Nama diriDalam filsafat, nama diri adalah sebuah nama yang menunjukkan hakiki suatu hal yang sedang diperbincangkan, tetapi tidak memberitahu lebih lanjut mengenai apa itu.[1] Salah satu tantangan filosofi modern adalah bagaimana cara mendeskripsikan nama yang sebenarnya, dan menjelaskan artinya. PermasalahanSebuah "nama diri" memberitahukan apa hal yang dimaksud, tanpa memberitahukan lebih jauh mengenai hal yang dimaksud. Hal ini dimungkinkan karena:
Teori nama diriAda banyak teori yang beredar, tetapi tidak teori tunggal yang diterima oleh semua kalangan.
Teori ini menyebutkan bahwa arti yang dimiliki oleh sebuah "nama diri" terdiri dari berbagai properti yang dapat diterangkan dalam bentuk deskripsi yang menggunakan sebuah objek yang cocok dengan deskripsi tersebut. Deskripsi yang dimaksud adalah "perasaan"/"nalar" yang timbul dari nama tersebut Jadi menurut teori deskripsi tentang makna, maka dijelaskan bahwa nalar/perasaan terhadap suatu nama dapat dijelaskan dalam bentuk deskripsi, dan deskripsi tersebut, sama seperti sebuah definisi, mengambil sang nama yang tercantum. Perbedaan antara keduanya (deskripsi yang terkandung dan hal yang mengandung deskripsi) adalah seperti perbedaan antara ekstensi dan intensi, atau konotasi dan denotasi. Contoh: Ekstensi dari kata umum seperti "anjing" adalah anjing-anjing yang ada di dunia; ekstensi tersebut adalah referensi apa saja yang dapat digunakan pada saat memakai kata tersebut. Intensi dari kata tersebut sebenarnya adalah deskripsi umum tentang apa saja yang dimiliki oleh anjing (berkaki empat, berekor, hidung basah, dll); itulah yang dimaksudkan oleh deskripsi tersebut.
Kata benda sebenarnyaKata benda sebenarnya adalah kata benda yang mewakili suatu entitas yang unik (seperti Bali, Bumi, atau Joni), untuk membedakan dengan kata benda biasa yang dapat berarti sekelompok entitas (seperti kota, dunia, atau manusia). Di dalam bahasa Indonesia dan kebanyakan bahasa-bahasa yang menggunakan huruf Latin, kata benda diberi awalan huruf besar (kapital). Nama diri dan ToponimiDalam ilmu penamaan geografi (toponimi), nama unsur geografis biasanya dapat dibagi menjadi dua, yaitu nama generik yang terletak di awal, dan nama spesifik yang terletak di akhir. Nama generik menjelaskan atau menggambarkan bentuk geografisnya, misalnya gunung, sungai, pulau, dan sebagainya; nama spesifik atau nama diri unsur geografis tersebut biasanya unik dan digunakan untuk membedakan gunung yang satu dengan yang lainnya, sungai yang satu dengan yang lainnya, dan seterusnya. Nama spesifik dapat berupa kata sifat seperti 'baru' atau 'indah', kata benda, atau nama diri entitas lain (tokoh maupun unsur geografis lain), contohnya kota-kota di dunia yang dinamai menurut Aleksander yang Agung diberi nama Aleksandria. Secara umum penulisan nama generik dan nama diri ini ditulis secara terpisah, kecuali pada kasus-kasus tertentu yang tidak umum. Lihat pula
Referensi
|