Nisombalia (LontaraBugis: ᨑᨗᨔᨚᨇᨛᨑᨗᨕᨙ, transliterasi: Risompêrié; Lontara Makassar: ᨊᨗᨔᨚᨅᨒᨗᨕ, transliterasi: Nisombalia) adalah nama sebuah desa yang berada di wilayah KecamatanMarusu, KabupatenMaros, ProvinsiSulawesi Selatan, Indonesia. Desa Nisombalia berstatus sebagai desa definitif dan tergolong pula sebagai desa swasembada. Desa Nisombalia termasuk tipe desa pesisir pantai memiliki luas wilayah 25,43 km² dan jumlah penduduk sebanyak 3.965 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebanyak 155,92 jiwa/km² pada tahun 2017. Desa Nisombalia terdiri dari empat dusun yakni, Dusun Mambue, Tala-Tala, Kuri Lompo dan Kuri Caddi. Pusat pemerintahan desa ini berada di Dusun Mambue. Jarak Desa Nisombalia dari Pattene yang merupakan ibu kota kecamatan Marusu adalah 5 km dan berjarak kurang lebih 30 km dari pusat Kota Makassar ke arah utara yang dapat dicapai dengan kendaraan bermotor dalam waktu 40 menit.
Sejarah
Dalam sejarah penamaan Desa Nisombalia tidak terlepas dari sejarah penamaan ke empat dusun yang ada di desa ini.
Adapun ke empat dusun tersebut adalah: Dusun Mambue, Dusun Tala-Tala, Dusun Kuri Lompo, dan Dusun Kuri Caddi. Ke empat dusun tersebut mempunyai kisah-kisah tersendiri sebagai berikut:
Dusun Mambue dan Tala-Tala
Menurut cerita, di dusun ini ada 4 (empat) situs. Seorang bapak yang berasal dari Bone masuk ke perkampungan ini dan kemudian menanam sebiji kacang kedelai di tengah perbatasan antara Mambue dan Tambayangan. Beliau bernama Zaenuddin Daeng Situju yang biasa dipanggil oleh masyarakat Desa Nisombalia dengan sebutan Iboe. Beliau inilah orang yang pertama masuk di kampung Nisombalia ini sehingga diberilah gelar Karaeng Patanna Pa'rasangang (yang punya kampung). Selang beberapa waktu beliau memberikan nama kampung tersebut dengan kata "Bue". Bue berasal dari bahasa Bugis yang diartikan dalam bahasa Indonesia adalah kacang kedelai. Kata "Bue" ini diambil karena Iboe inilah yang menanam sebiji kacang. Seiring berjalannya waktu, hari berganti bulan, bulan berganti tahun kampung tersebut sudah dipenuhi penduduk yang berasal dari berbagai daerah, namun karena mereka tidak tahu berbahasa Bugis sehingga kata "bue" ini ditambah dengan alomorf "mam" yang merupakan perpaduan dua bahasa dengan dialek bahasa Makassar dan Bugis menjadi "Mambue". Singkat cerita, Iboe ini pergi ke tengah hutan di sebelah Kampung Mambue yang ditumbuhi dengan banyak pohon Tala (Siwalan). Di sana beliau duduk diatas tiga batu besar yang sampai saat ini batu tersebut masih ada. Di tengah perenungannya datang seorang pemuda mendatangi beliau dan bertanya sedang apa yang dilakukannya. Di akhir pembicaraan mereka, Iboe memberikan amanah kepada pemuda itu bahwa kelak ketika ajal menjemput dan beliau tak bisa lagi menjaga daerah tersebut, pemuda ini bisa meneruskan dan menjaga daerahnya, dan apabila pemuda itu bisa menjaga daerah tersebut selama lima tahun berturut-turut tanpa ada kekacauan yang terjadi maka Iboe berjanji akan memberi gelar Karaeng Tala-Tala Sija Daeng Gajang dan menguasai daerah yang banyak dipenuhi dengan pohon tala tersebut. Hingga pada akhirnya, pemuda ini berhasil menjaga dan mempertahankan daerah tersebut sampai menjadi daerah kekuasaannya sendiri.[2]
Dusun Kuri Lompo
Kuri Lompo adalah salah satu dusun yang terletak di ujung barat Desa Nisombalia yang berbatasan langsung dengan Selat Makassar.
