Museum Bank Indonesia Padang
Museum Bank Indonesia Padang (sebelumnya De Javasche Bank Padang) adalah bangunan berarsitektur kolonial peninggalan pemerintah Hindia Belanda bekas Bank Indonesia (BI) yang terletak di Jalan Batang Arau, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Sumatera Barat. Bangunan ini dibangun pada 31 Maret 1921 dan diresmikan pada 12 Januari 1925[1] sebagai kantor cabang De Javasche Bank sebelum diambil alih oleh BI pada 1 Juli 1953. Bangunan ini merupakan kantor kedua De Javasche Bank Padang, menggantikan kantor lama yang dibangun pada 1865.[1] Letaknya berada di dekat Jembatan Sitti Nurbaya, yang dibangun melintasi sungai Batang Arau. Kawasan ini pada zaman Hindia Belanda merupakan kawasan pusat perkantoran, perdagangan, dan militer di Padang. Di jalan ini, berdiri berderet bangunan-bangunan tua bekas kantor pemerintahan, perbankan, dan kantor dagang peninggalan VOC.[2] Pada tahun 1998, bangunan ini ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya bersama beberapa bangunan bersejarah peninggalan pemerintah Hindia Belanda lainnya di Padang.[3] SejarahPadang adalah salah satu kota utama di Pulau Sumatra. Terletak di pesisir pantai barat Sumatra, Padang berkembang menjadi kota perdagangan dan militer antara abad ke-18 sampai abad ke-19.[4] Pada tahun 1864, De Javasche Bank resmi membuka kantor cabang di Padang. Inilah kantor cabang De Javasche Bank yang ketiga di Hindia Belanda setelah Semarang dan Surabaya, atau yang pertama di luar Pulau Jawa.[5] Hadirnya kantor cabang De Javashce Bank di Padang terealisasi berkat permohonan Kamer van Koophandel en Nijverheid (Kamar Dagang dan Industri) Kota Padang kepada Pemerintah Pusat dan Direktur De Javasche Bank di Batavia (sekarang Jakarta). Hal ini menunjukkan pentingnya kota ini sebagai pintu utama perdagangan dan keuangan di Sumatra.[5] Gedung De Javasche Bank yang pertama di Padang terletak seberang gedung baru. De Javasche Bank Padang resmi beroperasi mulai 29 Agustus 1864, dengan direktur pertamanya bernama A.W. Verkouteren. Pada tahun 1912, De Javasche Bank berencana membangun gedung baru di dekat Pelabuhan Muara. Akan tetapi, karena kendala perizinan, pembangunannya baru terealisasi pada tahun 1921. Pada waktu itu, kawasan Muara direncanakan menjadi areal pelabuhan, sehingga bangunan-bangunan yang tidak terkait dengan pengembangan pelabuhan laut sulit mendapatkan izin. Baru akhirnya pada 31 Maret 1921, pembangunan gedung De Javasche Bank yang baru mulai dilakukan.[6] Pada tahun 1925 gedung baru De Javasche Bank mulai difungsikan. Pada saat itu, direktur De Javashce Bank Padang dijabat oleh F.H. Westerling.[1] Pada 1 Juli 1953, menyusul kemerdekaan Indonesia, fungsi dan operasi De Javasche Bank di seluruh Indonesia diambil alih oleh Bank Indonesia (BI). BI menggunakan gedung ini untuk operasionalnya sampai tahun 1977.[6] ArsitekturDikerjakan oleh kontraktor Hulswitt-Fermont-Cuypers Architechten & Engineeren Beureau dari Batavia, arsitektur bangunan ini sedikit mengambil gaya rumah pendopo Jawa. Pintu-pintunya dibuat lebar dan tinggi bergaya Eropa, dan puncak atapnya berbentuk seperti kubah masjid.[4] Di depannya ada sebuah monumen berupa tugu kecil yang dibangun untuk mengenang Ir. Willem Hendrik de Greve, ahli pertambangan Belanda yang mati hanyut ketika melakukan penelitian di Batang Kuantan pada tahun 1872. Ini karena areal tempat gedung ini dibangun berada di kawasan Taman De Greve, dan salah satu dermaga di Pelabuhan Muara diberi nama De Grevekade.[6] Di tempat bekas lokasi Monumen De Greve saat ini berdiri Jembatan Sitti Nurbaya. Jembatan ini membentang sepanjang 156 meter di atas sungai Batang Arau menghubungkan kawasan Muara dengan kawasan Seberang Padang dan Gunung Padang. Lihat pulaWikimedia Commons memiliki media mengenai Old Bank Indonesia Building, Padang.
Rujukan
|