No Escape (film 2015)
No Escape adalah sebuah film laga seru Amerika Serikat tahun 2015 garapan John Erick Dowdle. Film tersebut dibintangi oleh Owen Wilson, Lake Bell, dan Pierce Brosnan, dan mengisahkan tentang cerita seorang insinyur ekspat yang terjebak dengan keluarganya di sebuah negara Asia Tenggara tanpa nama pada sebuah pemberontakan. Film dirilis pada 26 Agustus 2015.[4] AlurDi sebuah negara Asia Tenggara tanpa nama, Perdana Menteri menjalin kesepakatan dengan seorang perwakilan Cardiff, sebuah perusahaan sistem pengairan dari Amerika Serikat. Setelah perwakilan tersebut pergi, sekelompok pemberontak bersenjata melakukan kudeta dan membunuh Perdana Menteri. Tujuh belas jam sebelumnya, Jack Dwyer (Owen Wilson), seorang karyawan Cardiff yang baru, terbang ke negara tersebut dengan istrinya Annie (Lake Bell) dan kedua putri mereka Lucy (Sterling Jerins) dan Briegel "Beeze" Dwyer (Claire Geare). Setelah mendarat, mereka diantar oleh seorang pria Inggris bernama Hammond (Pierce Brosnan) yang menawarkan mereka tumpangan dengan temannya "Kenny Rogers" (Sahajak Boonthanakit), menuju Imperial Lotus Hotel, dimana banyak warga asing singgah. Di hotel, Jack menyadari bahwa jaringan telepon, televisi dan internet sedang tidak aktif di kota tersebut. Ia berhenti ke sebuah bar dan berbincang dengan Hammond. Pada malam tersebut, Jack terbangun dan menemukan istrinya sedang menangis di kamar mandi. Keesokan paginya, Jack pergi untuk membeli koran, dan menyadari bahwa dirinya sendiri sedang berada di tengah-tengah pertikaian antar para pengunjuk rasa bersenjata dan pasukan polisi bertameng. Pertikaian antar kedua belah pihak membuat Jack melarikan diri. Kemudian, para pengunjuk rasa angkat senjata dan mulai membunuh pasukan polisi. Jack berlari kembali ke hotel dan menyaksikan para pemberontak sedang mengeksekusi seorang karyawan Cardiff dari Amerika Serikat di bagian depan. Seorang pemberontak mengejar Jack, memaksa Jack untuk memanjat tangga darurat dan memasuki hotel lewat jendela. Para pemberontak mendobrak pintu utama hotel, meskipun para karyawan hotel berniat untuk membarikade pintu tersebut, dan mulai menjagal para staf dan tamu. Jack kembali ke kamar keluarganya, namun menyadari bahwa Lucy sedang berenang di kolam renang. Jack dengan cepat mengambil Lucy sebelum para pemberontak memasuki kawasan kolam renang. Saat Jack mendatangi Lucy, ia melawan seorang pemberontak dengan pelampung, tetapi Hammond menyelamatkannya dan berkata kepadanya untuk pergi ke atap. Keluarga Jack pergi ke atap dan bergabung dengan beberapa tamu dan staf, yang berkumpul dan memblok pintu. Di atap, para wisatawan hotel memperingati Jack untuk menjauhi tepi atap, karena para pemberontak di bagian bawah akan menembak siapapun yang dapat mereka lihat. Jack melirik dari atas atap dan menyaksikan ratusan pemberontak berkumpul di halaman hotel, dan mereka telah merebut sebagian besar kota. Seorang tamu hotel Prancis menerjemahkan teriakan mereka ("Jangan memberontak. Tak akan ada tahanan, karena [kami] akan membunuh [kalian] dengan cara apapun.", "Darah untuk air!") Setelah bertanya kepada petugas hotel yang terluka, mereka menyadari bahwa para pemberontak memprotes kontrol perusahaan asing atas suplai air. Sebuah helikopter kemudian terdengar. Suasana kembali mengerikan ketika mereka menyadari bahwa helikopter