Nino Konis Santana
Nino Konis Santana (12 Januari 1957 – 11 Maret 1998) adalah komandan FALINTIL (Forças Armadas de Libertação Nacional de Timor Leste), gerakan perlawanan Timor-Leste semasa pendudukan Indonesia, sejak bulan 4 April 1993 hingga saat kematiannya. Konis Santana berasal dari suku Fataluku. Santana mengikuti pendidikan di sekolah Katolik dan bekerja sebagai guru di tanah kelahirannya hingga Operasi Seroja pada bulan Desember 1975. Antara tahun 1974-1975, Konis Santana adalah ketua organisasi mahasiswa Timor UNETIM yang berafiliasi dengan Frente Revolucionária do Timor-Leste Independente. Sebagai anggota komisi pemilihan umum, ia mempersiapkan pemilihan umum di sana dengan melakukan uji coba di Lospalos pada tanggal 13 Maret 1975 dan mempersiapkan kemerdekaan daerah jajahan Portugis tersebut. Tokoh-tokoh Frente Revolucionaria do Timor-Leste Independente banyak yang duduk sebagai calon. Pada tanggal 28 November 1975, Republik Demokrasi Timor Timur dinyatakan berdiri. Hanya beberapa hari kemudian, Tentara Nasional Indonesia mendarat di sana. Konis Santana berjuang di hutan dan menjadi wakil Daerah Militer Lospalos. Setelah meninggalkan markas tersebut pada tahun 1981, ia menjadi anggota kelompok yang dipimpin Xanana Gusmão. Pada tahun 1992, Konis Santana menjadi asisten politik Gusmão. Pada tahun 1990, Konis Santana berhadapan dengan TNI, dan mendapatkan luka di leher, paha, dan kaki. Pada tahun 1991, Konis Santana mendirikan markas di Ermera, karena ada rencana untuk memperpanjang wilayah pertempuran hingga bagian barat pulau. Di sini, ia mendirikan kapel kecil yang dipersembahkan untuk Bunda Maria dari Fátima. Karena Gusmão ditangkap oleh TNI pada bulan November 1992, Ma'huno Bulerek Karathayano diangkat sebagai komandan FALINTIL. Konis Santana menjadi anggota Komite Politik Militer. Pada bulan April 1993 pun Ma'huno akhirnya dipenjara dan Konis Santana menjadi komandan FALINTIL yang baru. Dalam FRETILIN, Konis Santana menjadi sekretaris komite instruksi. Konis Santana meninggal dalam kecelakaan di tengah-tengah kabut tebal saat berusaha naik bukit untuk bersembunyi. Sampai matinya pun di pahanya masih bersarang peluru yang didapatkannya saat baku tembak dengan TNI 8 tahun yang lalu. Kedudukannya sebagai ketua Falintil digantikan oleh Taur Matan Ruak. Taman Nasional Nino Konis Santana, merupakan taman nasional pertama di Timor-Leste yang berada di Tutuala, distrik Lautem dinamai menurut namanya pada tahun 2007. Rujukan
|