NueNue (鵺 ) adalah makhluk mitologis dalam cerita rakyat Jepang. Ia dideskripsikan sebagai makhluk berkepala monyet, bertubuh tanuki (anjing rakun), berkaki macan, dan berekor ular. Menurut legenda, seekor nue dapat berubah bentuk menjadi awan hitam lalu terbang. Karena penampilannya, kadang kala ia disebut sebagai khimera Jepang.[1] Nue dipercaya sebagai pembawa penyakit dan nasib buruk.[2] Menurut Riwayat Heike (平家物語 , Heike monogatari), Kaisar Konoe, salah satu Kaisar Jepang, jatuh sakit setelah bermimpi buruk setiap malam, dan awan hitam muncul pada jam dua subuh di atas Istana Kerajaan di Kyoto selama musim panas tahun 1153. Menurut kisah, seorang samurai, Minamoto no Yorimasa memanjat atap tersebut di malam hari dan menembakkan panah ke arah awan, dan seekor nue yang sudah mati jatuh dari sana. Dipercaya bahwa Yorimasa menenggelamkan bangkai tersebut di Laut Jepang. Terdapat cerita tambahan di versi lainnya, bangkai nue terapung sampai ke suatu tanjung, dan penduduk lokal menguburkannya karena takut menerima kutukan. Gundukan tanah di dekat tanjung masih ada sampai kini dan diyakini sebagai kuburan yang dibuat bagi nue tersebut.[3] EtimologiKata nue muncul dalam sastra Jepang yang tertua. Kutipan yang memuatnya antara lain dalam Kojiki (712) dan Wamyō Ruijushō (sekitar 934). Penggunaan aksara Man'yōgana, dalam ejaan terdahulu ditulis nuye. Meski demikian, pada masa itu, kata tersebut mengandung pengertian semantik yang berbeda. Kata itu juga mengacu kepada sejenis burung yang disebut anis putih. Pada abad ke-13, Riwayat Heike memuat catatan mengenai makhluk yang disebut nue. Di samping berkepala monyet, bertubuh tanuki, berkaki macan, dan berekor ular, ia juga bersuara seperti anis putih. Sekitar tahun 1435, Zeami Motokiyo menulis lagu Noh berjudul Nue yang menceritakan kisah dalam Riwayat Heike. Referensi
|