tersebut disusupi pemberontak, yang menembak orang-orang yang berada di atap hotel. Saat keluarga Jack berlari ke tempat tertutup, helikopter mulai terjerat tali listrik dan jatuh. Sekelompok pemberontak lainnya mendobrak pintu yang diblok dan menembak sebagian besar korban selamat saat Jack dan keluarganya akan melompat ke atap sebuah gedung kantor yang berada di sebelah hotel. Sebelum melompat, Jack melirik balik dan melihat para pemberontak mengeksekusi sisa-sisa tamu dan staf hotel sebelum pemimpin pemberontak menunjukkan spanduk "Selamat datang" kepada Cardiff yang mencantumkan fotonya, menyadari bahwa ia adalah target bernilai tinggi. Setelah memanjat ke sebuah lantai gedung kantor yang mereka lompati, sebuah tank mentarget gedung kantor tersebut dan melakukan tembakan, menewaskan sebagian besar orang yang berada di dalamnya. Keluarga Jack bersembunyi di bawah sebuah puing-puing saat pemberontak merangsek ke gedung tersebut dan membunuh para karyawan kantor. Keluarga tersebut masih berada di sana selama seharian, sampai tengah malam disamping sebuah mayat dimana mereka bersembunyi. Saat Jack meninggalkan tempat persembunyian, ia bertemu dengan seorang pemberontak yang menjarah dan kemudian dibunuh oleh Jack. Mereka menemukan sebuah peta, mengambil pakaian dari para karyawan yang tewas untuk menyamar menjadi warga lokal, dan bergerak menuju ke kedubes Amerika Serikat dengan motor curian. Di tengah perjalanan, mereka memutuskan untuk berkendara melewati kerumunan demonstrator pemberontak. Salah satu orang menyadari bahwa mereka adalah warga asing, tetapi tak berkata apapun, setelah menyaksikan dua anak berkendara bersama dengannya. Setelah datang ke kedubes, mereka menemukan bahwa tempat tersebut telah direbut dan beberapa petugas keamanan Amerika telah tewas, dan melarikan diri, namun dikejar oleh sekelompok pemberontak, termasuk pemimpin dari pembantaian hotel. Keluarga tersebut berlindung di sebuah taman kuil Buddha yang berada di dekatnya, dan berlindung di balik properti lama. Para pemberontak memasuki tempat tersebut dan mulai mencari mereka. Jack berniat merebut senjata, dan Annie keluar dari persembunyian dalam rangka memancing perhatian, sementara Lucy dan Beeze bersembunyi. Setelah menyadari bahwa senjata yang ia rebut tak memiliki peluru, Jack ditangkap dan tertahan. Saat pemimpin pemberontak nyaris memperkosa Annie, Hammond dan Kenny memasuki tempat tersebut dan menembaki sebagian besar pemberontak kecuali pemimpinnya, yang melarikan diri. Kedua pria tersebut membawa keluarga tersebut ke rumah bordir terdekat, yang mereka lewati untuk berjalan menuju menara besar di atap. Saat mereka bersantap, Hammond menjelaskan bahwa ia dan Kenny bekerja untuk pemerintahan Britania Raya. Ia dan agen lain berbincang dengan pemerintahan lokal untuk menjalin kesepakatan dengan perusahaan-perusahaan seperti Cardiff. Saat kesepakatan yang terjalin membolehkan perusahaan-perusahaan tersebut untuk "memiliki" pemerintah lewat utang, masyarakat pun menjadi murka dan berujung pada pemberontakan. Hammond menjelaskan bahwa rencana mereka adalah pergi ke sungai terdekat, menaiki sebuah perahu, dan berlayar melintasi perbatasan Vietnam, dimana mereka berharap dapat meraih suaka. Saat anak-anak tertidur, Annie dan Jack berbincang satu sama lain bahwa mereka tak pernah melupakan pengalaman hidup