Dalam sejarahnya, Kampung Kuri Lompo adalah tempat berlabuh para pedagang yang naik perahu dari beberapa daerah atau pulau kecil yang mengunjungi pasar rakyat yang terletak di sebelah barat pekuburan Islam sekarang. Sebagai bukti sejarah bahwa yang memonopoli penduduk Kuri Lompo adalah pedagang yang datang dari tanah Wajo dengan berlayar membawa dagangannya ke pasar. Pedagang tersebut memonopoli perdagangan di pasar, akhirnya dianggap sebagai tokoh dan sebagai pemuka agama. Olehnya itu, yang dominan bahasa penduduk kampung tersebut adalah bahasa Bugis, namun seiring dengan perkembangan zaman, karena dekat dengan Makassar, maka kampung tersebut dalam pemakaian bahasa dipengaruhi oleh dialek bahasa Makassar. Dalam sejarah diceritakan atau berbagai sumber yang bisa dipercaya bahwa zaman dahulu beberapa rombongan Kerajaan Marusu dan Kerajaan Gowa menjemput mahkota (Saloko) kerajaan yang ada di Kerajaan Marusu untuk dibawa ke Kerajaan Gowa. Dalam cerita saat itu, rombongan Kerajaan Maros dan Kerajaan Gowa saat penjemputan. Walau ada rasa was-was, tapi bercampur kegembiraan atau dalam bahasa makassar disebut makkuring-kuring. Kegembiraan bercampur haru, kata itu sering terdengar sampai ke pelosok desa dan menjadi buah bibir di kalangan para pedagang atau yang mengunjungi pasar rakyat yang ada di pinggiran laut dan mnyepakati dusun itu disebut Kuri.[2]
Dusun Kuri Caddi
Kuri Caddi merupakan salah satu dusun yang terletak di sebelah barat Desa Nisombalia yang juga berbatasan langsung dengan Selat Makassar. Dusun Kuri Caddi adalah pecahan dari Dusun Kuri Lompo. Dalam sejarah pada tahun 1954 datang seorang karaeng (raja) dari Butung ke Kuri Lompo, dengan alasan perdagangan dalam perjalanan sejarah diceritakan karena seringnya datang ke tempat tersebut karaeng yang disebut Abubaedah itu mendapatkan informasi kalau di sebelah Kuri Lompo terdapat perkampungan kecil dengan berjejer berbagai rumah gubuk yang berdinding bambu atau tedde' dalam bahasa Makassar. Dalam memperlancar usaha mereka, Karaeng Abubaedah ini setiap hari mengunjungi Kuri Caddi dengan menelusuri pematang sawah atau pematang empang yang membentang luas. Dalam keseharian Karaeng Abubaedah ini akhirnya mempersunting gadis Kuri Caddi yang nantinya dalam perdagangan dapat membantu mereka mengurus barang barangnya sekaligus mendapatkan tempat tinggal selamanya. Dalam sumber yang bisa dipercaya, Karaeng Abubaedahakhirnya mengungsi dari Kuri Lompo ke Kuri Caddi. Dalam dusun tersebut belum banyak rumah, hanya tujuh gubuk yang berdiri berjauhan yang terbuat dari bambu atau tedde' dan beralaskan lantai tanah, sebagai pelindung hembusan angin yang bertiup dari laut. Dengan alasan itu Karaeng Abubaedah memberi nama Dusun Kuri Caddi dan mengumumkan kepada warga alasan pemberian nama tersebut. Dalam perkampungan itu akhirnya masyarakat Kuri Caddi dari tahun ke tahun mulai membangun dan menempati rumah tidak jauh dari pekuburan islam sekaligus menjadikan tempat perahu berlabuh dengan pasir putih yang membentang sepanjang 1 km menjadikan Dusun Kuri Caddi salah satu Ikon Wisata Kabupaten Maros.
