Mohammad Sarengat
Mohammad Sarengat (28 Oktober 1939 – 13 Oktober 2014) merupakan seorang pelari berkebangsaan Indonesia. Sarengat merupakan atlet Indonesia pertama yang memenangkan medali emas pada Pesta Olahraga Asia. Ia meraih emas pada nomor lari 100 meter pada Pesta Olahraga Asia 1962.[1] BiografiKehidupan awalLahir di Kedunguter, Kabupaten Banyumas, Sarengat besar di Kabupaten Batang sebelum menetap di Surabaya. Ia berasal dari keluarga atlet – ayahnya, Prawirosuprapto adalah seorang guru dan petenis[2] sementara pamannya, Mursanyoto adalah kiper tim nasional sepak bola Indonesia.[3] KarierSarengat mengharumkan nama Indonesia pada Pesta Olahraga Asia 1962 di Jakarta dengan meraih dua medali emas dari cabang atletik nomor lari 100 meter dan 110 meter lari gawang putra. Ia sekaligus mencetak rekor Asia untuk lari 100 meter dengan catatan 10,5 detik. Rekor itu baru pecah 25 tahun kemudian oleh Purnomo dengan waktu 10,3 detik.[4] Ia juga meraih medali perunggu dalam nomor lari 200 meter.[5] Emas dari cabang atletik di Pesta Olahraga Asia baru bisa dipersembahkan kembali oleh Supriati Sutono di nomor lari 5.000 meter putri pada Pesta Olahraga Asia Bangkok 1998. Di Pesta Olahraga Asia 2014 Incheon, giliran Maria Natalia Londa merebut emas di nomor lompat jauh putri.[1] Setelah pensiun, sebuah stadion sepak bola di Kabupaten Batang (daerah asalnya) dinamai sebagai Stadion M. Sarengat.[3] Dia menyelesaikan karier atletiknya pada 1963 dan memutuskan untuk fokus menyelesaikan pendidikan dokternya.[6] Setelah menyelesaikan pendidikannya, dia menjadi dokter tentara Angkatan Darat, dengan pangkat terakhir Kolonel CKM (Corps Kesehatan Militer).[7] Ketua tim dokter kepresidenan saat itu, Brigjen dr. Rubyono Kertapati, mengusulkan nama Sarengat untuk menjadi dokter pribadi Wakil Presiden Sultan Hamengkubuwono IX pada tahun 1973-1978, dan kemudian Wakil Presiden Adam Malik pada tahun 1978-1983.[6] Setelah itu dia kembali ke dunia olahraga dengan menduduki kursi ketua bidang pembinaan prestasi PB PASI (Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia), dan sekretaris jenderal Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat.[8] Terakhir, dia menjadi ketua Sports Campus Wijaya Kusuma (SCWK), sebuah klinik rehabilitasi pengguna narkoba melalui pendekatan olahraga. SCWK menekankan pentingnya olahraga dalam proses penyembuhan korban narkoba.[9] KematianSarengat meninggal dunia pada Senin, 13 Oktober 2014 pukul 13.45 WIB pada usia 74 tahun di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan.[10] Sarengat meninggal setelah menjalani perawatan di rumah sakit selama seminggu karena suhu badannya tinggi dan sulit bernapas.[11] Referensi
|