Nara, Nara
Nara (奈良市 , Nara-shi, kota Nara) adalah ibu kota Prefektur Nara. Kota ini terletak di bagian utara Prefektur Nara, dan berbatasan dengan Prefektur Kyoto. Nara merupakan salah satu kota wisata yang ramai di Jepang. Monumen Historis Nara Kuno adalah sebutan untuk 7 bangunan kuil Buddha dan Shinto, reruntuhan Istana Heijō, dan Hutan Kasugayama yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO. Ketujuh bangunan kuil tersebut adalah Tōdai-ji, Saidai-ji, Kōfuku-ji, Kasuga Shrine, Gangō-ji, Yakushi-ji, Tōshōdai-ji. Di zaman Nara, ibu kota Jepang yang bernama Heijō-kyō berada di wilayah kota Nara yang sekarang. Heijō-kyō merupakan kota tujuan akhir Jalan Sutra di Jepang, sekaligus tempat berkembangnya Kebudayaan Tempyō yang berpusat pada agama Buddha dan kalangan aristokrat. SejarahDi wilayah kota bagian barat terdapat sejumlah makam kuno berukuran besar asal abad ke-5. Di antara makam kuno yang terletak di kota Nara adalah makam kuno Uwanabe yang membentuk gugus makam kuno Saki. Catatan sejarah tahun 710 menceritakan kepindahan ibu kota Jepang dari Fujiwara-kyō ke Heijō-kyō di wilayah kota yang sekarang dikenal sebagai Nara. Setelah itu, ibu kota Jepang mengalami beberapa kali perpindahan hingga akhirnya ibu kota berada Nagaoka-kyō. Setelah ibu kota pindah ke Nagaoka-kyō, kuil Tōdai-ji dan Kōfuku-ji di Nara tetap merupakan kekuatan politik yang berpengaruh, sehingga Nara disebut sebagai ibu kota selatan (Nantō). Memasuki abad pertengahan, kuil Kōfuku-ji ditunjuk sebagai penjaga wilayah (shugo) Provinsi Yamato. Pada waktu itu, kuil Buddha dan Shinto di Nara memiliki tanah yang luas dalam sistem tuan tanah feodal, dan bertahan sebagai kekuatan politik. Dibandingkan dengan perannya pada masa damai, kuil-kuil di kota Nara justru merupakan kekuatan besar pada masa perang. Akibatnya, kuil-kuil di kota Nara berkali-kali menjadi sasaran pembakaran. Patung Buddha Agung di Tōdai-ji bahkan sempat hangus terbakar hingga dua kali. Sepanjang zaman Muromachi hingga zaman Sengoku, kekuatan politik dan militer kuil-kuil di kota Nara berhasil ditekan oleh penguasa militer dari kalangan samurai. Di zaman Edo, Nara dijadikan wilayah kekuasaan langsung Keshogunan Tokugawa. Hingga sekarang, sisa-sisa peninggalan zaman Edo masih bisa dilihat di wilayah kota bernama Naramachi. Pada masa itu, bagian timur laut wilayah kota Nara disebut Yagyū-han, karena merupakan wilayah kekuasan (han) keluarga Yagyū. Kota Nara bersama Kyoto tidak dibom oleh tentara Sekutu pada saat Perang Dunia II, yang menjadi alasan bahwa banyak situs bersejarah asli kota ini masih berdiri. GeografiKota yang sekarang disebut Nara terletak di sebelah utara Prefektur Nara, tepatnya di ujung utara wilayah Lembah Sungai Nara. Bagian timur kota terletak di Dataran Tinggi Yamato yang memiliki ketinggian antara 300-600 meter di atas permukaan laut. Bagian utara kota merupakan kawasan bergunung-gunung yang pada zaman kuno disebut Gunung Nara (Narayama), dan berbatasan dengan Prefektur Kyoto. Wilayah kota Nara membentang dari barat ke timur. Wilayah kota bagian timur terletak di antara dua pegunungan, sedangkan permukiman penduduk terdapat di wilayah kota sebelah barat. Peninggalan bersejarah banyak terdapat di bagian tengah hingga timur kota. Kota Nara dialiri Sungai Saho, Sungai Tomio, Sungai Yamato, dan Sungai Kizu. Di zaman dulu, aksara kanji yang digunakan untuk menulis kata "Nara" adalah 那羅, 寧楽, atau 平城. Salah satu alasan kota ini diberi nama "Nara" adalah wilayah kota yang terlihat datar (narashita youna). Penjelasan lain mengatakan nama kota ini berasal dari kata "Nara" dalam bahasa Korea yang berarti negara atau kampung. Tujuan wisata
Kota kembar
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Nara.
|