Kuri caddi dalam keseharian warganya mengandalkan sumber mata pencaharian melaut, berbagai macam hasil tangkapan laut yang melimpah menjadikan Dusun Kuri Caddi terkenal sampai ke desa-desa tetangga, akhirnya banyak warga desa lain berdatangan menangkap ikan dan menempati lahan kosong sekitar 1 km dari permukiman warga untuk melepaskan lelah saat datang menjala ikan (mencari ikan). Hari berganti hari dan tahun berganti tahun, penduduk asli Kuri Caddi sering mendengar informasi kalau ditempat itu banyak warga yang sering datang membawa jala atau jaring ikan dalam bahasa Indonesia sebagai alat tangkap selain puka. Akhirnya pajalayya atau orang yang menangkap ikan dengan menggunakan jala melekat hingga disebut Kampung Pajalayya/Pajalayyasa sampai sekarang. Dari dasar sejarah ke empat dusun tersebut diatas semuanya menggambarkan niat dan tujuan yang baik sehingga dari dasar itu orang-orang tua terdahulu pada sekitar tahun 1969 mereka sepakat memberi nama Desa Nisombalia. Namun tiap-tiap dusun menggambarkan ciri dan karakter masing-masing. Dari ke empat karakter ini diharapkan bahwa Desa Nisombalia menjadi desa yang aman, maju, dan, makmur. Dari nama Desa Nisombalia terdapat tujuan dan cita-cita yang sangat mulia untuk selalu berbuat, berniat ke arah yang lebih baik. Dari nama Desa Nisombalia diharapkan lahir pemimpin-pemimpin yang mempunyai karakter yang digambarkan dari empat dusun tersebut, yaitu rajin dan tidak mengenal lelah demi untuk Desa Nisombalia sesuai langkah awal mula jadinya desa tersebut.[2]
Kondisi geografis
Potensi alam desa Nisombalia adalah berupa tambak udang windu dan pembudidayaan rumput laut.
Topografi
Topografi wilayah Desa Nisombalia berupa wilayah pantai dan dataran rendah. Desa Nisombalia adalah daerah dataran rendah dengan ketinggian elevasi 0-65 mdpl dan kondisi alam berupa lahan pertanian dan tambak dengan sebagian besar tadah hujan. Letak astronomis Desa Nisombalia adalah 5°02′18″S119°29′45″E / 5.0384°S 119.4957°E / -5.0384; 119.4957. Jalan menuju desa ini telah dibeton. Diperlukan waktu sekitar 25-30 menit dari ibu kota kabupaten untuk mencapainya.
Orbitrasi
Beberapa lokasi pada jarak orbitrasi atau pusat pemerintahan dari Desa Nisombalia adalah sebagai berikut:
Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan (Temmapadduae): 5 km
Jarak dari pusat pemerintahan kabupaten (Turikale): 16 km
Jarak dari pusat pemerintahan provinsi (Makassar): 14 km
Iklim
Iklim Desa Nisombalia adalah iklim tropis, sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia mempunyai 2 musim, yakni musim kemarau dan musim penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Nisombalia.
Pola penggunaan tanah
Penggunaan tanah di Desa Nisombalia sebagian besar diperuntukan untuk tanah pertanian/sawah dan tambak, sisanya berupa tanah kering yang merupakan bangunan dan fasilitas-fasilitas lainnya.
Batas wilayah
Desa Nisombalia memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
Desa Nisombalia memiliki luas 25,43 km² dan penduduk berjumlah 4.556 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 179,16 jiwa/km² pada tahun 2021. Adapun rasio jenis kelamin penduduk Desa Nisombalia pada tahun tersebut adalah 104,03. Artinya, tiap 100 penduduk perempuan ada sebanyak 104 penduduk laki-laki. Berikut ini adalah data jumlah penduduk Desa Nisombalia dari tahun ke tahun:
Warga Desa Nisombalia sebagian besar hidup bekerja di sektor bahari (nelayan), bertani, tambak, dan usaha peternakan (sapi, itik, dan ayam). Sebagian kecil menjadi pedagang atau wiraswasta serta menjadi pegawai negeri dan sisanya menjadi pengangguran. Umumnya usaha bahari dan pertanian masih diusahakan secara tradisional.
Sebagai desa dengan daerah tofograpi yang datar dan laut yang menyimpan kekayaan bahari yang banyak. Hanya sedikit diantaranya yang bekerja di kantor pemerintah. Latar belakang pendidikan masyarakatnya juga masih sangat rendah. Hanya sekitar 3% diantaranya yang bergelar sarjana, sebagian besar hanya mengenyam pendidikan sampai sekolah menengah pertama.
