Nil Maizar
Nil Maizar (lahir 2 Januari 1970) adalah seorang pelatih, mantan pemain sepak bola, dan politikus Indonesia. Ia merupakan mantan pemain Semen Padang FC yang berposisi sebagai bek tengah dan ia juga pernah menjadi pelatih tim nasional sepak bola Indonesia senior.[1] Kehidupan awalNilmaizar dilahirkan di Payakumbuh pada 2 Januari 1970. Pendidikan awal didapatnya dari SD Negeri 4 Teladan Payakumbuh (1977-1983) dan SMP Negeri 1 Payakumbuh (1983-1986). Ia kemudian masuk ke SMA Negeri 39 Jakarta dan lulus pada tahun 1989.[2] Ia meraih gelar sarjana ekonomi dari Universitas Ekasakti, Padang pada tahun 1999.[3] PemainJuniorIa memulai kariernya di klub kampung halamannya, Persepak Payakumbuh, di usia 10 tahun pada 1980.[4] Enam tahun kemudian, ia bergabung dengan Diklat Padang, tetapi hanya setahun kemudian, ia terpilih ke Diklat Ragunan. Garuda IINil merupakan anggota tim nasional Indonesia Garuda II pada periode 1989-1991. Pada tahun 1990, Nil sempat merasakan magang di klub elite AC Sparta Praha di Republik Ceko. Selama enam bulan berada di klub tersebut, Nil bersama rekannya di timnas, Agus Yuwono, tampil di kompetisi kasta kedua.[5] Ia ditangani oleh pelatih legendaris Ceko, Josef Masopust.[5] Semen PadangSetelah kembali dari Ceko, Nil bermain di Semen Padang selama lima tahun (1992-1997). Ia ikut serta dalam skuat Kabau Sirah yang memenangi Piala Galatama pada 21 Juli 1992, mengalahkan Arema Malang dengan skor 1-0.[6] Ia kemudian dua tahun bermain untuk PSP Padang sebelum memutuskan pensiun pada 1999. Sambil menekuni sepak bola sebagai profesinya, Nil juga tercatat sebagai mahasiswa Universitas Ekasakti Padang pada 1992 sampai 1999, dimana ia meraih gelar sarjana ekonomi.[2] PelatihSemen PadangArcan Iurie ditunjuk menjadi pelatih Semen Padang pada tahun 2009, saat klub tersebut masih di Divisi Utama Liga Indonesia. Nil ditunjuk sebagai asistennya. Duet tersebut berhasil mengantarkan Semen Padang ke Liga Super Indonesia 2010-11 lewat kemenangan 1-0 kontra Persiram Raja Ampat pada 29 Mei 2010 di Stadion Manahan.[7] Polemik bergulir saat manajemen Semen Padang tidak memperpanjang kontrak sang pelatih asal Moldova.[8] Nil justru ditunjuk menjadi pelatih kepala Semen Padang.[9] Pada musim perdananya, Nil berhasil membawa Semen Padang ke posisi keempat Liga Super. Saat klub memutuskan bergabung ke Liga Prima untuk musim 2011-12, Nil tetap melatih SP. Timnas IndonesiaPrestasi Nil di Padang menarik perhatian PSSI. Kebetulan, posisi pelatih kepala tim nasional sepak bola Indonesia masih belum jelas seiring pemecatan Alfred Riedl dan desakan timnas U23 untuk menarik Aji Santoso, caretaker pelatih tim senior, ke tim mereka. Akhirnya, PSSI lewat koordinator tim nasional Bob Hippy resmi menetapkan Nil sebagai pelatih tim nasional Indonesia pada 13 April 2012.[10] Ia didampingi oleh Fabio Oliveira, staf pelatih Persija IPL. Sementara itu, posisinya sebagai pelatih kepala Semen Padang digantikan oleh direktur teknik Suhatman Imam.[11] Ia sempat berjanji kepada publik Padang untuk kembali melatih Kabau Sirah.