyim.[5][6] KarierNur Rofiah pernah mendalami ilmu agama di dua pondok pesantren, yaitu Pondok Yayasan Khoiriyah Hasyim Seblak Jombang Jawa Timur (1984-1990) dan Komplek Hindun Yayasan Ali Ma’shum Krapyak Yogyakarta (1993-1996).[7] Ia mendapatkan gelar sarjana dari program S1 jurusan Tafsir-Hadis Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta (kini menjadi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga) pada 1995. Ketertarikannya untuk mendalami topik seputar gender dalam Islam mulai menguat saat ia membaca novel "Perempuan di Titik Nol" (1975) karya penulis dan aktivis perempuan Mesir, Nawal El Sadawi.[1] Saat itu, Rofiah juga sempat menjadi anggota PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) dan mengetuai Korpri (Korps Putri) Fakultas Ushuluddin. Korpri kemudian dibubarkan karena adanya pandangan bahwa Korpri hanya mendomestifikasi peran perempuan dan membuat anggotanya terhambat untuk berkiprah secara aktif dan sehat di PMII. Selama berkuliah di Yogyakarta, Rofiah bersinggungan dengan pemikiran para tokoh yang turut mewarnai cara pandangnya terhadap isu-isu Islam dan perempuan, yaitu KH. Abdurrahman Wahid, Nurcholish Madjid, Ahmad Wahib, Fazlur Rahman, Hasan Hanafi, Riffat Hassan, Amina Wadud, dan tokoh-tokoh lainnya.[5] Setelah lulus S1, Rofiah mendapatkan beasiswa ke Turki dan melanjutkan pendidikan magister dan doktoralnya di Universitas Ankara, Turki, yang masing-masing diselesaikannya pada 1999 dan 2001.[1][5] Selain mengajar di PTIQ, Nur Rofiah juga aktif dalam beberapa organisasi, yaitu Fatayat NU, LKK NU, Rahima, dan Alimat.[7] Referensi
Pranala luar |