Pemerintahan
Wilayah pembagian administrasi
Dusun
Desa Nisombalia memiliki empat wilayah pembagian administrasi daerah tingkat V (lima) berupa dusun. Setiap dusun tersebut masing-masing dikepalai oleh seorang kepala dusun dimana bertanggung jawab secara langsung kepada kepala desa. Adapun nama empat dusun tersebut adalah sebagai berikut:
Dusun Kuri Caddi
Dusun Kuri Lompo
Dusun Mambue
Dusun Tala-Tala
Rukun warga
Desa Nisombalia memiliki 4 wilayah pembagian administrasi berupa rukun warga (RW) sebagai berikut:
RW 01/Dusun Mambue
RW 02/Dusun Tala-Tala
RW 03/Dusun Kuri Lompo
RW 04/Dusun Kuri Caddi
Rukun tetangga
Desa Nisombalia memiliki 15 wilayah pembagian administrasi berupa rukun tetangga (RT) sebagai berikut:
RT 001/RW 001 Dusun Mambue
RT 002/RW 001 Dusun Mambue
RT 003/RW 001 Dusun Mambue
RT 004/RW 001 Dusun Mambue
RT 001/RW 002 Dusun Tala-Tala
RT 002/RW 002 Dusun Tala-Tala
RT 003/RW 002 Dusun Tala-Tala
RT 004/RW 002 Dusun Tala-Tala
RT 001/RW 003 Dusun Kuri Lompo
RT 002/RW 003 Dusun Kuri Lompo
RT 003/RW 003 Dusun Kuri Lompo
RT 001/RW 004 Dusun Kuri Caddi
RT 002/RW 004 Dusun Kuri Caddi
RT 003/RW 004 Dusun Kuri Caddi
RT 004/RW 004 Dusun Kuri Caddi
Susunan organisasi dan tata kerja
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Maros Nomor 6 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa. Desa Nisombalia menganut sistem kelembagaan pemerintahan desa dengan pola 4 (empat) Kepala Urusan (Kaur), selengkapnya sebagai berikut:
Kaur Pemerintahan
Kaur Pembangunan
Kaur Umum
Kaur Keuangan
Adapun lembaga-lembaga yang terlibat dalam pembangunan di Desa Nisombalia adalah sebagai berikut:
Kepala Desa
Badan Permusyawaratan Desa
Kepala Dusun
RT
Imam Desa
Imam Dusun
PKK
Majelis Taqlim
Kelompok SPP
Gapoktan
Kelompok Perempuan
Kelompok Tani
Kelompok Tani Tambak
Kelompok Ternak
Kelompok Ibu-Ibu
Karang Taruna
Kelompok Pemuda
Daftar kepala desa
Berikut ini adalah daftar kepala desa di Desa Nisombalia dari masa ke masa sejak berdiri tahun 1969:
No.
Foto
Nama
Awal Menjabat
Akhir Menjabat
Keterangan
Referensi
1.
-
H. Zainuddin Karaeng Tarang
1969
-
kepala desa definitif pertama
2
'-
H.Abd. Kuddus Karaeng Sallang
1988
'-
Kepala desa definitif
3
-
Andi Muhammad Tahir Karaeng Timung
-
-
kepala desa definitif
4
-
Baharuddin Said
-
2006
kepala desa definitif
5
-
Muhammad Ruslan Manye
2006
2012
kepala desa definitif; pemenang Pilkades Nisombalia 2006
6
-
Haeruddin
2012
29 Mei 2013
plt. kepala desa
7
Achmad Abadi HM (–2019)
29 Mei 2013
2019
kepala desa definitif; pemenang Pilkades Nisombalia 2013
Mewakili Kecamatan Marusu dalam Lomba Desa Tingkat Kabupaten Maros (2019)
Piala dan piagam penghargaan juara II Lomba Desa Tingkat Kabupaten Maros (2019)
Pesta demokrasi desa
Walau terbentuk secara definitif pada tahun 1969, Desa Nisombalia baru melaksanakan pemilihan kepala desa dengan melibatkan lingkup masyarakat sejak tahun 1994. Kini desa ini telah melaksanakan 5 kali pemilihan kepala desa secara demokratis, yakni pada tahun 1994, 2002, 2007, 2013, dan 2018.