mereka, mempersiapkan diri mereka sendiri karena mereka berpikir bahwa mereka bisa mati pada keesokan paginya. Setelah mereka melakukan rencana mereka, mereka diserang oleh para pemberontak, yang menewaskan Kenny dan melukai Hammond. Hammond mengorbankan dirinya sendiri untuk menghambat sebuah truk pemberontak yang mengikuti mereka. Di dekat tepi sungai, Annie dan anak-anak bersembunyi saat Jack menemukan seorang nelayan dan menukar arloji dan sepatunya untuk sebuah perahu. Nelayan tersebut mendengar para pemberontak datang, dan menyembunyikan Jack di balik sebuah perahu tua. Tak lama setelahnya, pemimpin pemberontak yang kabur sebelumnya datang dengan kelompok lain, menangkap Jack, dan berniat mengeksekusinya. Lucy keluar dari tempat persembunyian, mengganggu pemimpin pemberontak, yang menembak pundak Jack. Pemimpin pemberontak kemudian menangkap Lucy, menempatkan senjata di tangannya dan membidik senjata lain di kepalanya agar ia membunuh Jack. Ia menolak, tetapi Jack mendorongnya untuk menembaknya (agar menyelamatkan dirinya sendiri). Sebelum Lucy membuat pilihan, Annie menyerang pemimpin pemberontak di bagian kepala hingga mati dan Jack merampas senjatanya lalu membunuh sisa pemberontak. Keluarga tersebut menaiki sebuah perahu dan mengarungi menuju perbatasan Vietnam. Mereka dipergoki oleh sekelompok pemberontak, tetapi tetap mengayuh. Meskipun penjaga perbatasan Vietnam memperingatkan keluarga tersebut dengan bidikan senjata, untuk tidak memasuki Vietnam, mereka tak benar-benar menghentikan mereka, dan saat perahu tersebut melintasi tanda perbatasan, penjaga perbatasan pemperingatkan para pemberontak yang akan menyerang keluarga tersebut bahwa mereka sekarang berada di perairan Vietnam dan jika para pemberontak menembak, mereka akan menganggapnya sebagai sebuah tindakan perang, dan akan mengerahkan pasukan untuk melawan para pemberontak. Saat keluarga tersebut diselamatkan oleh para penjaga perbatasan, mereka berpelukan satu sama lain, mencapai akhir dari penderitaan mereka. Kemudian di sebuah rumah sakit, Jack dan Annie mengisahkan kepada anak-anak soal cerita bagaimana Lucy lahir, sebuah cerita yang ditanyai oleh kedua putrinya pada bagian sebelumnya dari film tersebut. Pemeran
ProduksiPengembanganPada 2012, Owen Wilson dikabarkan akan membintangi sebuah film laga berjudul The Coup, dan tema film tersebut diambil dari film Taken (2009), yang mengisahkan tentang sebuah keluarga Amerika Serikat yang pindah ke Asia Tenggara dan menyadari bahwa diri mereka sendiri sedang "berada dalam sebuah kudeta dimana para pemberontak menyerang kota".[5] Kemudian, pada Festival Film Cannes, Pierce Brosnan dikabarkan bergabung dengan proyek tersebut, dengan perannya menjadi "anggota operasi pemerintahan yang heroik dan misterius", selaras dengan perannya sebagai James Bond.[6] John Erick Dowdle, yang dikenal karena beberapa film horor, dan menulis naskah dengan saudaranya, Drew Dowdle, berniat untuk menggarap film tersebut. Kedua kakak beradik tersebut mendasarkan naskahnya pada pemberontakan politik yang terjadi saat kakak adik Dowdle dan ayah mereka datang ke Thailand. John menjelaskan "Sebelum kami datang ke Thailand, sebuah kudeta menggulingkan perdana menteri. Tak ada peringatan sebelumnya. Ada perasaan khawatir di udara. Sehingga aku mulai berpikir tentang itu. Jika hal itu buruk, apa yang akan aku lakukan?"