Moai
Moai adalah patung-patung monolit yang dipahat oleh orang-orang Rapanui di Pulau Paskah, bagian timur Polinesia, antara tahun 1250 dan 1500.[1][2] Sebagian besar moai dipahat dari batu karang vulkanik lunak yang terdapat di daerah Rano Raraku, di mana tersisa sekitar 400 moai lainnya yang belum jadi. Tambang tersebut sepertinya ditinggalkan tiba-tiba. Hampir seluruh moai yang telah selesai dipahat kemudian dihancurkan oleh penduduk pribumi setempat pada masa setelah berakhirnya konstruksi. Walaupun biasanya teridentifikasi melalui "kepala", banyak moai yang mempunyai bahu, lengan dan batang tubuh yang telah tertimbun selama bertahun-tahun. Makna "moai" masih belum diketahui walaupun banyak teori mengenai asal usul patung-patung ini. Teori yang paling dikenali ialah moai tersebut dipahat oleh penghuni asal Polinesia lebih dari seribu tahun lalu. Moai diyakini mewakili arwah leluhur (sebagai penanda kuburan), atau mungkin mewakili tokoh terkemuka serta sebagai simbol status keluarga. Moai sangatlah mahal untuk dipahat dan membutuhkan waktu yang lama. Moai juga harus diangkut untuk mencapai lokasi terakhir di sepanjang pulau. Tidak diketahui secara pasti bagaimana moai diangkut, tetapi proses tersebut pasti memerlukan kerekan atau/dan kayu gelondongan. Legenda kuno setempat menceritakan kisah seorang kepala suku yang mencari rumah baru. Lokasi yang dia pilih sekarang dikenal sebagai Pulau Paskah. Ketika dia meninggal, pulau tersebut dibagi-bagikan untuk anak-anak lelakinya. Setiap kali kepala dari suku ini meninggal, sebuah moai diletakkan di makam si kepala suku. Penduduk setempat percaya patung itu akan menangkap "mana" (kekuatan gaib) kepala suku. Menurut mereka, dengan menjaga "mana" di pulau itu, keberuntungan akan terjadi, hujan akan turun dan tanaman akan tumbuh. Legenda ini barangkali sudah berbeda dari yang aslinya karena ia diturunkan dari berbagai generasi. Mungkin saja legenda ini ditambahi "sensasi" agar lebih menarik. Ada yang berspekulasi bahwa moai dibangun oleh masyarakat kelas bawah untuk memuliakan kelas atas. Orang kelas bawah dipaksa bekerja pada bidang ini. Setelah bertahun-tahun bekerja, kelas bawah memberontak dengan keras. Akibatnya, banyak patung yang hancur, jumlah penduduk berkurang hingga ratusan orang dan menimbun sejarah Pulau Paskah selama-lamanya. Karakter unicodePada tahun 2010, moai dimasukkan sebagai emoji "moyai" (🗿) di Unicode versi 6.0 dengan titik kode Nama Unicode resmi untuk emoji ini dieja sebagai "moyai" karena emoji ini sebenarnya menggambarkan Patung Moyai di dekat Stasiun Shibuya di Tokyo.[4] Patung Moyai adalah hadiah dari orang-orang Nii-jima (sebuah pulau yang terletak 163 kilometer (101 mil) dari Tokyo, tetapi secara administratif merupakan bagian dari kota Tokyo) yang terinspirasi oleh moai Pulau Paskah. Nama patung itu berasal dari penggabungan moai dan sebuah kata dari dialek Jepang Nii-jima moyai (催合い) 'saling membantu'. Karena Unicode mengadopsi emoji yang awalnya digunakan oleh operator seluler Jepang pada 1990-an,[5] gambar yang diadopsi untuk emoji ini tidak konsisten, baik menggambarkan moai atau Patung Moyai.[6] Emoji Google dan Microsoft awalnya menyerupai Patung Moyai di Tokyo tetapi emoji tersebut kemudian direvisi menjadi menyerupai moai.[6] Pranala luar
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Moai.
|