Di desa ini terdapat situs yang dinamai oleh masyarakat setempat istirahatnya orang terdahulu yang dinamakan Iboe. Di samping itu ada juga Karaeng Tala-Tala (Barumbungna Tala-Tala) dengan ukuran yang panjang 3–4 m pekuburannya konon cerita leluhur orang terdahulu. Berikut adalah nama-nama situs yang ada di Desa Nisombalia:
Wisata Hutan Manggrove Kuri Lompo, Dusun Kuri Lompo
Lapangan Sepakbola Maccini Sombala
Sumur Tua Kuri Lompo peninggalan kolonial Hindia Belanda, Dusun Kuri Lompo
Adat dan budaya
Adapun adat-istiadat/kebiasaan turun-temurun yang ada di Desa Nisombalia adalah sebagai berikut:
Tolak bala (mohon doa), acara tolak bala ini adalah proses dimana semua masyarakat berkumpul di rumah Anrong guru untuk mengadakan ritual keagamaan yang disertai dengan dzikir dan merupakan suatu tradisi yang harus dilakukan dalam setiap tahunnya agar dijauhkan dari mara bahaya, mencari, dan memohon doa keselamatan dari Allah SWT. Pada umumnya ibu-ibu membawa kue-kue tradisional seperti kue apang, onde-onde, lapis, pisang manis, dan kue-kue tradisional lainnya. Semua jenis kue sebagai simbol harapan dari masyarakat.
Mabbaja-annangkasi (membersihkan), kegiatan mabbaja–annangkasi dilakukan oleh masyarakat sekampung secara gotong-royong yang dipimpin kepala desa dan kepala dusun guna membersihkan fasilitas umum seperti saluran irigasi, jalanan kampung, dan lokasi kuburan. Mabbaja–Annangkasi rutin dilaksanakan setiap tahunnya, dalam acara ini masyarakat secara sukarela menyiapkan makanan.
Mappammula-appakaranmula (memulai), kegiatan ini adalah kegiatan permulaan turun sawah dan menanam padi dimana pada umumnya masyarakat secara bersamaan pada hari itu memulai turun dan mengolah tanahnya hingga menanam padi, dan tidak ada yang boleh turun dan menanam sebelum hari yang telah disepakati.
Acara mappasili-appasili kandungan, dilakukan pada saat usia kandungan sang ibu berumur 7 (tujuh) bulan. Dilaksanakan sebagai ritual untuk memohon keselamatan agar ibu dapat melahirkan bayinya dengan selamat.
Aqiqah, aqiqah yang pada dasarnya adalah tuntunan dalam agama Islam telah menjadi hal yang sangat membudaya pada masyarakat Desa Nisombalia. Acara ini merupakan rasa syukur kepada Allah SWT dari orang tua keluarga sang bayi sekaligus merupakan kesempatan untuk memberi nama bagi sang bayi dan merupakan kewajiban bagi ummat Islam yang mampu (bayi laki-laki 2 ekor kambing dan bayi perempuan 1 ekor kambing).
Sunatan/khitanan, acara khitanan adalah kegiatan yang akan menandai berakhirnya masa anak-anak seseorang menuju remaja. Khitanan sekaligus ritual yang dianggap secara resminya seorang anak manusia memeluk agama Islam. Seorang anak yang belum di Khitan dianggap belum muslim meskipun dia terlahir dari orang tua muslim. Oleh karena itu, ritual khitanan sering juga diistilahkan dengan pengislaman. Ritual pengislaman di Desa Nisombalia pada umunya telah memakai jasa medis, sedangkan untuk seorang anak perempuan cara pengislamannya tidak dilakukan secara medis melainkan memakai sanro khitanan/dukun sunat (di-kattang). Sebelum dilaksanakan khitanan bagi seorang anak perempuan, kepala sang perempuan ditaburi dengan beras pada waktu yang bersamaan diambilkan ayam untuk memakan beras yang ada diatas kepala dengan alasan apabila ayam tersebut memakan lebih banyak maka dianggap anak tersebut nantinya punya rezeki yang banyak.
Acara pernikahan, bagi warga Desa Nisombalia yang telah akan mengakhiri masa lajangnya merupakan saat-saat yang sangat krusial bagi diri dan keluarga besarnya. Proses pernikahan sering kali dianggap sebagai saat untuk melepaskan sang anak dari keluarganya menuju kehidupan yang riil. Dalam proses pernikahan ini akan dilaksanakan beberapa ritual yaitu:
Mammanu'–manu'/a'jangang-jangang (penyelidikan), proses penyelidikan keluarga laki-laki tentang status gadis yang akan dipinang.
