Nazi chic
Nazi chic adalah penggunaan gaya, pencitraan, dan parafernalia era Nazi dalam budaya populer dan busana, khususnya saat digunakan untuk mematahkan ketabuan atau nilai mengejutkan ketimbang menjadi simpatisan sebenarnya dari Nazisme. Penggunaannya dimulai pada pertengahan tujuh puluhan dengan munculnya gerakan punk di London, penampilan televisi pertama Sex Pistols ditampilkan dengan seseorang dari mereka mengenakan sebuah swastika.[1] Nazi chic kemudian digunakan dalam industri mode dalam beberapa kali. Nazi chic di AsiaSeragam dan pencitraan lainnya yang berkaitan dengan Jerman Nazi dijual di Asia Timur dan Asia Tenggara, dimana beberapa orang menganggapnya bermode. Hong Kong dan Jepang menyaiksikan pertumbuhan pemakaian seragam SS, serta peningkatan pemahaman dalam musik White power. Terkadang di Asia Timur, seragam Nazi dipakai sebagai bagian dari permainan kostum/cosplay.[2] Di Korea Selatan, sebuah kawasan yang umumnya terisolasi dari pengaruh budaya Nazi pada era Nazi, majalah Time mengamati pada 2000 "sebuah faksinasi tak terpikirkan dengan ikon dan pencitraan Reich Ketiga."[3] Pencitraan yang terinspirasi dari Nazi muncul dalam berbagai perilisan awal dari band Jepang The 5.6.7.8's.[4] Di Indonesia, Soldatenkaffe, sebuah kafé yang menampilkan memorabilia dan dekorasi Nazi ditutup pada 2013 karena kontroversi dan kritikan dari media internasional. Namun, SoldatenKaffe dibuka kembali pada 2014, pemiliknya mengklaim bahwa ia tak pernah berniat mempromosikan ideologi Nazi dan menyatakan bahwa Nazisme hanya dipandang dari sebuah sudut pandang sejarah di Indonesia.[5] Di beberapa bagian dunia, Perang Dunia tak diajarkan di sekolah-sekolah sebagai pertempuran ideologi politik, namun sebagai sebuah perang konvensional. Jenis pendidikan tersebut mengancam Hitler dan Partai Nazi sebagai pemimpin berkuasa dan karismatik dari negara-negara pada masa perang, dan sebagai gantinya dianggap sebagai penjahat perang. George Burdi, mantan kepala label rekaman neo-Nazi Resistance Records, mengklaim telah menjual beberapa CD ke Jepang, karena beberapa orang Jepang meyakini diri mereka sendiri sebagai ras unggul di dunia timur.[6] Di Turki, buku Hitler Mein Kampf menjadi buku dengan penjualan terbaik pada awal 2005 setelah potongan harga dan kebangkitan nasionalisme Turki.[7][8] Lihat pulaCatatan kaki
|