[7] Michelle Monaghan bergabung dalam kelompok pemeran, memerankan istri dari karakter Wilson.[8] Pada Agustus 2013, Bold Films dikabarkan akan mendanai film tersebut, menggantikan Crime Scene Pictures.[9] Pada tahun berikutnya, Lake Bell dikabarkan menggantikan Monaghan, dan karakternya dikatakan bernama Annie Dwyer, dan dideskripsikan sebagai wanita pengasuh yang tampak memiliki kehidupan yang sempurna. Fotografi prinsipal dimulai pada 31 Oktober 2013 di Thailand.[10] PemfilmanNo Escape difilmkan di Chiang Mai, Thailand.[11] Fotografi prinsipal dimulai pada 31 Oktober 2012, dengan perusahaan produksi yang berbasis di Thailand, Living Films, yang memfasilitasi pengambilan gambar. "Para produser film memiliki banyak pilihan negara dimana mereka dapat mendasarkan produksi ini," kata pendiri dan direktur eksekutif Living Films, Chris Lowenstein. "Fakta bahwa kami memilih Thailand adalah sebuah pernyataan besar kepada keterampilan para kru Thai dan sumber daya yang ditawarkan Thailand. Kami mendapatkan bantuan untuk mengirim proyek tersebut ke layar lebar." Sierra/Affinity menangani penjualan internasional dari film tersebut.[12] Brosnan bergabung dengan kru pada Desember setelah merampungkan karyanya pada How to Make Love Like an Englishman, pindah ke Kamboja dimana produksi dilakukan, dengan karakternya dikabarkan diberi nama "Hammond". Pada 10 Juni 2014, film tersebut diumumkan akan dirilis pada 6 Maret 2015.[13] Pada 6 Februari 2015, film tersebut diumumkan akan berganti judul menjadi No Escape, dan perilisannya ditunda sampai 2 September 2015.[14] Tanggal perilisan kemudian kembali diubah, kali ini pada 26 Agustus 2015. Film tersebut mendapatkan ijin untuk dirilis di Thailand setelah para pembuat film sepakat untuk tidak mengidentifikasikan negara dimana film tersebut difilmkan atau menggambarkannya secara negatif. Dalam sebuah wawancara untuk The Straits Times, salah satu penulis Drew Dowdle menjelaskan "Kami sangat hati-hati untuk tak membuatnya Thailand dalam film tersebut, sehingga tak ada bahasa Thai yang dipakai ... Tak ada tanda berbahasa Thai dan sebagian bahasa yang dipakai penduduk lokal adalah campuran bahasa Laos, suku bukit dan bahasa lain." Para pembuat film juga diminta untuk tak memakai gambar-gambar monarki Thai dan "jangan pernah menampilkan raja atau warna kuning karena itu adalah warna raja". Sutradara John Dowdle menambahkan bahwa mereka juga berkata "tak ada Buddha ... tak boleh ada hal buruk apapun di depan Buddha.".[15] SambutanKontroversiSetelah trailer untuk film tersebut dirilis, sebuah keresahan sosial terjadi di Kamboja atas pemakaian tulisan-tulisan Khmer di tameng-tameng polisi. Kementerian Budaya dan Seni Rupa Murni kemudian melarang film tersebut ditayangkan di Kamboja. Sin Chanchaya, direktur Departemen Film berkata bahwa keputusan untuk mencekal film tersebut berdasarkan pada trailernya dan juga pemberitahuan bahwa dalam rangka mendapatkan ijin untuk pengambilan gambar di Thailand, dimana banyak kudeta sebenarnya yang terjadi, tim produksi diminta untuk tidak menampilkan identifikasi Thailand secara langsung pada latar film tersebut. Chanchaya juga berkata bahwa Kementerian Kamboja meminta para produser film untuk menyunting tulisan-tulisan Khmer dari film tersebut namun mereka tak menanggapinya.[16] Referensi
Pranala luar
|