[12] Turnamen pertama Nil sebagai pelatih timnas adalah Piala Internasional Palestina 2012 pada Mei 2012. Indonesia tergabung dalam grup B bersama Mauritania dan Kurdistan, dan PSSI menggelar pemusatan latihan pada akhir April. Nil terpaksa meninggalkan pelatnas di Yogyakarta untuk mengikuti kursus kepelatihan yang digelar oleh Asosiasi Sepak Bola Jerman dari tanggal 23 April sampai 12 Mei di Koeln.[13] Pelatnas diserahkan kepada asistennya Oliveira, dan Nil sendiri baru bisa menyusul timnas ke Palestina pada 12 Mei.[14] Hasil yang diraih tim cukup baik, dimana Mauritania berhasil dikalahkan 2-0, tetapi tertahan imbang 1-1 oleh Kurdistan. Di semifinal, Indonesia dikalahkan tuan rumah Palestina 2-1. Ia memimpin tim nasional langsung di Piala SCTV, meskipun takluk 2-0 dari Korea Utara pada 10 September 2012 di Gelora Bung Tomo, Surabaya.[15] Piala AFF 2012Saat konflik dualisme di internal PSSI semakin meruncing, Nil tetap bersama tim yang ia persiapkan untuk Piala AFF 2012 di Malaysia. Usahanya untuk memanggil beberapa pemain kunci yang berlaga di Liga Super gagal, karena liga tersebut, yang notabene dibawah kontrol Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia, melarang pemainnya bergabung dengan tim nasional. Meskipun begitu, PSSI tetap bersikeras mendaftarkan enam pemain ISL, meskipun keenam nama tersebut tidak pernah berangkat.[16] Meskipun disertai kritik keras publik, alhasil, Nil hanya bisa membawa sederet pemain yang belum dikenal publik ke Malaysia. Notabene hanya Irfan Bachdim, Andik Vermansyah dan Bambang Pamungkas yang ada di tim tersebut. Sisanya Nil memanggil beberapa pemain yang dinaturalisasi seperti Tony Cussel dan Jhonny van Beukering, serta Arthur Irawan yang bermain di Espanyol.[17] Indonesia hanya berhasil menduduki peringkat ketiga Grup B, setelah mengantongi empat poin dari tiga laga (menahan imbang Laos, mengalahkan Singapura tetapi ditaklukkan Malaysia), otomatis gagal melaju ke fase berikutnya. Pada awal Februari 2013, PSSI resmi menggaet pelatih asal Argentina, Luis Manuel Blanco sebagai pelatih kepala tim nasional, lewat mekanisme g-to-g antara kedua negara. Otomatis posisi Nil (dan Aji Santoso selaku pelatih tim U23) dikabarkan akan tergusur.[18] Meskipun sempat dianulir Djohar Arifin Husin sendiri selaku ketua PSSI, Nil dan asistennya resmi dipecat pada 27 Februari, bersama sekretaris jenderal Halim Mahfudz.[19] Nil sempat menyatakan memasrahkan urusan tersebut kepada PSSI, meskipun kontraknya masih ada sampai 2016,[20] tetapi ia tetap meminta PSSI menyelesaikan kewajibannya untuk membayar gajinya yang tertunggak.[21] PSSI akhirnya baru menunaikan kewajiban tersebut pada 19 April.[22] Putra SamarindaSetelah memutuskan berhenti dari dunia politik, pada 2014 Nil Maizar kembali melatih dan menjadi pelatih Putra Samarinda sejak putaran ke-2 Liga hingga Oktober 2014 untuk menggantikan Mundari Karya yang mengundurkan diri.[23] PolitikSetelah dipecat dari tim nasional, Nil memutuskan maju sebagai calon legislatif Dewan Perwakilan Rakyat pada pemilihan umum legislatif Indonesia 2014 lewat Nasional Demokrat.[24] Ia akan bertanding di daerah pemilihan Sumatera Barat II. Meskipun begitu, Nil menyatakan bahwa ia tidak akan meninggalkan sepak bola, dan menyebut pencalonannya sebagai anggota DPR adalah sebuah "panggilan jiwa".[25]. Namun karier politiknya tak berlangsung lama, pada 2014 ia kembali menjadi pelatih klub Putra Samarinda.[23] Sejarah elektoral
Referensi
|