Massuro-assuro (melamar), pihak laki-laki secara resmi melamar sang gadis, terkadang menjadi kesempatan untuk membicarakan tentang besarnya mahar, uang belanja dan waktu pelaksanaan membawa belanja;
Mappaenre balanca-appanai balanja (membawa uang belanja), pihak laki–laki membawa uang belanja kepada pihak perempuan, sesuai dengan kesepakatan pada saat pembicaraan sebelumnya.
Mappasili-appasili, suatu proses yang dilakukan bagi sang calon pengantin untuk dilaksanakan acara abbubuki dengan cara mencukur sebagian alis dan merupakan tanda bahwa untuk menghilangkan sial pada calon pengantin tersebut.
Mappaccing–a'mata-mata (malam pacar), dilaksanakan pada malam hari menjelang pernikahan besoknya. Dalam kesempatan ini keluarga besar calon pengantin akan berkumpul untuk mengadakan acara azzikiri (zikir) dan barasanji (berzanji). Dalam prosesi ini dirangkaikan dengan acara mappatemme' /appatamma' (khataman Al-Qur'an) dan mangngaru/a'ngaru.
Mangngaru–a'ngaru, suatu bentuk tradisi yang sering dilakukan masyarakat pada saat mappacci dan diiringi dengan alunan ganrang (gendang) bunting/mempelai laki-laki atau perempuan dengan tujuan a'ngaru pada saat ma'ngaru salah satu keluarga yang akan menperdengarkan sumpah tersebut di depan kepala lingkungan (Galla) atau yang dituakan dan yang duduk didepan tidak sembarangan. Pada saat mengucapkan kata biasanya menggunakan badik. Ucapan tersebut diartikan bahwa kami dari keluarga siap membantu dalam bentuk apapun yang dibahasakan (siri na pacce).
Mannikkah–a'nikkah (menikah), merupakan acara puncak yakni saat pengucapan ijab kabul sang pengantin keluarga kedua belah pihak.
Makkaddo' ca'di, suatu tradisi yang dilakukan pada pagi hari di rumah pengantin perempuan dimana kedua mempelai dengan berpakaian pengantin kembali diharuskan duduk berdampingan dengan menu sajian bahasa Makassarnya songkolo dan juku kalotoro.
Acara tradisi yang terakulturasi agama Islam, adapun acara peringatan Islam dimana warga Desa Nisombalia mayoritas menganut agama Islam adalah:
A'maudu/mammaudu (Maulid Nabi Besar Muhammad SAW), memperingati hari kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW masyarakat Desa Nisombalia pada umumnya mengadakan acara appanaung baku/embere dan dibungkus dengan sarung atau dihiasi dengan bunga-bunga, yang mana didalamnya terdapat berbagai macam sajian makanan seperti songkolo, ikan, telur, nasi, dan buah-buahan sesuai kemampuan masyarakat lalu dibawa ke masjid. Acara itu diperingati setiap tahunnya, baik diperingati di masjid maupun di rumah warga. Sebelum dibagikan ke warga pendatang maupun yang berdomisili di kampung maka terlebih dahulu dilakukan barasanji/assikkiri' .
Peringatan Isra dan Mi'raj, dalam memperingati acara tersebut, setiap tahunnya kalangan ummat Islam pada umumnya dan khususnya di Desa Nisombalia mengadakan peringatan Isra Mi'raj. Masyarakat pada umumnya menyediakan kue dengan berbagai macam sajian. Peringatan tersebut ada yang melakukan di masjid, rumah ataupun fasilitas umum seperti kantor, sekolah, dan lain-lain.
Meninggal (pulang ke Rahmatullah), meninggal dunia seperti pada umumnya di tempat lain atau di Desa Nisombalia pada khususnya, setiap warga yang meninggal akan diperlakukan sesuai dengan agama yang dianutnya dan pada umumnya warga Desa Nisombalia menganut agama islam.
