NabotNabot (bahasa Ibrani: נבות) "orang Yizreel" adalah tokoh sentral dari suatu bagian dari Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen, terutama dalam Kitab Raja-raja. Catatan AlkitabMenurut cerita, Nabot memiliki sebidang tanah di lereng timur bukit Yizreel,[1] di sebelah barat daya Danau Galilea. Digambarkan sebagai "sebidang tanah" kecil, kebun anggur itu tampaknya adalah seluruh harta miliknya yang terletak dekat dengan istana Raja Ahab,[2] yang ingin mendapatkannya untuk "dijadikan kebun sayur". Raja menjanjikan kompensasi, berdasarkan pada asumsi bahwa Nabot memiliki kebun anggur atas dasar hak guna tanah. Namun, Nabot, telah mewarisi tanah itu dari ayahnya, dan, menurut hukum Yahudi, tidak bisa memindahkan hak miliknya. Dengan demikian, ia menolak untuk menjualnya kepada raja.[3] Ahab menjadi sangat kesal karena tidak bisa mendapatkan kebun anggur itu. Kembali ke istananya, ia berbaring merajuk di tempat tidurnya, wajahnya ke dinding, dan menolak untuk makan. Istrinya, Izebel, setelah mengetahui alasan depresinya itu (selain menjadi kesal karena keadaan emosional raja, mendesak dia untuk kembali ke hiburannya berkata mengejek, "Apakah engkau raja atau bukan?"), berjanji bahwa dia akan mendapatkan kebun anggur untuknya. Untuk melakukannya, ia berencana untuk membunuh Nabot oleh pengadilan palsu, dan kemudian mengatakan kepada Ahab untuk mengambil alih kebun anggur sebagai ahli waris.[4] Sebagai hukuman untuk tindakan ini, nabi Elia mengunjungi Ahab saat ia berada di kebun anggur, mengucapkan kutukan pada dirinya. Ahab merendahkan diri setelah mendengar kata-kata Elia,[5] dan Allah tidak jadi menimpakan hukuman pada raja, melainkan menubuatkan kehancuran pada putranya Yoram.[6] Sarjana Yahudi pada abad pertengahan kadang-kadang menggunakan kata-kata Elia kepada Ahab "Anda telah membunuh dan juga mengambil kepemilikan" ("הֲרָצַחְתָּ וְגַם יָרָשְׁתָּ") atau ekspresi "kebun anggur Nabot" untuk mengisyaratkan ketidakadilan berganda (atau kejahatan yang dilakukan dengan keji, sebagai lawan dari kejahatan "sederhana"). Talmud juga melihat di sini kaitan dengan larangan mencampur susu dan daging dalam hukum Yahudi. InterpretasiRoger Williams, pendiri koloni Amerika di Rhode Island dan pendiri bersama dari Gereja Baptis Pertama di Amerika menulis tentang kisah Nabot dalam The Bloudy Tenent of Persecution for Cause of Conscience sebagai contoh bagaimana Allah tidak menginginkan orang-orang Kristen menggunakan kekuatan pemerintah dalam urusan agama, seperti dekrit agamawi oleh Izebel dan Ahab. Williams meyakini bahwa penggunaan kekerasan atas nama agama akan menyebabkan penganiayaan politik yang bertentangan dengan Alkitab.[7] Dalam budaya populerNabot diperankan oleh Ludwig Donath dalam film tahun 1953 Sins of Jezebel ("Dosa-dosa Izebel"). Plot film Leviathan tahun 2014, tentang perjuangan manusia melawan upaya perampasan tanah dan rumah oleh seorang wali kota yang korup, telah dibandingkan oleh para kritikus dengan kehidupan Nabot. Lihat pula
Referensi
|