Neraca perdaganganNeraca perdagangan atau neraca ekspor-impor adalah perbedaan antara nilai ekspor dan impor suatu negara pada periode waktu tertentu, diukur menggunakan mata uang yang berlaku.[1] Neraca positif artinya terjadi surplus perdagangan jika nilai ekspor lebih tinggi dari impor, dan sebaliknya untuk neraca negatif. Neraca pedagangan sering kali dibagi berdasarkan sektor barang dan sektor jasa. Kebijakan ekonomi di berbagai negara di Eropa pada abad pertengahan dikelompokkan dalam merkantilisme. Pemahaman awal mengenai ketidakseimbangan perdagangan muncul dari praktik dan penyelewengan pada merkantilisme ketika sumber daya alam dari koloni di benua Amerika diekspor untuk ditukar dengan barang jadi dari Inggris, yang lalu memicu Revolusi Amerika.[2][3] ProsesNeraca pembayaran dapat terjadi di dalam perekonomian tertutup maupun perekonomian terbuka. Ini dikarenakan adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara pasar keuangan dan pasar barang. Ini dapat teramati dalam jumlah pendapatan nasional yang berkaitan dengan devisa negara dan investasi. Nilai dari pendapatan nasional selalu sama dengan selisih devisa negara dan investasi yang digunakan dalam ekonomi negara. Dalam kaitannya dengan ekpor produk, maka akan selalu terjadi selisih dari keseimbangan kegiatan ekspor dan impor. Investasi asing langsung merupakan selisih antara devisa negara dengan investasi negara. Nilai investasi asing langsung sama dengan selisih dari jumlah yang dipinjamkan penduduk domestik ke luar negeri dengan jumlah pinjaman asing. Jika investasi asing langsung bernilai positif, devisi negara melebihi investasinya, dan kelebihannya dipinjamkan kepada negara lain. Jika investasi asing langsung bernilai negatif, perekonomian mengalami invetasi tambahan sehingga investasi yang diperlukan melebihi devisa, dan perekonomian membiayai investasi tambahan ini dengan meminjam dari luar negeri. Dalam hal ini, neraca pembayaran mewakili aliran dana internasional untuk membiayai akumulasi modal.[4] PendukungStandar emasNeraca perdagangan secara konseptual dapat dipertahankan atau diseimbangkan menggunakan standar emas. Hal ini dapat berlaku jika di suatu negara tidak terjadi distorsi ekonomi. Ketika suatu negara mengalami surplus dalam neraca perdagangan, kegiatan ekspor barang akan terjadi ke negara lain dengan diimbangi dengan kegiatan impor emas yang banyak pula. Impor emas mempercepat jumlah uang beredar sehingga terjadi peningkatan harga dari barang maupun jasa. Sedangkan di negara yang mengimpor barang lebih banyak, maka impor emasnya akan berkurang. Kondisi ini membuat peredaran mata uang berkurang dan menurunkan harga barang di negara tersebut. Negara yang mengimpor barang akhirnya akan mampu mengalami surplus juga dalam neraca perdagangan. Sebaliknya, kenaikan harga di negara yang mengespor produk akan menyebabkan neraca pembayarannya mengalami defisit. Kondisi ini menyebabkan terjadinya keseimbangan perdagangan secara alami.[5] DampakKrisis mata uangNeraca perdagangan merupakan selisih antara nilai ekspor dengan neraca berjalan. Ketika nilai selisih membesar maka ini menandakan adanya ketidakseimbangan dalam perdagangan luar negeri. Selisih pada neraca pembayaran yang terus menerus terjadi dalam jumlah yang terlalu besar akan mengakibatkan terjadinya krisis mata uang. Nilai mata uang akan menjadi sangat rendah di dalam negeri akibat adanya depresiasi yang besar. Kondisi ini akan menyebabkan terjadinya krisis ekonomi di suatu negara secara keseluruhan. Penyebabnya ialah bertambahnya jumlah pembayaran utang luar negeri akibat penurunan nilai mata uang domestik. Hal ini berlaku pada jenis utang yang menggunakan denomisasi mata uang asing.[6] Referensi
Pranala luara
|