Data informasi mengenai Indeks Desa Membangun (IDM) berperan membantu upaya pemerintah dalam memahami kondisi desa. Data yang diekspos sangat penting dalam perencanaan agar setiap tahun ada peningkatan status desa. Setiap tahun status desa diperbarui sesuai dengan capaian yang ada dalam indeks desa membangun. Tim ahli IDM yang menilai terdiri dari tenaga ahli bidang infrastruktur, pengembangan masyarakat desa, perencanaan partisipatif, dan pelayanan sosial dasar. IDM ini mengukur aspek indeks pembangunan desa, yakni ketahanan sosial, ketahanan lingkungan, dan ketahanan ekonomi. Indeks Desa Membangun meliputi kategori sangat tertinggal, tertinggal, berkembang, maju, dan mandiri. Kategori desa mandiri adalah kategori ideal yang ingin dicapai.
Pada tahun 2020, prestasi Indeks Desa Membangun (IDM) dari Desa Nisombalia mendapatkan raihan nilai 0,6944 dan diklasifikasikan dengan status desa berkembang di Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros.
^ abcdeTim Penyusun (2014). Naskah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) Tahun 2014–2019 Desa Nisombalia, Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros. Desa Nisombalia: Kepala Desa Nisombalia, Peraturan Desa Nisombalia No. 09 Tahun 2014.
^BPS Kabupaten Maros (2011-09-26). Kecamatan Marusu Dalam Angka 2011. maroskab.bps.go.id. BPS Kabupaten Maros. Diakses tanggal 2021-02-22.Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link)
^BPS Kabupaten Maros (2013-01-30). Kecamatan Marusu Dalam Angka 2012. maroskab.bps.go.id. BPS Kabupaten Maros. Diakses tanggal 2021-02-22.Periksa nilai tanggal di: |year= / |date= mismatch (bantuan)
^BPS Kabupaten Maros (2013-09-26). Kecamatan Marusu Dalam Angka 2013. maroskab.bps.go.id. BPS Kabupaten Maros. Diakses tanggal 2021-02-22.Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link)
^BPS Kabupaten Maros (2014-09-26). Kecamatan Marusu Dalam Angka 2014. maroskab.bps.go.id. BPS Kabupaten Maros. Diakses tanggal 2021-02-22.Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link)
^BPS Kabupaten Maros (2015-11-01). Kecamatan Marusu Dalam Angka 2015. maroskab.bps.go.id. BPS Kabupaten Maros. Diakses tanggal 2021-02-22.Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link)
^BPS Kabupaten Maros (2016-07-29). Kecamatan Marusu Dalam Angka 2016. maroskab.bps.go.id. BPS Kabupaten Maros. Diakses tanggal 2021-02-22.Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link)
^BPS Kabupaten Maros (2017-09-26). Kecamatan Marusu Dalam Angka 2017. maroskab.bps.go.id. BPS Kabupaten Maros. Diakses tanggal 2021-02-22.Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link)
^BPS Kabupaten Maros (2018-09-26). Kecamatan Marusu Dalam Angka 2018. maroskab.bps.go.id. BPS Kabupaten Maros. Diakses tanggal 2021-02-22.Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link)
^BPS Kabupaten Maros (2019-09-26). Kecamatan Marusu Dalam Angka 2019. maroskab.bps.go.id. BPS Kabupaten Maros. Diakses tanggal 2021-02-22.Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link)
^BPS Kabupaten Maros (2020-09-28). Kecamatan Marusu Dalam Angka 2020. maroskab.bps.go.id. BPS Kabupaten Maros. Diakses tanggal 2021-02-22.Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link)
^BPS Kabupaten Maros (2021-09-24). Kecamatan Marusu Dalam Angka 2021. maroskab.bps.go.id. BPS Kabupaten Maros. Diakses tanggal 2022-04-13.Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link)
^ abcJadesta Kemenparekraf RI. "Desa Wisata Nisombalia". jadesta.kemenparekraf.go.id. Diakses tanggal 8 April 2022.
^Biro Pusat Statistik (1996). Daftar nama desa tertinggal dan tidak tertinggal menurut propinsi dan kabupaten/kotamadya di pulau [nama pulau]. Biro Pusat Statistik. ISBN9789795982777.Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link)
Nama yang dimiringkan berarti merupakan desa wisata peringkat nasional di Indonesia berdasarkan Anugerah Desa Wisata Indonesia pada edisi 2021, 2022, dan 2023.